Positif Corona, Ini Profil PM Inggris Boris Johnson

Alexander Boris de Pfeffel Johnson, atau lebih dikenal sebagai Boris Johnson, adalah seorang Perdana Menteri Inggris yang menjabat sejak 2019.
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson berfoto selfie dengan presenter ITV usai wawancara. Ia terlihat memakai kamera besutan Huawei. (Foto: southchinamorningpost.com)

Jakarta - Alexander Boris de Pfeffel Johnson, atau lebih dikenal sebagai Boris Johnson, adalah seorang Perdana Menteri Inggris yang mulai menjabat sejak 2019 lalu. Gayanya yang nyentrik dengan kesan cuek, membuat Boris mudah dikenali secara fisik. Kini, pria yang akrab dipanggil Bojo itu diketahui terinfeksi virus corona Covid-19.

Kabar ini sontak membuat khalayak di negara Ratu Elizabeth itu gempar. Bojo menyusul Pangeran Charles yang sebelumnya dilaporkan menderita gangguan kesehatan yang sama. Kini, Bojo menjadi objek perburuan para pencari berita guna mengetahui perkembangan terkini kondisi kesehatannya. Lantas siapa sebenarnya tokoh sentral pendukung British Exit (Brexit) itu baik secara personal maupun profesional?

Berdasarkan penelusuran, Alexander Boris de Pfeffel Johnson sejatinya merupakan seorang warga Amerika Serikat (AS). Dia diketahui lahir di New York, AS pada 19 Juni 1964 dari ayah seorang Inggris bernama Stanley Johnson dan ibu bernama Charlotte Johnson Wahl. Dia merupakan sulung dari tiga bersaudara dengan adik Rachel Johnson dan Jo Johnson.

boris2Boris Johnson (Foto: instagram @borisjohnsonuk)

Di masa kecilnya, Bojo tinggal di banyak kota besar dunia, seperti New York-AS, London-Inggris, dan Brussel-Belgia. Pola hidup nomaden itu disebabkan oleh profesi sang ayah yang merupakan pejabat Bank Dunia sekaligus pernah tercatat sebagai Komisioner Dewan Eropa.

Pada usai muda, Bojo mendapatkan beasiswa di Eton College dan kemudian melanjutkan studi di Balliol College, serta Oxford. Di tempat terakhir ini, dia bahkan menyandang predikat Presiden Persatuan Oxford.

Pada awal karier, Boris Johnson sempat bekerja sebagai salah satu staf pada lembaga manajemen. Setelah itu, dia memilih untuk melanjutkan profesi sebagai wartawan di The Times pada 1987. Namun, nasib berkata lain, pria yang kelak memimpin pemerintahan Inggris Raya itu dipecat oleh atasnya.

Tak patah arang, karier kejurnalistikannya pun berlanjut di The Daily Telegraph sebagai kontributor untuk materi pemberitaan seputar aktivitas negara-negara Eropa. Setelah dianggap menguasai bidang tersebut, Boris diangkat menjadi redaktur pada 1994 hingga 1999. Kemudian dia juga terlibat aktif dalam penulisan kolom pada media The Spectator hingga 2005.

Perjalanan Parlementaria

Pada 1997 Johnson terpilih dari Partai Konservatif untuk memperbutkan Clwyd South di House of Commons, tetapi dia kalah telak dari petahanan Partai Buruh Martyn Jones. Walaupun gagal, namanya malah lebih berkibar. Sejak saat itu Johnson mulai muncul di berbagai acara televisi.

Di mulai pada 1998 dengan program bicara BBC, Have I Got News for You. Sikapnya yang kikuk dan kadang-kadang ucapan tidak sopan membuatnya menjadi favorit abadi di acara bincang-bincang Inggris itu. Johnson kembali menjadi anggota Parlemen pada tahun 2001, kali ini memenangkan kontes di daerah pemilihan Henley-on-Thames.

Meskipun ia terus sering muncul di program televisi Inggris dan menjadi salah satu politisi paling terkenal di negara itu, kenaikan politik Johnson mulai menghadapi masalah. Dia terpaksa meminta maaf ke kota Liverpool setelah penerbitan editorial yang dianggap menyinggung pada media The Spectator.

Pertemuan Retno Marsudi dengan Menlu Inggris Boris Johnson.Pertemuan Retno Marsudi dengan Menlu Inggris Boris Johnson. (Foto:Ist)

Akibatnya, pada 2004 dia diberhentikan dari posisinya sebagai pemateri kolom tersebut menyusul rumor perselingkuhannya seorang jurnalis lain. Terlepas dari semua dinamika itu, Johnson terpilih kembali untuk menduduki kursi parlemen pada 2005.

Walikota Inggris

Bojo memutuskan untuk mengikuti pemilihan Walikota London pada Juli 2007. Di arena tersebut dia menantang Ken Livingstone, seorang incumbent yang berasal dari partai buruh. Selama masa kampanye, keduanya bersaing hebat untuk memperebutkan kursi London satu.

Akhirnya, pada 1 Mei 2008, Johnson berhasil mengatasi perlawanan Ken dengan memanfaatkan momentum penolakan terhadap pemerintah Partai Buruh nasional yang dipimpin oleh Gordon Brown.

Pada masa awal kepemimpinan di London, Bojo memenuhi janji kampanye dengan mundur sebagai anggota parlemen. Kemudian, pada 2012 Johnson terpilih kembali sebagai walikota London dengan mengalahkan rival yang sama, yakni Ken Livingstone.

Sukses menjadi politisi sekaligus birokrat, tak melupakan naluri Johnson untuk tetap produktif menghasilkan tulisan. Tercatat, Lend Me Your Ears (2003), Seventy-two Virgins (2004), The Dream of Rome (2006) menjadi bukti konsistensinya dalam bersastra. Terakhir dan paling fenomenal adalah The Churchill Factor: How One Man Made History (2014), yang digambarkan oleh salah satu pengulas sebagai "kejar-kejaran yang tak bernafas melalui kehidupan dan masa" dari Winston Churchill.

Menjadi Perdana Menteri

Pada 2015, karir politik membawa Johnson kembali ke arena parlemen dengan memenangkan kursi London barat Uxbridge dan South Ruislip. Kemenangan itu sekaligus memicu spekulasi bahwa dia akhirnya akan menantang Perdana Menteri David Cameron untuk kepemimpinan Partai Konservatif.

Dalam pemilihan referendum status keanggotaan Uni Eropa, 52 persen warga Inggris Raya memutuskan untuk tidak lagi bergabung dengan persekutuan itu. Hal tersebut jelas membuat Cameron terjepit karena menjadi tokoh nasional yang berusaha mempertahankan keanggotaan Inggris di Uni Eropa. Dari sinilah Boris Johnson mendapatkan momentum untuk terus mengejar kursi perdana menteri.

Akan tetapi, Bojo tidak langsung menempati posisi tersebut. Adalah Theresa May, pemimpin partai berkuasa Partai Konservatif yang akhirnya menjadi perdana menteri. Johnson lalu dipercaya May sebagai Menteri Luar Negari Inggris.

May kemudian mundur dari posisinya karena berselisih pandangan dengan parlemen Inggris atas sikap yang harus diambil negara pasca Inggris keluar dari Uni Eropa. Dengan segala kompromi dan kompetisi politik, pada 24 Juli 2019 Boris Johnson kemudian dipercaya untuk melanjutkan estafet kepemimpinan May sebagai perdana menteri.[]

Baca Juga: 

Berita terkait
PM Inggris Boris Johnson Positif Terjangkit Covid-19
Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson telah menjalani tes dan hasilnya positif terjangkit virus corona Covid-19.
Boris Johnson, PM Inggris yang Akan Wujudkan Brexit
PM Inggris, Boris Johnson, hari ini berencana mengumumkan Inggris keluar dari Uni Eropa yang akan disiarkan pada pukul 22:00 GMT
Israel Gembira Boris Johnson Menang Pemilu Inggris
Kemenangan Boris Johnson di Pemilu Inggris disambut baik oleh Israel. Israel klaim keberhasilan ini bukti melawan pembenci Yahudi.
0
Melihat Epiknya Momen Malam HUT DKI Jakarta Lewat Lensa Galaxy S22 Series 5G
Selain hadir ke kegiatan-kegiatan yang termasuk ke dalam agenda perayaan HUT DKI Jakarta, kamu juga bisa merayakannya dengan jalan-jalan.