Pandemi Virus Corona Dijadikan Momentum Serang Jokowi

Pengamat Intelijen Stanislaus Riyanta menilai banyak pihak yang mengambil kesempatan menyerang pemerintah Jokowi di tengah musibah virus corona.
Presiden Joko Widodo di Istana Kepresidenan Bogor, Senin, 30 Maret 2020 (Foto: Muchlis Jr - Biro Pers Sekretariat Presiden).

Jakarta - Pengamat Intelijen dan Keamanan Stanislaus Riyanta menilai banyak pihak-pihak yang sengaja mengambil celah untuk menyerang pemerintah Jokowi, utamanya dengan memanfaatkan momentum pandemi virus corona (Covid-19) di Indonesia.

Dia mengatakan dalam kondisi saat ini Presiden Joko Widodo selalu bertindak hati-hati. Masyarakat dia soroti gaduh dengan merongrong meminta lockdown atau karantina wilayah, hingga keluarnya opsi darurat sipil pun kian membuat publik gempar. Menurutnya, masyarakat telah mengesampingkan sisi-sisi humanisme. 

Di Indonesia justru ada yang memanfaatkan kesempatan sebagai celah untuk menyerang pemerintah.

"Jika ada dugaan bahwa suara yang kontra dengan pemerintah adalah residu Pemilu 2019 cukup masuk akal. Preferensi politik masih menjadi faktor yang kuat. Sehingga apapun yang terjadi masih ada yang melihat preferensi politik sebagai faktor utama daripada faktor lain misal kegawatdaruratan atau kemanusiaan," kata Stanislaus kepada Tagar, Selasa, 31 Maret 2020.

Dia menuturkan masih ada pihak-pihak yang belum bisa move on dari hasil Pilpres 2019 karena menggunakan pola politik identitas. Kendati demikian, orang-orang itu dianggapnya tidak memiliki jumlah yang banyak.

"Ya karena memang mereka lebih mengutamakan faktor politik identitas daripada nasionalisme dan kemanusiaan. Tapi kelompok mereka tidak banyak dan bukan mayoritas, hanya saja suara mereka cukup gaduh," ujarnya.

Baca juga: Jokowi Proses Pemulangan Bejibun WNI dari Malaysia

Langkah pemerintah yang saat ini menerapkan pembatasan sosial dengan lebih ketat, menurutnya sudah tepat. Namun, yang menjadi permasalahan adalah ketidakdisiplinan masyarakat dalam mengindahkan pembatasan sosial.

Stanislaus berterus terang, dirinya juga tidak setuju dengan opsi kebijakan pemerintah Jokowi terkait darurat sipil untuk menghadapi pandemi Covid-19.

"Presiden akhirnya menyampaikan jalan terakhir adalah darurat sipil. Saya berpendapat sebaiknya tidak perlu hingga penerapan darurat sipil, cukup pengetatan pembatasan sosial saja dengan lebih memberdayakan aparatur negara," kata dia.

Dia tak heran pemerintah Indonesia seperti menjadi sasaran amuk massa karena kebobolan masuknya virus corona di Tanah Air. Namun, hal serupa menurutnya juga dialami pemerintahan negara-negara lain yang mengalami persoalan Covid-19.

"Memang nampak sekali banyak gangguan politik yang cenderung menentang apapun yang pemerintah lakukan," ucapnya.

Menurutnya, pertentangan itu cukup membuat gaduh apalagi komunikasi pemerintah Indonesia dengan publik masih kurang sinkron.

Baca juga: Jokowi Gratiskan Listrik 3 Bulan Pandemi Corona

Namun, kata dia, kebanyakan masyarakat di negara-negara lain menghadapi Covid-19 lebih cenderung dengan sikap bersatu. Berbeda dengan di Indonesia yang justru mudah dipolitisir oleh pihak-pihak tertentu.

"Di mayoritas negara lain dengan adanya pandemi Covid-19 ini justru bersatu dan taat kepada pemerintah, di Indonesia justru ada yang memanfaatkan kesempatan sebagai celah untuk menyerang pemerintah," kata dia.

Dalam menghadapi situasi seperti ini, Stanislaus menyarankan pemerintah untuk memiliki satu suara di level elit. Pasalnya, mempunyai sedikit perbedaan saja dapat membuat kegaduhan.

"Suara pemerintah harus lebih kuat dan lebih masif dari suara yang kontra dengan pemerintah," kata dia.

Selanjutnya, pemerintah dia sarankan harus menggalang dan memberdayakan generasi muda untuk terlibat dalam penanganan Covid-19.

"Dalam peran apapun bahkan peran tertentu yang bisa dikerjakan dari rumah seperti membantu sosialisasi. Pemerintah tidak bisa bekerja sendirian. Lalu, pemerintah harus tegas, jika terdapat pihak-pihak yang mengganggu pemerintah dalam penanganan Covid-19 ini harus dikenai tindakan hukum. Ketegasan dalam mengatasi situasi darurat sangat penting," ucap Stanislaus. []

Berita terkait
Jokowi Serius Bendung Imported Case Virus Corona
Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyatakan Indonesia memiliki tantangan untuk menghentikan imported case virus corona (Covid-19).
Tangani Corona, Warga AS Pilih Jokowi Daripada Trump
Jagat Media Sosial dikejutkan dengan kicauan seorang warga negara Amerika Serikat (AS) bernama James Guild di Twitter.
Jokowi Minta APD, Menperin Libatkan Industri Tekstil
Jokowi ingin memprioritaskan penyediaan perlindungan tenaga kesehatan, salah satunya penyediaan alat perlindungan diri (APD).