Pemilu Sukses, Jangan Ada Lagi Cebong dan Kampret

Alumni Jogja Satukan Indonesia meminta saatnya bersatu kembali, jangan ada cebong dan kampret.
Elemen masyarakat Alumni Jogja Satukan Indonesia, Senin (22/4) saat memberikan keterangan pers mengajak masyarakat kembali bersatu pasca pemilu dan menghilangkan dikotomi cebong dan kampret. (Foto: Tagar/Ridwan Anshori)

Yogyakarta - Alumni Jogja Satukan Indonesia menginisiasi pesan damai pasca pemilu. Pemenangnya adalah rakyat Indonesia. Saatnya bersatu kembali, jangan ada cebong dan kampret.

Ketua Alumni Jogja Satukan Indonesia Ajar Budi Kuncoro mengatakan, hasil quick count oleh lembaga survei yang kredibel dan terakreditasi menunjukkan pasangan Joko Widodo - Ma’ruf Amin mengungguli pasangan Prabowo-Sandiaga Uno.

"Kami merayakan syukuran perhelatan pemilu sudah terlaksana sukses, aman, dan damai. Bukan merayakan (kemenangan) pasangan kami," katanya dalam keterangan pers di Yogyakarta, Senin 22 April 2019.

Baca juga: Fadli Zon Tuding Lembaga Survei Melacur

Dalam keterangan pers itu, Alumni Jogja Satukan Indonesia diwakili sejumlah tokoh lintas elemen, seperti Charis Zubair (Muhammadiyah), Ahmad Munjid (NU), Djaduk Ferianto (Nasrani), Butet Kertaradjasa (budayawan).

Ajar menegaskan, pemilu yang sudah digelar merupakan kemenangan rakyat Indonesia yang patut untuk disyukuri. Untuk hasil finalnya tetap harus menunggu resmi real count dari KPU.

Dia mengungkapkan, rakyat Indonesia patut bersyukur. Sudah saatnya bersatu lagi. "Berbagai macam perbedaan, perselisihan, konflik, dan saling menghujat selama masa kampanye sudah saatnya untuk dihentikan," ungkapnya.

Baca juga: Tenangnya Jokowi Menghadapi Kemenangan

Menurut dia, Alumni Jogja Satukan Indonesia meminta agar semua lapisan masyarakat dari berbagai komponen untuk bersatu kembali dalam pelukan lbu Pertiwi. "Tidak ada lagi cebong dan kampret. Tidak ada lagi 01 dan 02. Kita adalah satu, Indonesia tercinta," tegasnya.

Ajar mengatakan, untuk mengungkapkan rasa syukur atas pemilu yang sukses, Alumni Jogja Satukan Indonesia akan menggelar tumpengan bersama. Acara yang dikemas budaya ini digelar 28 April 2019 di Grand Pacific, Jalan Magelang, Yogyakarta.

"Kami memang dari 01, tapi acara ini untuk semua. Memang tidak mudah merangkul mereka (pendukung 02). Yang jelas, acara dikemas dalam nuansa budaya yang ceria dan akrab," ungkapnya.

Menurut dia, pengisi acara tidak hanya dari pendukung 01. Ada juga dari 02. Mereka yang memeriahkan acara antara lain Cak Lontong, Butet, Djaduk dan grup musik Sinten Remen, Den Baguse Ngarso, Marwoto, dan kawan-kawan. 

"Mari (pendukung 02) ikut bergabung. Jangan ada sekat lagi, pemilu sudah selesai. Saatnya membangun Indonesia bersama," ajaknya.

Tokoh Muhammadiyah DIY Charis Zubair mengaku bersyukur bangsa Indonesia sudah bisa melaksanakan kerja besar dan melelahkan yang bernama pemilu serentak. "Ini kerja yang luar biasa. Puluhan petugas KPPS meninggal dunia saat menunaikan tugas besar ini. Bahkan ada yang bunuh diri," ujarnya.

Dia mengajak mengheningkan cipta, mendoakan para petugas yang gugur dalam bertugas dalam Pemilu 2019. "Kita heningkan cipta bagi mereka yang meninggal saat bertugas. Bagaimana pun juga sudah berkorbankan untuk kepentingan bangsa. Ada ibu hamil yang meninggal karena kelelahan," paparnya.

Djaduk Ferianto mengatakan, untuk acara 28 April nanti, sudah menyiapkan yang meriah. Kelompok yang mengisi acara berasal dari beragam suku; Batak, Jawa, Sunda dan seluruh suku di Indoensia yang ada di Yogyakarta ini.  

"Memang benar Yogyakarta itu miniaturnya Indonesia. Pengisi acara dari pilihan 01 dan 02 ada. Intinya dari Yogyakarta menyatukan Indonesia," jelasnya.

Baca juga: Sandiaga Uno, Kabar Terbaru Setelah Sakit

Menurutnya, ini bukan pesta kemenangan. Ini perayaan tentang Indonesia yang sudah sukses mengelar pemilu. Saatnya kembali bersatu, membangun Ibu Pertiwi.

Menurut dia, setelah pemilu selesai, saatnya bersatu kembali. Indonesia punya pekerjaan rumah yang besar yakni membangun kembali manusia yang beradab. "Prinsipnya, mangan ora mangan tetap ngumpul Indonesia mantap betul (makan tidak makan tetap rukun, Indonesia mantap betul)," jelasnya. []



Berita terkait