Penyebab Kasus Buang Bayi Marak di Yogyakarta

Kasus pembuangan bayi marak di Yogyakarta. Dalam enam bulan terakhir ada sembilan kasus. Berikut penyebabnya menurut pakar UGM Yogyakarta.
Polisi saat mengevakuasi bayi meninggal yang dibuang di bak sampah di Sleman, Yogyakarta, pada Senin, 3 Agustus 2020. (Foto: Dok. Tagar)

Sleman - Maraknya kasus pembuangan bayi yang terjadi di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sangat miris. Dalam catatan Tagar, dalam enam bulan terakhir tercatat ada sembilan kasus yang terjadi.

Dari jumlah tersebut lima di antaranya dalam kondisi sehat dan masih hidup. Sementara empat lainnya meninggal dunia. Kasus-kasus itu terjadi di Kabupaten Sleman sebanyak tujuh kali, Kabupaten Kota Yogyakarta satu kali dan Kabupaten Bantul satu kali.

Pakar Psikolog Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta Prof Koentjoro ikut menanggapi fenomena kasus pembuangan bayi di Kota Pelajar ini. Umumnya pelaku pembuangan bayi adalah mahasiswa. "Jika pembuangan bayi terjadi di Yogyakarta, itu dapat dianggap sebagai hal yang biasa. Alasannya, banyak faktor yang mendorong anak-anak muda melakukan hubungan seks pra nikah," katanya kepada Tagar melalui sambungan telepon, Kamis, 6 Agustus 2020.

Beberapa faktor tersebut di antaranya adalah terbukanya internet yang begitu luas. Melalui internet, siapa pun dapat memperoleh informasi dengan mudah dan cepat termasuk mengakses tontonan yang berbau pornografi.

Kasus Buang Bayi di YogyakartaPetugas saat mengevakuasi bayi meninggal yang dibuang di bak sampah di Sleman, Yogyakarta, pada Senin, 3 Agustus 2020. (Foto: Dok. Tagar)

Faktor pendorong lainnya yaitu keberadaan kos-kosan ala Las Vegas (LV) yang bebas. Model indekos LV ini banyak diminati mahasiswa. Apalagi mereka hidup merantau tanpa ada pengawasan orang tua. "Tempat untuk melakukan hubungan seks sangat terfasilitasi. Kos-kosan yang bebas itu yang laris. Jadi tidak perlu lagi ke hotel. Kos-kosan itu harusnya diatur. Jadi anak kos itu adalah anak asuh pemilik," ucapnya.

Prof Koentjoro menilai, jika seseorang sudah melakukan hubungan seks namun di luar pernikahan akan muncul yang namanya adiksi atau sebuah kenikmatan. Akhirnya semakin tidak terkontrol melakukan kegiatan tersebut yang berujung kebobolan atau hamil.

Tempat untuk melakukan hubungan seks sangat terfasilitasi. Kos-kosan yang bebas itu yang laris. Jadi tidak perlu lagi ke hotel.

Secara mental, laki-laki dan perempuan yang memiliki anak namun lahir di luar pernikahan akan lepas tanggung jawab. Mereka lebih memilih membuang anaknya. Di sisi lain, mereka juga takut ketahuan orang tua atau pun kerabat lainnya. "Ketika perempuan melahirkan anak, dan laki-laki tidak mau bertanggung jawab, maka anak itu kemungkinan besar dibuang," ujarnya.

Pemberdayaan Perempuan

Prof Koentjoro mengaku fenomena seperti ini sangat mengkhawatirkan generasi penerus bangsa khususnya perempuan. Dirinya ingin menekankan pemberdayaan perempuan. Pasalnya dalam kasus seperti ini, tingkat kerugian banyak dialami oleh perempuan.

Perlu ditekankan, hubungan seks pra nikah sangat tidak dianjurkan. Seorang pria akan pandai menggoda wanitanya sampai ia mendapatkan sesuatu yang diinginkan yaitu seks pra nikah.

Jika sudah terjadi, keadaan akan terbalik di mana perempuan akhirnya mengemis kepada laki-laki agar mau menikahi. "Kalau hamil yang nanggung perempuan, perempuannya malu. Karena laki-laki mah enggak hamil," kata Prof Koentjoro.

Baca Juga:

Seorang perempuan harus membentengi diri dari laki-laki dalam hal seks di luar pernikahan. Perempuan harus mendapatkan penguatan mental jangan sampai menjadi berdosa sepanjang hidupnya karena perbuatan laki-laki. "Kalau perempuannya kuat tidak masalah, kalau yang lemah selalu jadi korban nafsu laki- laki," ucapnya.

Penguatannya lainnya, perempuan harus berani menolak jika pacar meminta melakukan hubungan badan. Penguatan dari segi agama, bahwa hidup itu ada aturan. Hubungan seks itu bisa dilakukan dengan pasangannya atau suami. "Kalau sudah melakukan segera berhenti dan bertobat. Manusia tempat salah dan khilaf," ujarnya. []

Berita terkait
Pembuang Bayi di Sleman Ternyata Baru Lulus SMA
Pengembangan kasus pembuangan bayi di Godean, Sleman terus berlanjut. Si ibu bayi ternyata baru lulus SMA, datang ke Yogyakarta mau daftar kuliah.
Resmi, Pembuang Bayi di Sleman Mahasiswa UMY
UMY akhirnya mengakui ayah yang membuang bayi di Godean, Sleman, merupakan mahasiswanya.
Geger Warga Sleman Ada Jasad Bayi di Bak Sampah
Warga Kecamatan Ngaglik, Sleman, Yogyakarta, digegerkan dengan penemuan jasad bayi di bak sampah. Saat ini polisi masih memburu pelaku.
0
Dua Alasan Megawati Belum Umumkan Nama Capres
Sampai Rakernas PDIP berakhir, Megawati Soekarnoputri belum mengumumkan siapa capresnya di Pilpres 2024. Megawati sampaikan dua alasan.