Perusahaan Jepang Beri Insentif dan Liburan Bagi Karyawan yang Berhenti Merokok

Perusahaan Jepang mengeluarkan kebijakan bagi karyawan yang berhenti merokok akan mendapat hadiah uang hingga liburan selama enam hari dalam setahun.
Perusahaan Jepang Beri Insentif dan Liburan Bagi Karyawan yang Berhenti Merokok. (Foto/Ilustrasi:NYT)

Tokyo, (Tagar 3/11/2017) - Dalam beberapa dekade terakhir, polusi udara di Jepang masih menjadi salah satu yang tertingi di dunia. Merokok sudah menjadi budaya dalam lingkungan kerja dan publik Jepang. Bahkan, sejumlah perusahaan di Jepang enyediakan kamar khusus bagi karyawan yang merokok.

Namun selama musim panas ini, sejumlah karyawan di perusahaan pemasaran Jepang mulai menyadari bahwa tidak semua rekan kerjanya merokok serta adanya perbedaan dalam jumlah jam kerja yang signifikan.

Sekitar sepertiga dari karyawan di perusahaan pemasaran, bila akan merokok mereka langsung keluar dari ruang kerjanya. Namun, para karyawan pemasaran di perusahaan Jepang ini mengeluhkan ketidakadilan kepada pemilik perusahaan. Akhirnya, pemilik perusahaan mengeluarkan kebijakan bagi karyawan yang tidak atau berhenti merokok akan mendapat hadiah berupa uang hingga liburan selama enam hari dalam setahun di luar jadwal cuti dan lburan umum.

"Saya berharap kebijakan ini dapat mendorong karyawan untuk berhenti merokok dan mereka akan mendapatkan insentif dari perusahaan. Mereka juga akan berhenti merokok tanpa ada paksaan dari Perusahaan," kata Takao Asuka, chief executive perusahaan pemasaran kepada The Japan Times, 2 November 2017.

Dampaknya, ternyata kebijakan ini berhasil dan efektif. Setelah kebijakan ini diumumkan September lalu, empat karyawan perusahaan itu memutuskan untuk berhenti merokok. Hal ini berdampak juga kepada sejumlah perusahaan di Jepang untuk mengikuti cara yang sama untuk mendorong pekerjanya berhenti merokok tanpa paksaan, tetapi mereka mendapatkan insentif dari perusahaan. Pemerintah Jepang juga mencanangkan hidup sehat dan mengeluarkan larangan merokok di depan umum harus sukses  sebelum Olimpiade 2020 di Tokyo.

Saat ini, sekitar 35 persen karyawan di Jepang masih merokok. Setiap kantor yang berada di lantai bertingkat, hanya membolehkan karyawannya merokok di ruang bawah tanah gedung perkantoran itu. Karyawan perokok hanya memiliki waktu  jeda selama 15 menit setiap kalinya akan merokok.

Beberapa perusahaan di Jepang juga sudah menerapkan peraturan ketat tentang larangan merokok. Sebuah perusahaan asuransi jiwa di Jepang baru-baru ini mengumumkan langkah-langkah antimobilisasi baru, termasuk larangan merokok dan mengubah beberapa ruang merokok menjadi ruang lain.

Organisasi Kesehatan Dunia menjadikan Olimpiade Tokyo sebagai event bebas asap rokok. Sejumlah pejabat pemerintah Jepang juga telah menyetujui kebijakan tentang larangan merokok secara umum, termasuk di restoran, gedung pemerintah dan rumah sakit. Namun, beberapa anggota Partai Demokrat Liberal Jepang, mengkhawatirkan tentang kebijakan larangan merokok di restoran akan menurunkan pendapatan pemerintah. Mereka berusaha memblokir kebijakan dan undang-undang larangan merokok itu.

Sementara itu, beberapa perusahaan di Amerika Serikat, ternyata lebih tegas lagi dalam soal larangan merokok bagi karyawannya. Beberapa pengusaha, termasuk Klinik Cleveland, tidak akan mempekerjakan karyawan yang merokok. Dampaknya, saat ini hanya sekitar 15 persen orang dewasa di Amerika Serikat yang merokok, menurut Centers for Disease Control and Prevention.

Hanya di bawah 50 persen pengusaha besar Amerika yang disurvei tahun lalu mengatakan bahwa mereka memasukkan biaya tambahan untuk polis asuransi perokok, dengan tingkat bunga rata-rata  600 dolar AS per tahun, menurut lembaga survei Willis Towers Watson.(NewYorkTimes/wwn)

Berita terkait