Aceh Tamiang - Bulan Agustus menjadi berkah tersendiri bagi penjahit dan penjual bendera merah putih di setiap tahunnya, sebab bulan tersebut merupakan peringatan hari kemerdekaan bagi bangsa Indonesia. Namun tidak untuk para penjahit dan penjual bendera di Kabupaten Aceh Tamiang, Aceh.
Tahun 2020 ini, para penjahit dan penjual bendera di kota Kualasimpang mengaku sangat sepi orderan. Biasanya, mereka mengaku setiap menjelang bulan Agustus, atau pertengahan bulan Juli sudah di banjiri orderan. Salah satu penjahit di kota Kuala Simpang, Bowo, 48 tahun, mengatakan, kali ini dirinya sepi dari para pemesan.
"Sepi tahun ini, biasanya setiap memasuki awal Agustus sudah banyak yang meminta untuk dijahitkan bendera," kata Bowo kepada Tagar, Senin, 3 Agustus 2020.
Menurut Bowo, tiap tahunnya hanya di bulan Agustus saja, dirinya mampu meraup keuntungan Rp 7 hingga 9 juta rupiah. Namun tahun ini omzetnya menurun hingga 70 persen.
Sepi tahun ini, biasanya setiap memasuki awal Agustus sudah banyak yang meminta untuk dijahitkan bendera.
"Sekolah yang biasanya pesan, tahun ini tidak, karena semua sekolah ditutup akibat Covid-19. Begitu juga kantor-kantor pemerintahan dan perusahaan, kali ini banyak yang tidak pesan," ujarnya.
Selain Bowo, pedagang bendera musiman yang sering mangkal di sepanjang jalan lintas provinsi tepatnya di Karang Baru, Marwan, 30 tahun, juga merasakan hal yang sama.
"Sepi kali mas. Hari ini saja baru 2 bendera yang laku. Biasanya kalau sudah masuk awal Agustus ini, saya sampe keteter. Tidak putus orang yang singgah untuk membeli. Dari yang kecil hingga yang besar," ujarnya.
- Baca juga: Penjual Bendera di Bantaeng Raih Omzet Jutaan Rupiah
- Baca juga: Penertiban Penjual Bendara Agustusan di Yogyakarta
Marwan mengaku, dirinya menjual bendera dengan harga bervariasi. Dari harga Rp 30 ribu hingga Rp 300 ribu. "Harga bervariasi. Kalau bendera yang biasa saya jual Rp 30 ribu hingga Rp 100 ribu. Kalau jenis bendera umbul-umbul, apalagi yang mempunyai motif sablon gambar garuda bisa sampai Rp 300 ribu. Namun semuanya tergantung ukuran dan motifnya," katanya.
Berbeda dengan Bowo, Marwan sendiri mengaku, bendera yang di jualnya bukan miliknya. Namun dia hanya mengambil upah dari orang lain, atau toke. "Dalam 1 bendera saya mendapat gaji Rp 5.000 rupiah. Jadi kalau banyak yang terjual, lumayan saya dapat rejekinya," ujarnya. []