Banda Aceh - Persiraja Banda Aceh menutup putaran pertama Liga 2 2019 dengan hasil manis. Mereka mampu menyodok ke papan atas klasemen wilayah barat. Hal yang tidak diperkirakan oleh pelatih Hendri Susilo.
Persiraja menutup putaran pertama dengan meraih kemenangan 2-0 atas rival bebuyutan, PSMS Medan, dalam laga di Stadion H Dimurthala, Lampineung, Banda Aceh, Rabu 14 Agustus 2019 malam. Hasil pertandingan itu langsung mengubah posisi kedua tim.
Kemenangan itu menjadikan Persiraja naik ke peringkat dua dengan poin 21. Sama dengan perolehan poin Sriwijaya FC yang menang 1-0 atas Aceh Babel United. Namun, Persiraja kalah head-to-head sehingga Sriwijaya FC yang bertengger di puncak klasemen.
Sebaliknya, PSMS yang sebelumnya berada di posisi teratas terpaksa turun ke peringkat tiga. Mereka memiliki poin 20.
Sukses Persiraja menduduki papan atas memang di luar perkiraan. Pasalnya di wilayah barat, Laskar Rencong, bersaing dengan tim-tim kuat yang berambisi promosi ke Liga 1, seperti Sriwijaya FC, Persita Tangerang, PSMS maupun PSCS Cilacap.
"Saya puas karena kemenangan atas PSMS mengantarkan tim ke papan atas. Saya tidak menyangka Persiraja berada di posisi ini di putaran pertama," ujar Hendri.
Di pertandingan terakhir mereka di putaran pertama, Persiraja menunjukkan performa terbaik. Hanya, mereka sempat kesulitan mencetak gol. Persiraja baru bisa membobol gawang lawan melalui Defri Riski menit ke-49 dan Irvan Yunus Mofu (77).
Pelatih Hendri tim menjaga konsistensi saat memasuki putaran kedua. Mereka baru akan mengawali putaran itu sebagai tuan rumah dengan menjamu Persibat Batang. Laga digelar pada Sabtu 24 Agustus 2019.
Sementara, pelatih PSMS Abdul Rahman Gurning memberi catatan tersendiri terkait laga terakhir mereka di Banda Aceh. Dirinya mengaku kecewa terhadap kepemimpinan wasit yang cenderung berpihak pada tuan rumah.
Menurut Gurning hal tersebut menjadikan perkembangan sepak bola di Indonesia seperti jalan di tempat. Bahkan, sejak dirinya masih menjadi pemain di era tahun 80-an, tim tamu selalu dirugikan setiap kali bermain di Aceh karena kepemimpinan wasit yang tidak fair.
"Dari zaman saya masih bermain sampai sekarang, wasit tak berubah setiap kali memimpin pertandingan di sini (Aceh). Segala cara dilakukan untuk meraih kemenangan. Kami sangat kecewa kepemimpinan wasit," kata Gurning.
Sebuah catatan kurang bagus karena tak sedikit tim tamu yang mengungkapkan kekecewaan setiap kali tandang ke Banda Aceh. []
