Opini: Lumunturing Wahyu Keprabon

Ada dua mainstream kekuatan Mataram di era Senopati berkuasa, yaitu jalur garwa padmi dan jalur jasa.
Ilustrasi Politik Mataram (Foto: Tagar.id/Mjscolombo.com)

Oleh: Bagas Pujilaksono, Akademisi UGM

Wahyu Keprabon dalam arti rasional adalah dukungan politik dari rakyat untuk seorang Raja. Sedang makna irasionalnya adalah dukungan alam semesta untuk seorang Raja bertahta.

Perpolitikan nasional menjelang 2024, beberapa hari kebelakang, dihebohkan pernyataan seorang tokoh nasional, yang menyampaikan perihal estafet kepemimpinan nasional, memakai patroon sistem monarki.

Saya tidak mau dan tidak ingin mengomentari pernyataan tersebut. Time will tell us all.

Ketika Panembahan Senopati ing Ngalaga Ngabehi Loring Pasar, posisi politiknya  mulai goyah, akibat perbuatannya sendiri, internal kerajaan Mataram, mulai memunculkan suksesi putera mahkota atau pangeran pati.

Ada dua mainstream kekuatan Mataram di era Senopati berkuasa, yaitu jalur garwa padmi dan jalur jasa. Garwa Padmi Senopati ada dua: Kanjeng Ratumas dan Kanjeng Ratu Retno Dumilah.

Dari Kanjeng Ratumas, Senopati  mempunyai dua anak, yaitu Retno Pembayun dan Mas Jolang. Dari Kanjeng Ratu Retno Dumilah, Senopati berputera Pangeran Juminah.

Jalur jasa adalah keturunan Senopati dengan Semangkin dan Perihatin, garwa selir. Semangkin dan Perihatin adalah kakak-adik, puteri Sunan Perwata, sekaligus cucu Raja Demak Bintoro, yaitu Sultan Trenggono.

Cinta Senopati sebenarnya hanya untuk Semangkin. Semangkin adalah satu-satunya garwa selir yang mendapat nama kebangsawanan, yaitu Adisara.

Senopati sengaja memberi kesempatan putera-putera Semangkin dan Perihatin untuk menjadi Benteng Mataram. Mereka adalah Raden Rangga dan Pangeran Puger (Semangkin) dan Raden Rama (Perihatin).

Sedang putera dari kedua garwa padmi dikesampingkan. Akibat perilaku Senopati ini, Mataram sepeninggalnya, dalam masalah yang rumit dan pelik.

Jurumertani alias Mandoroko adalah yang pertama kali memunculkan suksesi putera mahkota Mataram. Jurumertani mengusulkan Raden Rama menjadi putera mahkota, yang kemudian bergelar Pangeran Mangkubumi.

Sikap Jurumertani ini, semata didasarkan kebenciannya kepada Ki Panjawi. Kanjeng Ratumas adalah puteri Ki Panjawi.

Mengapa Raden Rama yang lahir dari garwa selir? Mengapa bukan Mas Jolang, yang lahir dari garwa padmi? Aneh! Itulah Jurumertani.

Sabda panditaning Raja tan kena wola-wali. Senopati merasa bersalah atas penunjukkan Raden Rama menjadi putera mahkota Mataram.

Posisi putera mahkota kemudian dipundhut kembali, dan diberikan ke Mas Jolang. Senopati membayar mahal atas sikapnya ini.

Raden Rama atau Pangeran Mangkubumi, tidak sakit hati, bahkan menunjukkan kesetiaannya kepada Mataram dan sebagai negarawan sejati.

Kelak, diakhir-akhir kepemimpinan Mas Jolang di Mataram, yang bergelar Panembahan Hanyokrowati, nasib Mataram sepenuhnya ada ditangan Mangkubumi.

Mangkubumi adalah pembawa Wahyu Keprabon Mataram: Kembang Lampir dan Gagak-Emprit.

Rame ing gawe, sepi ing pamrih, itulah Mangkubumi. Jolang melewati jalan yang sama, seperti ayahandanya, Senopati. Yaitu sbb:

1. Juga memiliki dua garwa padmi; Kanjeng Ratu Tulungayu dan Kanjeng Ratu Banowati. Ketika Tulungayu diangkat menjadi garwa padmi, Hanyokrowati bersumpah, bahwa anak Tulungayu kelak menjadi Raja di Mataram.

Dewata berkehendak lain, delapan tahun berjalan, Tulungayu tidak kunjung hamil, padahal tidak ikut program KB. Diangkatlah puteri Pangeran Benawa dari Pajang menjadi garwa padmi kedua yang bergelar Kanjeng Ratu Banowati alias Kanjeng Ratu Pajang.

Langsung hamil, lahirlah Radenmas Rangsang, yang kelak akan menjadi Raja Mataram pertama yang bergelar Ngarso Dalem ingkang Sinuhun Susuhan Agung Hanyokrokusumo Senopati ing Ngalaga Ngabdurrahman Khalifatulloh Syayidin Panatagama.

Dua belas tahun pasca kelahiran Radenmas Rangsang, Kanjeng Ratu Tulungayu melahirkan putera laki-laki, yang bernama Pangeran Martopuro. Unfortunately, Martopuro is mentally ill alias idiot.

2. Sabda pandhitaning Raja tan kena wola-wali. Hanyokrowati membayar mahal atas sikapnya ini. Janji posisi putera mahkota untuk Martopuro dipundhut kembali dan diberikan kepada Radenmas Rangsang.

Dipanggillah Mangkubumi menghadap Hanyokrowati, di ruang rahasia di pagi-pagi buta. Mangkubumi menerima serat kekancingan Mataram, yang isinya mencabut posisi Martopuro dan memberikan posisi putera mahkota ke Radenmas Rangsang.

Serat kekancingan baru boleh dibaca sepeninggal Hanyokrowati. Hanyakrowati sudah merasa, bahwa nyawanya menjadi taruhannya.

Hari itu juga, Hanyokrowati didampingi adik tirinya, yaitu Mangkubumi, pergi ke Kadipaten Batang melamar puterinya Adipati Batang menjadi calon permaisuri Radenmas Rangsang, yang kelak bergelar Kanjeng Ratu Batang atau Kanjeng Ratu Kencono.

Di perjalanan pulang ke Mataram, Hanyokrowati dibunuh oleh Darposuli, suruhannya Kanjeng Ratu Tulungayu. Hanyokrowati tewas di tkp, tepatnya di Hutan Krapyak.

Mangkubumi adalah pembawa Wahyu Keprabon Mataram.

Adakah kemiripan suksesi kepemimpinan nasional agenda 2024 dengan hiruk-pikuk politik Mataram? Silakan dipikir sendiri.

Aja sok dhemen nggege mangsa. Saya tetap mendukung Ganjar Pranowo Capres PDI Perjuangan 2024, dengan pertimbangan konsistensi, integritas, dan komitmen kebangsaannya. Terima kasih. []

Berita terkait
Opini: Penistaan Agama, Siapa yang Tidak Bisa Bertoleransi
Saya mengingatkan kepada siapa saja, untuk tidak sesekali pun menyentuh simbol-simbol agama apapun ketika berbicara atau beropini di ruang publik.
Opini: Restorasi Justice
Musibah yang menimpa ananda David adalah upaya pembunuhan terencana, dan saya menolak upaya damai melalui restorasi justice.
Opini: Berikan Insentif, Bukan Malah Memotong Upah
Saya mendorong Menteri Ketenagakerjaan mencabut Permenaker Nomor 5 ini karena akan menimbulkan permasalahan bagi kehidupan pekerja/buruh.
0
Opini: Lumunturing Wahyu Keprabon
Ada dua mainstream kekuatan Mataram di era Senopati berkuasa, yaitu jalur garwa padmi dan jalur jasa.