Pilpres AS: China Pilih Mana, Trump atau Biden

Pemilihan presiden di Amerika Serikat memiliki arti penting bagi perusahaan China di tengah retaknya hubungan kedua negara.
Petahana, Presiden Donald Trump akan bertarung dengan Joe Biden dalam pemilihan presiden di Amerika Serikat November mendatang. (Foto: Getty Images|BBC News).

Jakarta - Konvensi Nasional Partai Demokrat dan Partai Republik biasanya merupakan kesempatan bagi para pemilih di Amerika Serikat (AS) untuk mengetahui seperti apa kebijakan domestik presiden terpilih. Namun pilpres kali ini memiliki arti penting bagi perusahaan China di tengah retaknya hubungan kedua negara yang menjadi raksasa ekonomi dunia itu.

Beberapa orang di perusahaan teknologi China kepada BBC menyebutkan bahwa jika Joe Biden yang terpilih akan lebih menarik daripada daripada petahana Presiden Donald Trump kembali memimpin negeri Paman Sam untuk empat tahun ke depan - yang akan dilihat sebagai "tidak diprediksi".

Baca Juga: Lawan Trump di Pilpres Diguncang Isu Pelecehan

Namun demikian, menurut mereka, pemerintahan Biden akan tetap bersikap keras kepada Tiongkok. Hal itu lebih didasarkan pada alasan, dan fakta daripada retorika dan politik.

Satu hal yang jelas, perusahaan di China daratan percaya bahwa siapa pun yang berada di Gedung Putih, sikap keras terhadap China tak akan hilang.

Berikut tiga hal yang paling mengkhawatirkan perusahaan China tentang pemerintahan AS berikutnya - dan apa yang mereka lakukan untuk melindungi diri mereka sendiri.

1. Decoupling

Kata decoupling ini banyak digunakan akhir-akhir ini. Presiden Trump dan pemerintahannya membicarakannya dalam tweet dan dalam pernyataan pers terkait dengan China.

Pemerintah AS kemungkinan tetap akan mempertahankan opsi kebijakan decoupling dengan China. Yakni pemisahan ekonomi dua negara yang dahulunya memiliki keterikatan yang kuat. 

Dengan kebijakan decoupling, AS merusak hubungan ekonomi dengan China yang telah dibangun lebih dari tiga dekade. Mulai dari pemerintah AS menarik rantai pasokan keluar dari China, hingga memaksa TikTok dan Tencent untuk menjual operasional China kepada perusahaan AS. 

2. Delisting

Pemerintahan Trump mengeluarkan  rekomendasi untuk perusahaan China yang terdaftar di AS, menetapkan batas waktu Januari 2022 untuk mematuhi aturan baru tentang audit. Bila tidak maka perusahaan tersebut dicekal atau dihapus dari daftar perusahaan yang beroperasi di AS.

3. Deglobalisasi

Tiongkok menjadi salah satu negara penerima manfaat globalisasi terbesar selama 30 tahun terakhir. Ini telah membantu ratusan juta orang China mendapatkan kualitas dan standar hidup yang lebih baik, yang menjadi dasar dari impian Presiden Xi Jinping.

Tapi justru itulah yang menurut Presiden Trump perlu diubah. Pemerintahannya berpendapat bahwa China telah menjadi lebih kaya sementara AS menjadi lebih miskin.

Selama masa jabatan Trump, deglobalisasi - di mana perbatasan kurang terbuka dan perdagangan kurang bebas - telah menjadi tren. Dan itu adalah sesuatu yang Beijing tahu tidak akan berubah bahkan setelah pemilihan. []





Berita terkait
Donald Trump Ogah Bahas Perdagangan dengan China
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump menutup pintu negosiasi perdagangan fase kedua dengan China dengan alasan pandemi Covid-19.
Trump Bujuk China untuk Bantu Menangkan Pilpres
Presiden Amerikat, Donald Trump disebut-sebut minta bantuan China untuk memenangkan kembali pemilihan presiden pada November mendatang.
Pilpres AS, Joe Biden dan Kamala Serang Donald Trump
Calon prsiden AS Joe Biden dan wakilnya, Kamala Haris menyerang Presiden Donald Trump dengan menyebutkan sebagai pimpinan yang tidak kompeten.
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.