Pertumbuhan Ekonomi Jatim Triwulan III Melambat

Pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur (Jatim) pada triwulan III 209 melambat dari triwulan sebelumnya, dai 5,69 menjadi 5,32 persen
Kepala BPS Jawa Timur (Jatim) Teguh Pramono saat memberikan penjelasan mengenai pertumbuhan ekonomi di Jatim pada triwulan ketiga di Surabaya, Selasa, 05 November 2019. (Foto: adi suprayitno)

Surabaya - Pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur (Jatim) pada triwulan III 2019 melambat dibandingkan triwulan sebelumnya, dari 5,69 persen menjadi  5,32 persen. Menurut Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur Teguh Pramono, secara tahunan (years on years), pertumbuhan ekonomi juga melambat.

Teguh mengatakan pertumbuhan ekonomi dalam triwulan III 2019 ini tidak seperti lima tahun terakhir. "Ini yang terendah selama lima tahun terakhir. Biasanya kami bisa mencapai 5,37 hingga 5,43 persen," katanya  saat jumpa pers di kantor BPS Jatim, Selasa 5 November 2019.

Ia mengatakan melambatnya pertumbuhan ekonomi  antara triwulan III 2018 dibanding triwulan III 2019, disebabkan menurunnya sektor impor dan ekspor. Sementara lambatnya pertumbuhan ekonomi triwulan dibandingkan triwulan (q to q) karena beberapa faktor. Salah satunya kurang bergairahnya sejumlah sektor penunjang ekonomi seperti, industri pengolahan, perdagangan, pertanian, konstruksi, pengadaan, serta penyedia akomodasi makan dan minum. "Itu kenapa pertumbuhan di setiap bulan ketiga meskipun tetap tumbuh tapi tidak secepat di triwulan II," kata Teguh.

Meskipun terjadi perlambatan, beberapa sektor masih positif  pertumbuhannya seperti real estate, jasa kesehatan, kegiatan sosial, serta pengadaan listrik dan gas. Hanya saja,  tidak memberikan kontribusi signifikan dalam pertumbuhan ekonomi yakni tidak sampai 5 persen.

Jika dilihat dari sisi penggunaan atau pengeluarannya, ekonomi di Jatim masih sangat tergantung pada konsumsi rumah tangga. Sektor itu menguasai 58,43 persen dari perekonomian di Jatim.  Setelah itu pembentukan modal tetap bruto atau investasi yang mencapai 28,60 persen. Kemudian ekspor 11,69 persen, dan konsumsi pemerintah 6,01 persen.

Artinya kata Teguh, ekonomi di Jatim masih sangat tergantung pada konsumsi rumah tangga, baik dilihat dari year on year (YoY) maupun quarter to quarter (QoQ) maupun costumer to costumer (C to C).  Pertumbuhan ekonomi C to C, mulai triwulan I hingga triwulan III  cukup bagus, mencapai 5,52 persen, meningkat dibanding periode sama tahun 2018 yang hanya 5,42 persen.

Berita terkait
Apindo Jawa Timur Keluhkan Kenaikan UMP 8,51 Persen
Apindo Jawa Timur mengeluhkan kenaikan UMP sebesar 8,51 persen akan membebani keuangan perusahaan dan mempengaruhi investasi di daerah.
Komitmen Khofifah Tingkatkan IPM Jawa Timur
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menyiapkan anggaran sebesar Rp 11 miliar yang difokuskan pada sektor pendidikan dan kesehatan.
Oleh-oleh Khas Madiun Jawa Timur
Madiun memiliki julukan Kota Gadis, berikut oleh-oleh yang cocok dibeli untuk dibawa pulang dari kota mungil ini.
0
David Beckham Refleksikan Perjalanannya Jadi Pahlawan untuk Inggris
David Beckham juga punya tips untuk pesepakbola muda, mengajak mereka untuk menikmati momen sebelum berlalu