Yogyakarta - Pakar transportasi Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta meminta pemerintah mempertegas pelarangan mudik guna mencegah penyebaran Covid-19 saat Lebaran tahun ini. Sebelumnya, pemerintah tidak melarang masyarakat untuk mudik tapi mengimbau agar tidak mudik.
"Saya kira penyebaran Covid-19 tidak dapat dihindari saat Lebaran," ujar Profesor Ahmad Munawar, Guru Besar Teknik Sipil UGM, Selasa, 7 April 2020.
Pasalnya saat mudik masyarakat lebih banyak menggunakan kendaraan umum maka penyebaran Covid-19 sulit dihindari meski sudah ada aturan untuk menjaga jarak dua meter. Masyarakat yang mudik menggunakan kendaraan pribadi juga bisa tertular saat berada di rest area.
Selain itu, peringatan untuk isolasi 14 hari di kampung halamannya tidak akan berjalan lancar karena jumlah pemudik mencapai jutaan orang. "Isolasi ini mengharapkan pemerintah daerah sasaran mudik untuk mempersiapkan ratusan bahkan ribuan peralatan serta fasilitas," katanya.
Namun hal ini malah akan memberatkan pemerintah daerah. Jika tidak siap malah akan menyebabkan pandemi ini menyebar di daerah mereka.
Munawar mengatakan, jika memungkinkan pemerintah harus tegas melarang mudik dengan membatasi, bahkan kalau mungkin menyetop angkutan umum bus antar kota, kereta api jarak jauh dan pesawat. Selain itu, penutupan jalan arteri dan jalan tol yang menghubungkan antar provinsi juga bisa menjadi solusi pencegahan.
Ketika ditanya tentang kerugian masyarakat yang bekerja di sektor transportasi, menurut dia, utamanya jika mudik dilarang, saat inipun sudah terasa dampaknya. Kendati demikian, ia menyatakan bahwa saat ini sedang ada negosiasi dengan pemerintah tentang kompensasi kepada mereka.
Ekonomi bisa diperbaiki kembali, tetapi rakyat yang meninggal tidak bisa dihidupkan kembali.
“Saya harap pemerintah segera memberikan bantuan sosial atau BLT kepada mereka yang berdampak, tidak hanya pekerja angkutan umum, tetapi juga pekerja harian dan mereka yang memerlukannya. Hentikan untuk sementara proyek-proyek besar infrastruktur, gantikan dengan bantuan sosial. Berikan keringanan cicilan bank, kalau mungkin penundaan cicilan kepada mereka yang memerlukan,” katanya.
Anggota Dewan Penasehat Forum Studi Transportasi Antar Perguruan Tinggi ini mengatakan, aspek ekonomi yang menjadi pertimbangan pemerintah tidak melarang mudik memang tidak bisa dihindari. Dalam kondisi pandemi seperti sekarang ini perekonomian jelas akan terpuruk. Namun, mana yang lebih penting, ekonomi atau nyawa rakyat?
“Presiden Ghana, Nana Akufo-Addo, ketika menerapkan lockdown di negaranya, menyampaikan sebuah pidato. Ia menyatakan: We know how to bring economy back to live, but we do not know is how to bring people back to life. Ekonomi bisa diperbaiki kembali, tetapi rakyat yang meninggal tidak bisa dihidupkan kembali,” tegasnya.
Terakhir, Munawar berpesan kepada masyarakat Indonesia, terutama yang ingin bermudik, bahwa kesehatan keluarga, terutama orang tua, jauh lebih penting dari bertemu langsung dengan mereka.
“Sudah ada contoh di RS Adam Malik, Medan, anak muda yang mudik, kelihatannya sehat, ternyata pembawa virus. Akhirnya, berdampak pada orang tua yang dikunjungi. Rindu untuk sementara dapat diobati via video call,” ujarnya. []
Baca Juga:
- Sultan: Tiga Syarat Mudik di Yogyakarta Saat Corona
- 1.428 Pembubaran Massa Saat Corona di Yogyakarta
- Basuh Hati, Cara Cegah Covid-19 dari Yogyakarta