Pengamat UI Sebut Sifat Blusukan Jokowi Tak Ada Lagi

Irwansyah menyarankan agar Presiden Joko Widodo kembali melakukan blusukan dalam memberikan arahan kepada kementerian yang dinilai buruk.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada Kamis (25/6) pagi bertolak menuju Surabaya, Jatim untuk meninjau Posko Penanganan dan Penanggulangan Pandemi COVID-19 Jatim dan Pantai So Long Banyuwangi. ANTARA/HO-Muchlis Jr - Biro Pers Sekretariat Presiden.

Jakarta - Pengamat Komunikasi Politik dari Universitas Indonesia (UI) Irwansyah menanggapi kemarahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) kepada para Menteri dalam sidang kabinet beberapa waktu lalu. Menurutnya, sifat 'blusukan' Jokowi sudah tidak muncul lagi.

Sayangnya sifat kepemimpinan Presiden Jokowi yang dulunya dikenal dengan 'blusukan' tidak muncul lagi

"Sayangnya sifat kepemimpinan Presiden Jokowi yang dulunya dikenal dengan 'blusukan' tidak muncul lagi. Ada baiknya, kepemimpinan 'blusukan' dilakukan lagi," ujar Irwansyah saat dihubungi Tagar, Senin, 29 Juni 2020.

Dia mengatakan, 'blusukan' perlu kembali dilakukan Gubernur DKI Jakarta pada 2012-2014 itu. Hal demikian menurut Irwansyah agar Jokowi mendampingi dan memberdayakan kementerian yang dinilai tidak mampu mengucurkan anggaran atau yang tidak memahami situasi krisis saat ini.

Baca juga: Ancaman Reshuffle di Kabinet Jokowi Hanya Sesaat

"Karena walaupun semua menteri adalah orang-orang pilihan presiden, dalam satu ketika ada masa di mana mereka tidak hanya harus diberi petunjuk atau diingatkan, tetapi perlu diberitahu cara mengerjakannya," ucap Irwansyah.

Sementara, peneliti senior Pusat Penelitian Politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Prof Dr Siti Zuhro menilai kemarahan Jokowi wajar diutarakan kepada pembantunya yang tidak memiliki kinerja bagus. 

Bahkan, dia tidak heran apabila bahasa reshuffle diiringi kemarahan terlontar dari mulut Jokowi.

Baca juga: Jokowi Fokus Selamatkan 267 Juta Warga Indonesia

"Mengapa? Dalam kondisi Indonesia sedang mengatasi Covid-19. Ketangkasan dan kreativitas serta inovasi-inovasi para Menteri sangat dituntut. Bagaimana aktivitas mau jalan kalau anggaran belum terserap. Ini mungkin yang menjadi inti kemarahan Pak Jokowi," kata Siti kepada Tagar, Senin, 29 Juni 2020.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo terlihat marah dan jengkel saat memberikan arahan dalam sidang kabinet paripurna di Istana Negara, 18 Juni 2020. Jokowi melihat para pembantunya tidak mempunyai sense of crisis dalam menangani ekonomi di tengah pandemi Covid-19.

"Kita harus mengerti ini. Jangan biasa-biasa saja. Jangan menganggap ini normal. Bahaya sekali ini. Dan, saya melihat bapak dan ibu menganggap ini masih normal," kata Jokowi seperti dikutip Tagar dalam video yang diunggah Sekretariat Presiden di YouTube, Minggu, 28 Juni 2020.

Tak hanya itu, Jokowi juga mengancam membubarkan lembaga atau mencopot Menteri sebagai bagian dari tindakan tegas melihat performa para pembantunya yang dianggap mengecewakan.

“Bisa saja membubarkan lembaga, bisa saja reshuffle. Sudah kepikiran ke mana-mana saya,” ujar Jokowi. []

Berita terkait
Alasan Video Jokowi 'Jengkel' Baru Dirilis Kemarin
Istana ungkap alasan video teguran tegas Jokowi kepada menteri baru dirilis 10 hari setelahnya.
Bukan Pertama, Jokowi Sering Peringatkan Menteri
Jokowi bukan baru pertama kali memberi peringatan keras kepada para menteri dan pimpinan lembaga. Sebelumnya, Jokowi sering beri peringatan.
Menteri Non Partai Rawan Reshuffle Presiden Jokowi
Ujang Komarudin memandang, posisi tidak aman di kabinet Presiden Jokowi akan terjadi pada menteri-menteri yang tidak memiliki partai politik.
0
Tinjau Lapak Hewan Kurban, Pj Gubernur Banten: Hewan Kurban yang Dijual Dipastikan Sehat
Penjabat (Pj) Gubernur Banten Al Muktabar meninjau secara langsung lapak penjualan hewan kurban milik warga di Kawasan Puspiptek.