Jakarta – Jumlah penonton acara debat Calon Presiden AS antara Donald Trump menghadapi penantangnya Joe Biden dilaporkan tidak sebanding Pemilu tahun 2016 silam. Debat yang berlangsung 90 menit di Case Western Reserve University, Selasa 29 September 2020 malam itu, bahkan dilabeli sebagai acara debat paling kacau.
Selain suguhan debat yang kerap menampilkan penghinaan serta caci-maki antara Trump dan Biden, penurunan pemirsa juga disinyalir akibat beralihnya pengguna TV tradisional ke platform online. Angka laporan sementara jumlah penonton bahkan disebut-sebut berada jauh di bawah pemilu empat tahun lalu.
Menurut data awal yang dirilis pada Rabu 30 September 2020, atau sehari pasca debat, jumlah penonton di empat jaringan stasiun TV ternama, merosot hingga 50 persen. Jaringan siaran ABC, CBS, NBC, dan Fox hanya mencatatkan jumlah penonton sebanyak 28,7 juta orang.
“Angka itu jauh di bawah 45 juta pemirsa yang menonton Trump mendebat Hillary Clinton di saluran yang sama pada tahun 2016,” tulis Reuters menegaskan data dari jaringan tambahan akan dirilis kemudian.
Baca Juga:
Angka-angka laporan awal ini menguatkan prediksi penghitungan total penonton akhir. Reuters meyakini pemirsa TV akan berada di bawah rekor 84 juta seperti yang dicatatkan debat Trump-Clinton pertama pada tahun 2016.
“Jumlah yang langka di era streaming digital,” tegasnya.
Sebagai catatan, data jumlah penonton TV ini, tidak termasuk orang-orang yang menonton melalui platform online, yang katanya semakin populer seiring penurunan pemirsa TV tradisional.
Pada debat jilid pertama itu, Calon Presiden AS dari Partai Republik Donald Trump dan kandidat Partai Demokrat Joe Biden berdebat sengit tentang pandemi virus corona, perawatan kesehatan, dan ekonomi.
Menjelang pemilu Negeri Paman Sam, 3 November 2020 mendatang, acara debat dijadwalkan akan berlangsung tiga kali lagi. Dua debat tersisa untuk calon presiden, satu debat untuk calon wakil presiden. []