Jakarta - Pengamat politik dari Universitas Al Azhar Indonesia (UAI), Ujang Komarudin menuding pengesahan Undang-undang Cipta Kerja pada tengah malam membuktikan DPR ingin menghindar dari aspirasi rakyat.
Menurutnya, DPR enggan langkah politiknya diganggu oleh suara penolakan rakyat. Sehingga, kata dia, malam hari adalah waktu yang tepat ketika semua orang tengah terlelap.
"Yang ingin ditunjukkan DPR adalah menghindar dari aspirasi dan gerakan rakyat. Kalau siang rakyat bisa bergerak. Sedangkan kalau malam rakyat sudah terlelap," kata Ujang kepada Tagar, Selasa, 6 Oktober 2020.
DPR itu pemain malam. Jadi permainan politik akan banyak dilakukan diwaktu malam. Salah satunya untuk menghindari tekanan massa.
Baca juga: Demokrat Kecewa Mikrofon Mati Saat Interupsi UU Cipta Kerja
Ujang menyesalkan strategi DPR dalam melakukan rapat paripurna yang sebenarnya bukan kebiasaan lembaga legislatif. Waktu tengah malam menjadi cara paling ampuh untuk melicinkan kepentingan elite.
"Jadi itu bukan tradisi. Tapi strategi untuk memulusakan kepentingan-kepentingan mereka, yang sejatinya bertolak belakang dengan rakyat," tutur dia.
Direktur Indonesia Political Review itu juga menyebut jika DPR kekinian sudah menjadi pemain malam. Artinya, DPR selalu melakukan pengambilan kebijakan di waktu malam untuk menghindari tekanan massa.
"DPR itu pemain malam. Jadi permainan politik akan banyak dilakukan diwaktu malam. Salah satunya untuk menghindari tekanan massa," ujarnya.
Baca juga: Omnibus Law, Demokrat: Bus yang Baik Antar Penumpang Selamat
Sebelumnya, rapat paripurna DPR telah mengesahkan RUU Cipta Kerja menjadi UU pada Senin, 5 Oktober 2020. Sidang sempat diwarnai ketegangan ketika fraksi Demokrat melontarkan interupsi berulang-ulang.
Bahkan Fraksi Demokrat memutuskan untuk walk out dalam sidang tersebut. Sementara fraksi PKS sejak awal konsisten menolak pengesahan RUU tersebut. []