Kulon Progo - Heri Adi Tri Prasetyo, 27 tahun, warga Bojonegoro, Jawa Timur, punya cerita. Dia butuh perjuangan saat menikahi kekasih hatinya, Sri Suryani, 27 tahun, warga Kulon Progo, Yogyakarta.
Sepasang kekasih ini jatuh cinta pada pandangan pertama. Keduanya bertemu di Malioboro Yogyakarta. Pertemuan itu terjadi dua tahun lalu. Jarak bukan halangan keduanya untuk berinteraksi. Dan momen bahagia itu terjadi pada Rabu, 3 Juni 2020.
Adi, sapaan akrabnya, akhirnya bisa menikahi pujaan hatinya. Dia mengaku lega, bisa menikahi Sri Suryani. Perasaan berdebar dan segala perjuangannya tidak sia-sia.
Untuk menikahi wanita pujaannya, Adi memang benar-benar berjuang. Dia harus berkendara ratusan kilometer dari Bojonegoro ke Kulon Progo naik motor selama 8 jam.
Dia naik motor karena minim ada angkutan umum pada masa pandemi seperti sekarang ini. Bahkan, begitu sampai di Kulon Progo pada tanggal 17 Mei malam, Adi langsung masuk karantina di Posko Covid-19 di Kalurahan Pengasih.
Adi harus menjalani karantia selama 14 hari karena protokol Covid-19. Adi akhirnya bebas keluar pada Minggu 31 Mei 2020 yang lalu. Dari pemeriksaan tim medis, Adi negatif Corona. Dia kemudian diserahkan ke pihak calon keluarga pengantin perempuan di Pedukuhan Jamus, Kalurahan Pengasih, Kapanewon Pengasih.
Dalam pernikahan itu, keluarga Adi di Bojonegoro yang tidak hadir. Maklum, pandemi Corona menjadi penyebabnya. Selain itu, sesuai protokol Covid-19, pernikahan diimbau tidak menimbulkan kerumunan.
"Saya sendiri, keluarga sudah bilang mungkin mendoakan saja dari sana. Lagi pula kan jauh juga. Alhamdulilah lancar pernikahannya. Deg-degan saat ijab kabul tadi," ujar Adi usai mengucapkan janji suci di Balai Nikah di Kapanewon Pengasih, Rabu, 3 Juni 2020.
Dia menuturkan saat datang ke Kulon Progo tidak mengalami kendala. Sejumlah surat untuk keperluan nikah sudah komplit. Saat sampai di kabupaten berjuluk Binangun, dia langsung menuju ke Posko Covid-19.
Adapun rencana setelah pernikahan, Adi ingin pulang ke rumah mertua. Kepulangan ke Bojonegoro bersama istri, rencananya baru akan dilakukan setelah pandemi Covid-19 selesai.
Saya sendiri, keluarga sudah bilang mungkin mendoakan saja dari sana. Lagi pula kan jauh juga.
Selain itu, rencananya juga tidak akan ada resepsi. Hanya ada syukuran kecil dengan membagikan makanan ke tetangga. Sedangkan terkait pekerjaan, Adi berencana akan bekerja di Solo. "Istri tetap di Kulon Progo. Nanti saya bolak-balik Solo-Kulon Progo," tuturnya.
Sementara, Indarto Koordinator Posko Covid-19 Kalurahan Pengasih mengakui perjuangan Adi. Selama 14 hari dia harus menjalani karantina di Gedung TK Pamardi Jamus di Pengasih.
Selama di Karantina, Adi melakukan olahraga setiap pagi, berjemur, menyapu dan juga mencabuti rumput. "Selama di posko karantina, Adi mendapatkan jatah hidup makan dan minum yang cukup dengan sumber dana dari APBDes," tuturnya.
Indarto menambahkan, kebijakan karantina dari pihak kalurahan penting. Hal ini sebagai upaya mengantisipasi virus Corona menyebar di wilayah pengasih. Dalam pengecekan warga yang dikarantina, dilibatkan petugas medis dan babinsa untuk mengecek kesehatan dan mengawasi warga yang dikarantina.
Sementara itu, Penghulu Kantor Urusan Agama Pengasih Sartono mengatakan, pernikahan tersebut memang berjalan dengan cepat. Semua prosesi pernikahan dipersingkat, yang penting sah menurut syariat dan aturan negara. Jika terlalu lama, maka akan kurang baik di masa pandemi Covid-19 seperti sekarang ini.
Maka dari itu, dalam segala pelayanan di Kementerian Agama berjalan dengan singkat, padat dan tepat namun tetap tidak meninggalkan aturan pemerintah maupun agama. "Artinya tidak bertele-tele, tidak menyusahkan masyarakat. Tidak juga membuat pengantin jenuh," ujar Sartono. []
Baca Juga:
- Pasien Corona Sembuh di DIY Sudah 70 Persen
- Kisah Pasien Kista Saat Pandemi Corona di Yogyakarta
- New Normal Yogyakarta di Mata Sri Sultan HB X