Pedemo Anarkis di Yogyakarta Sobek Kepala Polisi dan Penarik Becak

Seorang tukang becak dan anggota kepolisian mengalami luka sobek pada bagian kepala, imbas demo Omnibus Law Cipta Kerja di Yogyakarta.
Heru santoso usia 50 tahun korban kericuhan di DPRD DIY (Foto Tagar/Evi Nur Afiah).

Yogyakarta - Seorang tukang becak dan anggota kepolisian mengalami luka sobek pada bagian kepala, imbas dari tindakan anarkistis yang dilakukan pedemo yang menentang pengesahan Omnibus Law Undang-Undang (UU) Cipta Kerja. Peristiwa ini terjadi di halaman Gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Daerah Istimewa Yogyakarta pada Kamis, 8 Oktober 2020. 

Massa yang didominasi aliansi mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Yogyakarta itu terpantau sudah melakukan aksi unjuk rasa ke gedung DPRD DIY sejak pukul 11.00 WIB. 

Iya tadi kena lemparan batu. Sebenarnya sudah risiko jadi polisi.

Berdasarkan informasi yang diperoleh Reporter Tagar, peserta aksi yang datang ke gedung DPRD DIY meliputi beberapa golongan. Aksi pertama yang diwakili para buruh nampak berjalan tertib dan damai. Namun, saat peserta aksi yang didominasi para mahasiswa datang justru memicu kericuhan hingga situasi sulit dikendalikan.

Baca juga: Kenangan Spot Menyenangkan di Kampus UGM Yogyakarta

Hal tersebut dijelaskan Heru Santoso. Sebagai komandan satgas penarik becak di kawasan Malioboro, Yogyakarta, dirinya sempat berusaha melerai kericuhan yang dikompori massa berperilaku anarkistis. Nahasnya, justru ia yang menjadi korban, kepalanya terkena lemparan batu dan besi padat.

"Saya terkena lemparan benda batu atau besi dari peserta demo. Saat itu saya mau menghalau teman-teman demo yang mau anarkis. Tolong jangan anarkis," kata Heru kepada Tagar di Yogyakarta, Kamis, 8 Oktober 2020.

Pria berusia 50 tahun itu pun akhirnya mengakui, dirinya juga menjadi pedemo di sesi pertama. Sebagai penarik becak yang mata pencahariannya berasal dari wisatawan Malioboro, Heru tak ingin kerusuhan ini terjadi lagi di Kota Pelajar. 

Dia menilai dengan insiden keributan ini, hal yang ia takutkan, ke depannya akan berimbas wisatawan menjadi ngeri untuk berkunjung ke Yogyakarta.

Demo Rusuh YogyakartaPedemo Omnibus Law Cipta Kerja di Yogyakarta, Kamis, 8 Oktober 2020. (foto: Tagar/Evi).

Heru pun bercerita. Pada saat kerusuhan pecah, dia pasang badan berada di barisan depan untuk menghalau pedemo yang telah bertindak anarkistis. 

Dirinya berharap, unjuk rasa menentang pemerintah semestinya dapat berjalan kondusif, sehingga massa yang memiliki kepentingan dapat menyampaikan aspirasinya dengan baik, tanpa dinodai dengan unsur kerusuhan.

Tak mudah sebagai penarik becak, kata Heru, baru berusaha bangkit dari kepelikan ekonomi yang menghimpitnya selama pandemi berkepanjangan ini, dia malah ketiban apes diserang massa anarkis. Padahal, sepengingatannya, para peserta aksi sebelumnya bersepakat tidak akan berbuat onar.

"Komunitas becak motor merasa dirugikan kalau ada rusuh-rusuh gini. Akibatnya para tamu takut ke Malioboro," ucapnya menyesalkan kejadian itu.

Lantaran kadung menjadi korban kerusuhan, dia pun tak ingin rekan-rekan lainnya mengalami hal serupa seperti yang ia alami. Maka itu Heru merasa perlu menginstruksikan sekitar 50-an penarik becak untuk mundur, agar menyerahkan segala proses kepada pihak polisi.

"Saya minta teman-teman untuk mundur. Sudah biar kepolisian yang mengatur dan mengamankan para peserta yang anarkis," ucapnya.

Baca juga: Peserta Aksi Diduga Lempar Molotov Rumah Makan di Yogyakarta

Kejadian penyerangan juga menimpa Unit Dalmas Satsabhara Polresta Yogyakarta Iptu Suyadi. Kepalanya juga terkena lemparan batu, hingga kulit kepalanya sobek.

"Iya tadi kena lemparan batu. Sebenarnya sudah risiko jadi polisi," katanya.

Berdasarkan pantauan Tagar di lapangan, ribuan peserta aksi sempat mendobrak untuk mencoba masuk melalui gerbang depan kantor DPRD DIY. Kerusuhan bermula dari peserta massa yang dengan sengaja melempar beberapa botol air mineral ke arah anggota Kepolisian.

Namun, tiba-tiba massa semakin tidak bisa mengendalikan diri, terus menerus melemparkan batu, sampai botol kaca pun beterbangan.

Menanggapi hal tersebut, Kapolresta Yogyakarta Komisaris Besar (Pol) Purwadi kepada wartawan mengatakan, pihaknya sudah menduga akan terjadi kerusuhan besar atas ulah pedemo di Gedung DPRD DIY.

Kendati demikian, tindakan Kepolisian untuk menghadapi pedemo yang berbuat anarkis sejauh ini ia pastikan melalui pendekatan persuasif. Namun, massa malah tidak mengindahkan imbauan, justru nekat berbuat rusuh.

"Saya sudah menduga akan ada kerusuhan seperti ini dari kemarin," kata Kombespol Purwadi.

Atas kejadian itu, pihaknya pun terpaksa menembakkan gas air mata untuk memukul mundur para pedemo. Namun, mereka tidak menghiraukan, bahkan semakin menantang.

"Gas air mata terpaksa ditembakkan karena mereka sudah masuk ke dalam tapi anarkis," ujarnya. []

Berita terkait
Pesan Seorang Badut Saat Aksi Omnibus Law di Yogyakarta
Rakyat tumpah ruah turun ke jalan menolak Omnibus Law Ciptaker, termasuk di Yogyakarta. Di sela-sela aksi ada pesan seorang badut. Begini pesannya.
Omnibus Law dan 4 Tuntutan Buruh Yogyakarta pada Sultan HB X
Buruh Yogyakarta yang tergabung dalam KSPSI DIY menemui Gubernur DIY Sri Sultan HB X. Kaum buruh menyampaikan empat tuntutan.
Maling Beraksi Kuras Barang Berharga di Indekos Yogyakarta
Maling beraksi di indekos mahasiswa di Yogyakarta. Laptop dan barang berharga raib.
0
Tinjau Lapak Hewan Kurban, Pj Gubernur Banten: Hewan Kurban yang Dijual Dipastikan Sehat
Penjabat (Pj) Gubernur Banten Al Muktabar meninjau secara langsung lapak penjualan hewan kurban milik warga di Kawasan Puspiptek.