Pro Kontra Polemik Cover Majalah Tempo Bergambar Jokowi

Cover majalah Tempo yang memperlihatkan Jokowi dengan bayangan hidung panjang seperti karakter Pinokio yang sedang berbohong menuai polemik.
Cover majalah Tempo edisi 16-22 September 2019. (Foto: Istimewa)

Jakarta - Cover majalah Tempo edisi 16-22 September 2019 yang memperlihatkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dengan bayangan hidung panjang seperti karakter Pinokio yang sedang berbohong menuai polemik.

Mantan Direktur Freedom Institute Jakarta yang juga aktivis media sosial (medsos) Akhmad Sahal menyebut tindakah Tempo mengkritik Jokowi dengan grafis seperti tabloid Obor Rakyat. 

Sahal juga mengunggah gambar Jokowi dalam majalah Tempo dan tabloid Obor Rakyat yang sempat memicu kontroversi pada Pemilu 2014 lalu.

"Saya sangat kecewa dgn cover Tempo terbaru. Sah-sah aja kalo @tempodotco bersikap keras terhadap @jokowi soal KPK. Tp mengkritik tak identik dengan melecehkan. Mosok sekelas Tempo ikut-ikutan Obor Rakyat sih," tulis Sahal dalam akun Twitternya, @sahal_AS. 

Yang protes berlebihan sama cover Tempo hari ini mungkin dulunya juga belain Soeharto pas dijadiin cover Tempo gambar kartu King. Mungkin loh.

Sama halnya dengan aktivis medsos Denny Siregar. Dia juga melihat apa yang dilakukan Tempo dalam kritikannya melalui cover itu dianggap sudah berlebihan.

"Cover majalah @tempodotco ini sangat menghina @jokowi sebagai Presiden RI. Tempo boleh tidak suka dengan revisi UU @KPK_RI - meskipun sebenarnya media tidak boleh berpihak. Tapi membuat sebuah gambar yang menghina simbol negara ini, saya rasa sudah sangat keterlaluan!," kicau Denny lewat Twitternya, @Dennysiregar7.

Cover TempoPro dan Kontra cover tempo di sosiam media. (Foto: Twitter/@na_dirs/@sahal_AS)

Politisi Partai Demokrat Ferdinand Hutahaean melalui akun @FerdinandHaean2 pun sepakat dengan Sahal dan Denny. Dia mengatakan boleh saja Tempo mengkritik Jokowi terkait Revisi UU KPK. Namun, tidak menggunakan desain  yang dinilai menghina kepada negara.

"Cover ini (jika benar) menurutku sudah tak patut. Menggambarkan Jokowi (meski dengan bayangan) hidung panjang yang identik dengan Pinokio sangat tidak patut dan cenderung melecehkan. Tempo boleh kritis dan tidak setuju dengan @jokowi soal revisi UU @KPK_RI tapi jangan melecehkan simbol negara," tulis Ferdinand.

Namun, suara berbeda dilayangkan Rais Syuriah Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Australia Nadirsyah Hosen alias Gus Nadir. Dia mengatakan karakter Pinokio bukanlah Jokowi, melainkan bayangannya sebab itu tak perlu ada yang tersinggung dengan desain cover Tempo.

"Cover majalah Tempo ini artistik. Yang hidungnya panjang kayak Pinokio adalah bayangan Jokowi, bukan gambar Jokowinya. Ada mesej yang kuat, tanpa melecehkan. Saya yakin Pak @jokowi tidak perlu tersinggung. Kritikan yang artistik dan argumentatif itu perlu dalam demokrasi," kicaunya lewat akun Twitternya @na_dirs.

Senada dengan Gus Nadir, Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya menganggap protes yang dialamatkan kepada cover majalah Tempo bisa jadi muncul dari orang-orang yang pro terhadap Presiden ke-2 Indonesia Soeharto.

"Yang protes berlebihan sama cover Tempo hari ini mungkin dulunya juga belain Soeharto pas dijadiin cover Tempo gambar kartu King. Mungkin loh," tulis pengamat politik itu di akun Twitternya, @yunartowijaya.

Baca juga:

Berita terkait
Mantan Komandan Tim Mawar Adukan Majalah Tempo
Mantan Komandan Tim Mawar Chairawan Nusyirwan adukan Tempo ke Dewan Pers, tentang berita Tim Mawar dan Rusuh Sarinah.
AJI Jakarta: Aksi FPI di Kantor Tempo Bentuk Intimidasi, Ancam Kebebasan Pers
“Aksi massa FPI di depan kantor media massa merupakan bentuk intimidasi, tekanan, dan mengancam kebebasan pers."
Denny Siregar: Ketika Jokowi Tegur KPK
Jokowi pasti ketawa melihat paniknya para pimpinan KPK dengan reaksi berlebihan. Tapi dia Jawa, cara menegurnya sopan. Tulisan opini Denny Siregar.
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.