Miris, Sekolah Reot Daerah Penghasil Gas di Aceh

Kondisi Madrasah Ibtidaiyah Swasta (MIS) Darussalam, di Desa Abeuk Reuling, Kecamatan Sawang, Kabupaten Aceh Utara, Aceh, sangat memprihatinkan.
Kondisi Madrasah Ibtidaiyah Swasta (MIS) Darussalam, Desa Abeuk Reuling, Kecamatan Sawang, Kabupaten Aceh Utara, Aceh memprihatinkan. (Foto: Tagar/Istimewa)

Lhokseumawe, Aceh - Tiga bangunan itu dindingnya terbuat dari anyaman bambu, kondisinya sudah cukup memprihatinkan karena sudah banyak yang bolong dan atapnya terbuat dari daun rumbia, serta lantainya beralaskan tanah basah.

Begitulah kondisi sekolah Madrasah Ibtidaiyah Swasta (MIS) Darussalam, Desa Abeuk Reuling, Kecamatan Sawang, Kabupaten Aceh Utara, Aceh. Ditempat pendidikan itu, hanya ada tiga gedung permanen, satu di antaranya digunakan untuk ruang guru dan perpustakaan, dua lainnya dijadikan ruang kelas.

Karena ruangan kelas yang tidak cukup akibat jumlah siswa yang banyak, sehingga terpaksa harus dipergunakan bangunan yang terbuat dari anyaman bambu itu sebagai ruang kelas untuk belajar.

Apabila hujan turun maka siswa tidak belajar, karena atapnya yang bocor, serta ditambah lagi akibat tempias hujan dari dinding yang bocor.

Madrasah tersebut dibangun pada tahun 2010 lalu, dengan menggunakan anggaran dari swadaya masyarakat setempat, hanya ada fasilitas seadanya, seperti kursi kayu dan bangunan yang tidak memadai.

Untuk menempuh ke lokasi tersebut, hanya membutuhkan waktu sekitar 20 menit dari Simpang Elak, Krueng Mane, Kabupaten Aceh Utara. Sekitar 20 meter dari badan jalan, maka terlihat ada yang sudah robek bertulis “Master Plant Pembangunan Masjid Darul Taqwa Abeuk Reulieng".

Maka di perkarangan masjid itulah Madrasah Ibtidaiyah Swasta (MIS) Darussalam tersebut berada.

Kepala MIS Darussalam, Mansur mengatakan, di lokasi gedung permanen itu dibangun oleh Pemerintah Kabupaten Aceh Utara, Dinas Pendidikan Provinsi Aceh dan Kementerian Agama RI.

Saat sekarang ini ada 80 murid tercatat di sana. Dengan jumlah tersebut tak cukup ruangan, sehingga terpaksa digunakan bangunan gubuk.

“Gubuk tersebut dibuat berdasarkan hasil swadaya masyarakat dan apabila hujan turun maka siswa tidak belajar, karena atapnya yang bocor, serta ditambah lagi akibat tempias hujan dari dinding yang bocor,” kata Mansur.

Bukan hanya itu saja, tenaga pengajar atau guru yang ada di sekolah tersebut berjumlah 11 orang dan hanya kepala sekolah saja yang statusnya sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS). Sementara sisanya merupakan bakti lillahitaala.

“Mengapa disebut bakti lillahitaala, karena keikhlasannya mengajar. Tanpa gaji memadai. Jika kepala sekolah memiliki uang, maka diberi seadanya,” kata Mansur.

Sebagaimana diketahui, pada tanggal 24 Oktober 1971 perusahaan minyak asal Amerika Serikat melakukan eksplorasi di Desa Arun, Kecamatan Syamtalira Aron, Aceh Utara. awalnya perusahaan tersebut mencari potensi minyak bumi, namun saat dilakukan pengeboran ternyata gas alam yang keluar dari perut bumi.

Lokasi pengeboran tersebut, berada 30 kilometer dari tenggara Kota Lhokseumawe dan deposit gas alam itu dikawasan hamparan sawah yang subur mencapai 17,1 triliun kaki kubik, sehingga layak untuk dikembangkan selama waktu puluhan tahun.

Pimpinan eksplorasi dan produksi Mobil Oil kala itu Alex Massad telah menyediakan dana sebesar 400.000 Dollar Amerika Serikat, untuk melakukan eksplorasi sumur gas yang ditemukan tersebut.

Kemudian Pertamina bekerjasama dengan Mobil Oil dan Japan Indonesia LNG Company (JILCO), membentuk perusahaan patungan yang diberi nama PT ARUN NGL Co, kini telah berganti nama menjadi PT Perta Arun Gas.

Pada hari Sabtu 16 Maret 1974 didirikanlah PT Arun sebagai perusahaan operator dan peresmian kilangnya, diresmikan oleh Presiden Soeharto pada 19 September 1978, serta perusahaan itu berlokasi di Desa Blang Lancang, Kecamatan Muara Satu, Kota Lhokseumawe.

Sebelumnya pada tanggal 3 Desember 1973, telah dilakukan penandatangganan kontrak penjualan LNG dengan sejumlah perusahaan industri di Jepang, untuk tenggang waktu selama 20 tahun.

Demikian pula berikutnya dengan perusahaan Korea Selatan, melalui perusahaan Electric Power Corp. Perusahaan itu menandatanggani kontrak LNG sebanyak 2 juta ton pertahun, mulai tahun 1981 hingga 2006. []

Berita terkait
Wakil Wali Kota Banda Aceh Positif C-19
Wakil Wali Kota Banda Aceh, Zainal Arifin dinyatakan positif terpapar C-19 pada Jumat, 28 Agustus 2020.
Mahasiswa Aceh Barat Belajar Daring di Atas Gunung
Pelajar dan mahasiswa di Desa Cangai, Kecamatan Pante Ceuremen, Kabupaten Aceh Barat, Aceh, terpaksa harus mengikuti belajar online di atas gunung.
Rokok Impor Ilegal di Aceh Dipasok Melalui Laut
Rokok ilegal dipasok ke Aceh dari tiga negara di Asia Tenggara, yakni Malaysia, Thailand dan Vietnam.
0
Ini Dia 10 Parpol Pendatang Baru yang Terdaftar di Sipol KPU
Sebanyak 22 partai politik (parpol) telah mengajukan permohonan pembukaan akun atau akses Sistem Informasi Partai Politik (Sipol).