Jakarta - Wakil Ketua Fraksi PAN, Saleh Partaonan Daulay menilai kemarahan Presiden Joko Widodo karena menteri di kabinetnya belum memperlihatkan kinerja yang baik. Selain itu, Jokowi sedang fokus dalam upaya penyelamatan 267 juta warga negara Indonesia di tengah mewabahnya pandemi Covid-19.
"Setelah mendengar pidato Jokowi tersebut, saya berkesimpulan bahwa presiden Jokowi sungguh-sungguh marah dan kecewa. Menurut penilaian presiden, capaian-capaian para pembantunya ini belum ada yang memuaskan. Bahkan, jauh di bawah harapan beliau," katanya kepada Tagar, Senin, 29 Juni 2020.
Saya melihat bahwa fokus presiden adalah penyelamatan 267 juta warga negara. Dan itu disebut beberapa kali dalam pidato. Untuk itu, presiden rela melakukan banyak hal. Termasuk reshuffle dan mengeluarkan payung hukum yang diperlukan
"Implikasinya kan luas. Termasuk pada tingkat ekonomi masyarakat. Presiden juga khawatir betul dengan tingkat pengangguran yang semakin tinggi," tambahnya.
Baca juga: Ancaman Reshuffle di Kabinet Jokowi Hanya Sesaat
Anggota Komisi IX DPR ini juga sependapat dengan pernyataan Jokowi terkait persoalan yang terjadi di Indonesia saat ini.
"Bagi presiden, apa yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini sudah extraordinary. Kejadian luar biasa. Sayangnya, menurut presiden, para menteri menganggapnya masih biasa-biasa saja. Titik itu yang menyebabkan presiden kesal dan marah," kata dia.
Dia berpandangan, sikap presiden pada rapat itu sudah tepat diutarakan dihadapan para menteri-menterinya.
Baca juga: Menteri Non Partai Rawan Reshuffle Presiden Jokowi
"Apa yang disampaikan presiden itu menurut saya adalah benar. Sangat wajar dan tepat jika presiden marah. Tugas beliau adalah mengevaluasi kinerja para pembantunya. Jika ada yang tidak memuaskan, presidenlah yang berhak memberikan teguran dan peringatan. Presiden sudah menyebut akan melakukan apapun. Termasuk akan melakukan reshuffle. Berarti presiden sudah merasakan ada yang tidak beres dalam kabinetnya," ucapnya.
Persoalan evaluasi dan reshuffle, kata dia, itu adalah hak prerogatif presiden. Namun, yang menjadi konsen Jokowi di tengah pandemi Covid-19 ini harus tetap berjalan, yakni penyelamatan nyawa masyarakat Indonesia.
"Saya melihat bahwa fokus presiden adalah penyelamatan 267 juta warga negara. Dan itu disebut beberapa kali dalam pidato. Untuk itu, presiden rela melakukan banyak hal. Termasuk reshuffle dan mengeluarkan payung hukum yang diperlukan," ucap Saleh Partaonan Daulay. []