Pandemi Covid-19 Sinyal Agar Manusia Ramah Pada Bumi

Pandemi Covid-19 merupakan sinyal bagi manusia untuk berperilaku lebih ramah lingkungan agar tidak melebihi daya dukung bumi. Refleksi Hari Bumi.
Ilustrasi - Alam yang indah, terawat, nyaman ditinggali manusia. (Foto: Pixabay/fetcroll)

Jakarta - Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Pascasarjana Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia (Himpasiling UI) Priyaji Agung Pambudi mengatakan pandemi Covid-19 merupakan sinyal bagi manusia untuk berperilaku lebih ramah lingkungan agar tidak melebihi daya dukung bumi. 

Priyaji menyampaikan hal tersebut dalam momentum memperingati Hari Bumi, Rabu, 22 April 2020.

"Meningkatnya suhu bumi akibat kerusakan alam berpotensi memunculkan patogen yang bermutasi karena perubahan iklim dan cuaca, termasuk suhu, curah hujan, dan kelembaban. Penekanan laju kerusakan lingkungan dan perburuan satwa liar menjadi keharusan untuk dihentikan guna mengurangi potensi kemunculan dan penyebaran virus serta penyakit," ujar Priyaji dalam keterangan tertulis diterima Tagar, Rabu.

Di sisi lain, lanjut Priyaji, "Pandemi Covid-19 membuka mata kita agar mampu merasakan dunia yang berbeda dari sebelumnya. Jalanan yang lebih lancar, udara yang lebih bersih, langit yang lebih cerah, dan eksploitasi alam yang berhenti sementara. Pandemi Covid-19 memberikan waktu untuk merefleksikan kondisi bumi seperti apa yang ingin kita tinggali."

Hari Bumi mulai diperingati tepat 50 tahun lalu, 22 April 1970. Meningkatnya kesadaran terbatasnya daya dukung dan daya tampung bumi telah mendorong berbagai gerakan sosial dan beragam pendekatan ilmu pengetahuan. 

Hari Bumi adalah momentum refleksi dan titik tolak pergerakan mendorong kebijakan perlindungan lingkungan.

Pandemi Covid-19 memberikan waktu untuk merefleksikan kondisi bumi seperti apa yang ingin kita tinggali.

ilustrasi aktivitas di luar rumahIlustrasi - dunia sedang dikepung pandemi Covid-19. (Foto: pixabay/Matryx)

Priyaji mengatakan bumi Indonesia sedang sakit. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menerima 4.103 aduan kasus kerusakan lingkungan sepanjang lima tahun terakhir, terdiri atas perambahan hutan, kebakaran hutan, penjualan satwa liar, dan pembalakan liar. 

"Pada periode 2000-2017, Indonesia kehilangan lebih dari 20 juta hektare hutan. Polusi air, udara, dan tanah terus terjadi secara luas dan menyeluruh. Kecil kemungkinan Indonesia dapat mencapai target NDC (Nationally Determined Contribution) untuk turunkan emisi," ucapnya.

Permasalahan lingkungan juga terjadi pada sektor energi. Bahan bakar fosil masih menjadi sumber energi utama. Batu bara masih menjadi pilihan utama untuk pembangkit listrik baru di Indonesia.

Padahal, kata Priyaji, pembakarannya menghasilkan emisi yang sangat besar (738 gram CO2/kWh) dan mengganggu kesehatan manusia dan makhluk hidup lain. "Inkonsistensi pemerintah ini menghambat pencapaian target bauran energi 23 % untuk energi terbarukan di 2025. Stabilitas bumi Indonesia masih terus terguncang akibat kerusakan lingkungan."

"Slogan 'Laut Masa Depan Bangsa' yang pernah digaungkan oleh Presiden Joko Widodo pada pemerintahan Kabinet Indonesia Kerja tidak lagi terdengar. Skema menjaga sumber daya alam di sektor kelautan kini tidak jelas dan belum menunjukkan arah keberlanjutan. Banyak hal yang harus dilakukan untuk memperbaiki kondisi bumi Indonesia," ujar Priyaji.

Ironisnya, kata Priyaji, meskipun kerusakan lingkungan terjadi di depan mata, bahkan kian memburuk, pemerintah Indonesia justru seolah-olah menutup mata dan mencoba meloloskan Omnibus Law atau Rancangan Undang-Undang (RUU) Cipta Kerja yang mempermudah mekanisme perizinan usaha dan/atau kegiatan, namun abai dengan aspek lingkungan. 

"Upaya meloloskan Omnibus Law yang berisi banyak pasal mendahulukan pertumbuhan ekonomi di atas kelestarian lingkungan bertolak belakang dengan komitmen Paris Agreement yang telah diratifikasi dalam Undang-undang Nomor 16 Tahun 2016," kata Priyaji.

Hari BumiIlustrasi - Peringatan Hari Bumi. (Foto: Pixabay)

Pernyataan Sikap

Melihat beragam permasalahan tersebut, pada momen Hari Bumi ke-50 ini, Himpasiling UI menyatakan sikap sebagai berikut:

1. Mendesak Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) untuk menghentikan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Batu Bara dan re-alokasi dana ke pembangunan pembangkit listrik berbasis energi terbarukan; 

2. Mendesak Kementerian Agraria dan Tata Ruang (ATR) menata ulang izin konsesi untuk kepentingan industrialisasi, baik industri perkebunan, reklamasi, pariwisata, dan lain-lain dengan memperhatikan daya dukung lingkungan; 

3. Mendesak Mahkamah Konstitusi untuk membatalkan RUU Cipta Kerja yang abai pada aspek dan dampak lingkungan; 

4. Mendesak Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) untuk menghentikan deforestasi, jangan ada lagi hutan yang hilang di Bumi Indonesia, dan memperketat pengawasan pengelolaan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) medis yang semakin meningkat di tengah wabah Covid-19; 

5. Mendesak Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) memperkuat pengawasan pencurian ikan oleh kapal asing, penertiban alat tangkap yang tidak ramah lingkungan, dan penangkapan satwa laut dilindungi, serta penegakan hukum secara tegas, konsisten, dan bijaksana; 

6. Mengajak para akademisi dan praktisi di seluruh Indonesia untuk terus mengawal kebijakan dan agenda pembangunan nasional dengan kajian ilmiah demi terwujudnya pembangunan yang berkelanjutan; 

7. Mengajak masyarakat di seluruh Indonesia untuk menjaga dan melestarikan lingkungan, berperilaku ramah lingkungan dengan menghemat penggunaan air, menghemat penggunaan energi, dan mengurangi penggunaan kendaraan pribadi untuk kurangi emisi Gas Rumah Kaca (GRK) serta menghentikan segala bentuk upaya yang dapat merusak lingkungan. []

Baca juga:

Berita terkait
Hari Bumi, Aceh Gelar Parade Lindungi Hewan Lokal
Pecinta hewan dan pegiat lingkungan di Aceh merayakan Hari Bumi dengan menggelar parade menggunakan topeng harimau, orangutan,badak dan gajah.
Foto: Peringatan Hari Bumi di Indonesia
Di Indonesia sendiri, banyak kegiatan yang dilakukan masyarakat untuk meningkatkan kesadaran terhadap lingkungan.
Infografis: Sejarah Hari Bumi
Bagaimana respect terhadap bumi? Berikut ini sejarah Hari Bumi dalam infografis.