Jakarta - Pengamat politik Karyono Wibowo menyebut narasi mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo yang meminta pemutaran film G30S PKI bukan merupakan hal baru. Bagi Karyono, ajakan Gatot perihal pemutaran film tersebut karena ia nilai bulan September ini relevan untuk menggaungkan kembali isu bangkitnya komunis yang dijalankan PKI.
Namun, lanjutnya, ini semua tidak terlepas dari kalkulasi politik seorang Gatot Nurmantyo, yang meyakini isu PKI bisa dijadikan panggung politik untuk menarik massa.
Gelagatnya menunjukkan hasrat yang kuat untuk maju dalam kontestasi Pilpres.
"Dalam pergulatan politik hal itu lumrah, karena salah satu instrumen politik adalah memanfaatkan momentum. Tapi dia lupa, bahwa isu komunis atau PKI sudah kehilangan momentumnya, karena kondisinya telah berubah, sehingga tidak sesederhana itu dalam mengkapitalisasi isu tersebut untuk kepentingan politik kontemporer," kata Karyono kepada Tagar, Rabu, 30 September 2020.
Baca juga: Respon Gus Nur Kholis Penolakan Kegiatan KAMI dan Gatot
Tak hanya itu, ia melihat manuver politik Gatot semakin kentara bahwasannya ada hasrat dari mantan Panglima TNI itu untuk menjadi salah satu kandidat Presiden atau Wakil Presiden RI pada Pemilu 2024 mendatang.
"Hal itu wajar saja karena setiap warga negara memiliki hak, sejauh memenuhi syarat sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan. Demikian pula, wajar juga jika dikatakan manuver KAMI memiliki relevansi dengan kepentingan Gatot di Pilpres 2024, karena gelagatnya menunjukkan hasrat yang kuat untuk maju dalam kontestasi Pilpres," ucap dia.
Sebelumnya, Ketua Umum Perjuangan Rakyat Nusantara (Pernusa) KP Norman Hadinegoro menilai mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo salah jalan menuju perpolitikan di Tanah Air.
Norman mengatakan, ambisi Gatot menuju kontestasi Pilpres 2024 akan berjalan sia-sia. Sebab, Gatot akan menjadi bulan-bulanan masyarakat karena bergabung dengan kelompok Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia atau KAMI.
Baca juga: Daftar Kekayaan Mantan Panglima TNI Gatot Nurmantyo
"Kalau ambisiusnya ingin jadi presiden, disalurkan melalui KAMI, yang ada malah jadi bulan-bulanan publik setiap masuk ke kota-kota. Dan bahkan (Gatot) akan merusak citra TNI," katanya kepada Tagar, Selasa, 29 September 2020.
Dia beranggapan, Gatot tidak belajar dari keberhasilan seniornya yang terlebih dahulu terjun ke dunia politik, yakni Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Prabowo Subianto.
Dia menjelaskan, SBY memimpin Indonesia selama dua periode melalui Partai Demokrat. Kendati Prabowo beberapa kali kalah memperebutkan kursi kepemimpinan di Indonesia, pria yang kini menjabat sebagai Menteri Pertahanan (Menhan) itu memiliki Partai Gerindra.
"Maklum baru melek politik karena puluhan tahun karirnya di militer. Beda dengan SBY dan Prabowo. Gatot Nurmantyo menempuh jalan yang berbeda masuk ke sarang Kadrun. Maklumlah Kadrun lagi butuh figur militer," ucapnya. []