Misteri di Balik Hantu PKI Bulan Mei, Bukan September

Seperti orang mati yang sudah lama dimakamkan, arwahnya dipanggil lagi buat pesugihan. Misteri di balik hantu PKI bulan Mei, bukan September.
Bendera Merah Putih dicoreti logo PKI di Kampus Unhas Makassar. (Foto: Tagar/Ist)

Biasanya woro-woro hantu PKI diramaikan pada akhir September atau awal Oktober. Tapi tahun ini berbeda. Baru juga bulan Mei, isu PKI sudah ramai di media sosial. Bukan hanya itu, tender demo PKI juga mulai jauh-jauh hari dilaksanakan. Tumben, ada demo PKI di bulan Mei.

Mungkin yang demo sudah kebelet, enggak sabar menunggu September. Atau barangkali bohirnya yang libido politiknya sudah ereksi, melihat kondisi masyarakat yang sedang resah akibat Covid-19.

Dalam demonstrasi tentang PKI, biasanya demonstran membawa bendera palu arit lalu dibakar. Nanti saat demo lain, membawa bendera itu lagi, lalu dibakar lagi. Begitupun sebelumnya, demo membawa bendera PKI, mereka bakar juga. Stok benderanya banyak banget. 

Di media sosial, yang meramaikan isu PKI orangnya itu-itu juga. Kalau bukan Haikal Hasal, paling banter Tengku Zulkarnain. 

PKI di Indonesia sudah bubar 54 tahun lalu, tapi sampai sekarang masih saja diseret-seret untuk menakut-nakuti orang. Seperti orang mati yang sudah lama dimakamkan, arwahnya dipanggil lagi buat pesugihan.

Jika kita perhatikan, para pemain isu PKI ini memang mirip kisah dalam film kartun Scooby Doo. Di film itu biasanya ada penjahat yang menebar ketakutan kepada masyarakat. Mereka membuat hantu jadi-jadian agar orang penuh ketakutan. Dari ketakutan orang itulah mereka akan mendapatkan keuntungan. Meski pada akhir cerita, biasanya penjahatnya tertangkap dan topengnya dilucutkan.

Seperti orang mati yang sudah lama dimakamkan, arwahnya dipanggil lagi buat pesugihan.

Nah, isu PKI ini mirip hantu dalam film Scooby Doo. Disebarkan untuk menakut-nakuti rakyat dan mendapat keuntungan. Yang pasti, keuntungan politik. Apalagi disebar saat rakyat dan pemerintah Indonesia sedang susah menghadapi Covid-19.

Kelakuan mereka mirip mencari lele dalam kubangan lumpur. Mungkin dulu pada zaman orde baru, cara menakut-nakuti itu efektif untuk mempertahankan kekuasaan otoriter selama 32 tahun. Tapi kini zaman sudah berubah. Unyil saja sekarang sudah memakai laptop. Siapa juga yang mau mendengarkan ocehan mengenai PKI.

Mereka yang meneriakkan hantu PKI ini biasanya juga pengagum orde baru. Mereka selalu menyebar isu, bahwa enakan hidup zaman orde baru. Sekolah enggak bayar. Rumah sakit juga enggak bayar. Jelas saja. Pada 30 atau 40 tahun lalu, mereka yang ngomong begitu memang tidak bayar sekolah. Mereka juga tidak membayar rumah sakit. Yang harus membayar adalah bapaknya. Karena mereka masih kecil.

Jadi isu PKI itu diembuskan bersamaan dengan usaha menaikkan pamor orde baru yang dulu ditumbangkan rakyat Indonesia. Mereka memang selalu berhalusinasi. Teriak PKI, tapi di mana PKI-nya, siapa orangnya, di mana kantornya, tidak pernah bisa mereka tunjukkan.

Halusinasi seperti itu juga melanda istri Bahar Smith. Kriminal yang dipenjara karena menganiaya anak kecil ini, kemarin terpaksa ditangkap lagi karena melanggar pembebasan bersyaratnya. Menurut istri Bahar, kisah penangkapan Bahar itu mirip penangkapan para jenderal dalam film G30SPKI.

Aneh. Perempuan itu menyamakan Bahar dengan pahlawan revolusi kita. Mana ada pahlawan revolusi yang rambutnya dicat pirang, gondrong seperti Megaloman? Lagi pula Bahar dipenjara dalam kasus kriminal biasa. Tidak ada sangkut-pautnya dengan agama dan politik sama sekali.

Para penyebar isu PKI ini memang serasa hidup di masa lalu. Mereka mau membangkitkan kekuasaan ororiter yang sudah luluh lantak ditumbangkan rakyat.

*Pegiat Media Sosial

Baca juga:

Berita terkait
Polisi Kejar Pengibar Bendera Logo PKI di Unhas
Kepolisian dari Polrestabes Makassar terus melakukan penyelidikan untuk menangkap pelaku pengibar bendera merah putih bergambar Palu Arit di Unhas.
Bendera Merah Putih Berlogo PKI Ditemukan di Unhas
Bendera merah putih berlogo PKI ditemukan di Kampus Universitas Hasanuddin Makassar,
Bamsoet Bahas Isu Kebangkitan PKI, Terangkan RUU HIP
Ketua MPR Bambang Soesatyo menilai Rancangan Undang-Undang (RUU) tentang Haluan Ideologi Pancasila (HIP) tidak akan menghidupkan PKI komunisme.