Pemimpin G7 Janjikan Dana Infrastruktur Ketahanan Iklim

Para pemimpin dunia menjanjikan 600 miliar dolar untuk membangun "infrastruktur ketahanan iklim" perang Ukraina juga menjadi agenda utama
KTT di Pegunungan Alpen juga dihadiri oleh Charles Michel dari Uni Eropa (kiri tengah) dan Ursula von der Leyen (kanan tengah).(Foto: dw.com/id/Jonathan Ernst/REUTERS)

TAGAR.id, Jerman - Kanselir Jerman Olaf Scholz menjadi tuan rumah KTT G7 di Bayern, di mana para pemimpin dunia menjanjikan 600 miliar dolar untuk membangun "infrastruktur ketahanan iklim." Perang Ukraina juga menjadi agenda utamanya.

Para pemimpin Kelompok Tujuh (G7) memulai perbincangan tiga hari mereka pada hari Minggu (26/06) di Pegunungan Alpen Bayern, Jerman, di mana topik invasi Rusia ke Ukraina mendominasi agenda tersebut.

Salah satu pengumuman pertama adalah inisiatif infrastruktur senilai 600 miliar dolar untuk membantu negara-negara berkembang mengatasi perubahan iklim. Inisiatif ini dipandang sebagai tanggapan Barat terhadap Belt and Road Initiative (BRI) atau Jalur Sutra Baru Cina.

"Saya ingin memperjelas, ini bukan bantuan atau amal,” kata Biden. "Ini adalah investasi yang akan memberikan keuntungan bagi semua orang, termasuk warga Amerika dan rakyat semua negara. Ini akan meningkatkan ekonomi kita semua."

Beijing dituduh telah menjebak negara-negara berpenghasilan rendah ke dalam utang yang tidak terjangkau untuk menjadi bagian dari penyokong dana BRI triliun dolar, yang dianggap dapat memperluas kekuatan perdagangan Cina dengan Afrika, Asia, dan Eropa.

Dana G7 yang baru akan berfokus pada inisiatif iklim itu, di antara proyek-proyek lainnya, termasuk investasi pada lahan tenaga surya senilai 2 miliar dolar di Angola, 320 juta dolar untuk pembangunan rumah sakit di Pantai Gading, dan 40 juta dolar untuk mempromosikan perdagangan energi regional di Asia Tenggara.

Ketua Komisi Uni Eropa, Ursula von der Leyen, mengatakan G7 menawarkan "infrastruktur yang berkelanjutan dan berkualitas" dan akan "mendengarkan dengan cermat negara-negara penerima."

Biden dan Scholz mengadakan pembicaraan bilateral

Pembicaraan setelah sesi kerja hari pertama, Kanselir Jerman Olaf Scholz menyatakan optimismenya dalam menghadapi tantangan global utama yang diperburuk oleh konflik Ukraina.

"Pekerjaan kami dalam mempromosikan infrastruktur secara global juga dipengaruhi oleh situasi geopolitik saat ini," katanya. "Oleh karena itu, kami telah membahas bagaimana investasi kami secara global dalam energi netral iklim dan rendah karbon, termasuk gas, dapat membantu kami sebagai tanggapan sementara terhadappenggunaan energi Rusia sebagai senjata.”

biden dan kanselir jermanKanselir Jerman Olaf Scholz (kanan) menyambut Presiden AS Joe Biden (kiri) pada pertemuan KTT G7. (Foto: dw.com/id/Leonhard Foeger/REUTERS)

Scholz dan Biden mengadakan pertemuan bilateral di sela-sela KTT G7, di mana Presiden AS itu memuji Kanselir Jerman karena "meningkatkan" pengeluaran pertahanan sebesar 100 miliar euro.

Biden menambahkan bahwa Berlin adalah salah satu sekutu terpenting Washington setelah keduanya muncul sesaat di depan pers. Biden juga mengatakan negara-negara G7 dan aliansi NATO harus "tetap bersama" dalam menghadapi invasi Rusia.

Pelarangan ekspor emas Rusia

Sesaat sebelum KTT dimulai, London mengumumkan dalam sebuah pernyataan bahwa Inggris, bersama dengan AS, Jepang, dan Kanada, akan melarang impor emas dari Rusia untuk memperketat dampak ekonomi dari sanksi terhadap Rusia.

Aksi bersama itu "akan secara langsung menghantam oligarki Rusia dan menyerang jantung mesin perang Putin," kata Perdana Menteri Inggris Boris Johnson dalam pernyataannya. Washington mengatakan keputusan itu akan diumumkan secara resmi sebagai langkah G7, pada Selasa, 28 Juni 2022.

Inggris mengatakan bahwa ekspor emas Rusia bernilai sekitar 15,5 miliar dolar pada tahun 2021 dan angka ini telah meningkat sejak sanksi diberlakukan sebagai cara untuk menyiasatinya.

Topik apa lagi yang ada di agenda?

Kanselir Jerman Olaf Scholz dan Presiden AS Joe Biden juga diharapkan membahas proposal untuk mengatasi kenaikan tajam harga pangan dan minyak di seluruh dunia, serta inflasi, bersama dengan para pemimpin Kanada, Prancis, Italia, Jepang, dan Inggris. Para pemimpin G7 juga akan menangani perubahan iklim, dengan Jerman mendesak pembentukan "klub iklim" untuk menetapkan target praktis pengurangan emisi bagi negara-negara peserta.

Presiden Dewan Uni Eropa Charles Michel mengatakan selama konferensi pers bahwa Uni Eropa menyambut baik proposal "klub iklim", seraya menekankan perlunya diversifikasi sumber energi dan mempercepat infrastruktur energi terbarukan.

Michel juga menyoroti pentingnya mengatasi krisis ketahanan pangan, salah satunya dengan membawa produk pangan Ukraina ke pasar global dan dengan mendukung mitra Uni Eropa yang paling terpukul oleh krisis kekurangan pangan.

protes g7KTT G7 tahun ini menghadapi protes dengan skala yang lebih kecil dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. (Foto: dw.com/id/Angelika Warmuth/dpa/picture alliance)

Aktivis iklim gelar demonstrasi

Sekitar 200 pengunjuk rasa pada siang hari berangkat dari kota kecil Garmisch-Partenkirchen, menuju ke dekat kastil Elmau, tempat di mana KTT G7 diadakan.

Penyelenggara mengatakan kepada kantor berita dpa bahwa mereka memperkirakan jumlah pengunjuk rasa akan meningkat menjadi sekitar 2.000 orang. Sejumlah besar polisi juga hadir untuk mengawal demonstrasi.

Protes yang lebih besar terjadi di dekat kota besar München pada hari Sabtu, 25 Juni 2022, tetapi jumlahnya jauh lebih sedikit dari perkiraan 20.000 peserta. Polisi Jerman pada hari Minggu (26/06) mengatakan bahwa empat pengunjuk rasa di München telah ditangkap dengan tuduhan menyebabkan cedera tubuh. ]kp/ha (Reuters, AFP, AP, dpa)]/dw.com/id. []

Berita terkait
Negara G7 Tingkatkan Sanksi Terhadap Rusia Terkait Perang di Ukraina
Sanksi-sanksi ini termasuk langkah-langkah cegah Moskow memperoleh bahan-bahan dan layanan yang diperlukan sektor industri dan teknologi
0
Pemimpin G7 Janjikan Dana Infrastruktur Ketahanan Iklim
Para pemimpin dunia menjanjikan 600 miliar dolar untuk membangun "infrastruktur ketahanan iklim" perang Ukraina juga menjadi agenda utama