TAGAR.id, Jakarta - Direktur Eksekutif Studi Demokrasi Rakyat, Hari Purwanto menilai saat ini ada sebuah kepanikan yang cukup besar pada kelompok tertentu setelah Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) memeriksa eks Gubernur DKI Jakarta selama sebelas jam pada beberapa waktu lalu.
Akhirnya, kata Hari, KPK dijadikan sasaran tembak oleh para pendukung kelompok tertentu dengan menjaring banyak orang untuk meminta Ketua KPK Firli Bahuri mundur.
"Saya kira memang benar kalau para pendukung dan loyalisnya memiliki kekhawatiran dan kepanikan setengah mati. Namanya kepanikan dan kekhawatiran tentu beragam ekspresi yang dilakukan, sehingga cara-cara normal maupun abnormal dilakukan oleh para pendukung," kata Hari, Kamis, 20 April 2023.
Berdasarkan informasi yang beredar, menurut Hari diduga terdapat diskusi antara eks pimpinan KPK yang membahas terkait nasib Firli. Namun belakangan, tegas aktivis 98 ini, diskusi tersebut mengarah kepada tuntutan mereka agar Jokowi mundur.
"Itulah langkah panik. Jadi tindakan benar sekalipun yang dilakukan oleh KPK akan dianggap salah, salah satu contoh yang bisa dilihat adalah sikap tendensius para eks pimpinan KPK seperti Bambang Widjojanto, Saut Situmorang dan Abraham Samad," katanya.
Menurut Hari, adanya aksi yang berlangsung di KPK sudah mengarah ke tuntutan Jokowi mundur karena rasa panik dan khawatir jika proses hukum Formula E terus berjalan.
"Sehingga penumpangnya gelap menjadi penumpang terang dan mulai nampak yang berkepentingan. Patut diduga digoyang dan dikriminalisasinya KPK saat ini dilakukan oleh orang-orang yang menjadi pelindung para koruptor atau disuruh koruptor dan dibayar dengan uang hasil korupsi," katanya.
"Tapi mereka harus ingat bahwa KPK itu dalam bekerja pasti secara profesional dan mentersangkakan dengan alat bukti dan bukan dengan opini. Bahkan KPK semakin didiskreditkan malah makin ganas bekerjanya," jelasnya.[]