Jakarta - Presiden ke-3 Indonesia Bacharudin Jusuf (BJ) Habibie berpulang. Bapak Teknologi Indonesia ini meninggalkan sumbangsih Pesawat R80 untuk industri dirgantara Indonesia.
Pesawat R80 dirancang Habibie untuk jarak pendek. Persiapannya dimulai pada tahun 2013 ketika desain awal R80 muncul.
Empat tahun berlalu, sesuai dengan Peraturan Presiden (Pespres) Nomor 58 Tahun 2017 tentang Proyek Strategis Nasional, pemerintah ikut andil dalam perkembangan proyek Pesawat R80.
Kala itu, pemerintah melakukan road show untuk menggandeng investor guna memperkenalkan R80 ke berbagai negara di Benua Eropa, Korea Selatan, dan Jepang.
Di tahun 2019, proses perakitan Pesawat R80 dimulai oleh perusahaan yang dibangun Habibie, Regio Aviasi Industri (RAI). Jika tidak ada aral melintang, rencananya pesawat ini akan diproduksi massal pada 2024.
Namun, untuk jadwal mengudara pertama kali, Pesawat R80 dijadwalkan layak terbang pada 2022. Proses itu setelah mendapat sertifikasi, hingga diakui layak terbang.
Mengintip desainnya, Pesawat R80 memiliki dimensi panjang 32,3 meter, lebar sayap 30,5 meter, dan tinggi 8,5 meter. Pesawat ini juga dapat melesat dengan kecepatan maksimal 330 knots.
Hingga saat ini, maskapai dalam negeri yang berminat dengan Pesawat R80 adalah Nam Air, Aviastar Airlines, Kalstar Aviation, dan Trigana Air. Dari sejumlah maskapai itu, R80 telah dipesan sebanyak 155 unit pesawat.
Sang perancang R80 kini telah tiada. Namun, karya Habibie ini akan terus dikenang.
Eks Menteri Negara Riset dan Teknologi Indonesia ke-4 era Presiden ke-2 Indonesia Soeharto itu mengembuskan napas terakhir di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto, Jakarta Pusat. Habibie meninggal di usia 83 tahun karena penyakit yang dideritanya.
Ketika dirawat di RSPAD Jakarta, Habibie mendapat perawatan tim dokter spesialis dalam berbagai bidang keahlian, penyakit dalam, jantung dan ginjal.