Pelaku Usaha Minta Stop PSBB Agar Ekonomi Kembali

Pengamat ketenagakerjaan UGM Tadjudin Nur Effendi menuturkan penghentian PSBB tak cukup untuk menggerakkan aktivitas ekonomi.
Pekerja menyusun keranjang berisi ikan di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) di Muara Angke, Jakarta Utara, Rabu, 10 Juni 2020. (Foto: Antara/Nova Wahyudi)

Jakarta - Pengamat ketenagakerjaan Universitas Gadjah Mada (UGM) Tadjudin Nur Effendi menuturkan penghentian Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) tak cukup untuk menggerakkan aktivitas ekonomi masyarakat. 

Pasalnya, menurut dia banyak wilayah yang sudah menghentikan penerapan PSBB tapi tetap saja belum cukup menggerek aktivitas ekonomi.

"Pemerintah perlu meningkatkan bantuan sosial, terutama bantuan tunai pada masyarakat yang terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dan kehilangan mata pencaharian," tutur Tadjudin kepada Tagar, Jumat, 24 Juli 2020.

Kenapa bantuan tunai, kata Tadjudinkarena dapat membantu perputaran peredaran uang di tingkat lokal. Selain itu, bantuan tunai langsung mampu meningkatkan daya beli masyarakat. 

Berbeda dengan bantuan non-tunai, seperti pembagian sembako. Pemberian sembako menurutnya justru membuat peredaran uang di tingkat lokal menjadi berkurang. Apalagi, bila pengadaan bahan-bahan sembako dibeli pada penyalur bahan makanan di kota.

"Pengadaan sembako menyebabkan pasar dan warung-warung kekurangan pembeli karena masyarakat tidak perlu membeli beras dan kebutuhan lain di pasar dan warung lokal," ujarnya.

Apabila bantuan sosial sembako tetap dipertahankan, menurutnya secara perlahan daya beli masyarakat untuk konsumsi menjadi negatif. Maka dati itu ia menyarankan pemerintah mengalihkan pemberian sembako ke pemberian tunai.

Untuk menggerakan ekonomi industri-industri berskala besar, ia menyarankan untuk mendorong pemerintah daerah segera membelanjakan anggaran pembangunan yang sudah dicairkan pemerintah pusat.

"Jangan dibiarkan di tabungan bank daerah. Segera belanjakan agar ekonomi lokal dan daerah bergerak," ucapnya.

Hasil survei Indikator Politik Indonesia menunjukan sebanyak 65,1 persen pelaku usaha meminta PSBB segera dihentikan agar aktivitas ekonomi kembali berjalan. Sementara, 60,6 persen responden dari kalangan masyarakat umum menilai PSBB sudah cukup dan tidak perlu diterapkan.

"Mayoritas responden merasa PSBB sudah cukup dan bisa dihentikan agar ekonomi segera berjalan" ujar Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi, Kamis, 23 Juli 2020. []

Berita terkait
Gaji Ke-13 PNS Terlalu Kecil untuk Stimulus Ekonomi
Pengamat pasar modal Siswa Rizali menilai anggaran yang disiapkan negara sebesar Rp 28,5 triliun untuk membayar gaji ke-13 PNS terlalu kecil.
Korea Selatan Resesi, Indonesia Malah Diuntungkan
Peneliti INDEF Aviliani menyebut resesi ekonomi yang menggasak Korea Selatan (Korsel) adalah momen yang menguntungkan bagi Indonesia.
Vaksin Covid-19 AS Lebih Mahal dari Cina, Ampuh Mana?
Pemerintah Amerika Serikat menetapkan patokan harga vaksin Covid-19 sebesar 40 dolar AS atau setara Rp 585.180 per dosis.
0
Parlemen Eropa Kabulkan Status Kandidat Anggota UE kepada Ukraina
Dalam pemungutan suara Parlemen Eropa memberikan suara yang melimpah untuk mengabulkan status kandidat anggota Uni Eropa kepada Ukraina