Miliaran Dolar dari Saudi Biayai Kaum Radikal Indonesia

Hati-hati, miliaran dolar dari Arab Saudi biayai kaum radikal di Indonesia. Ini bukan permainan sekali pukul Tulisan opini Eko Kuntadhi.
Ilustrasi. (Foto: Wahid Foundation)

Oleh: Eko Kuntadhi*

Seorang calon pemimpin butuh citra, agar kelak ketika ia memegang tampuk pimpinan kekuasaanya bisa kokoh. Di Saudi yang berbentuk kerajaan, kekhawatiran paling serius dari calon raja adalah tikaman dari lingkungan keluarganya sendiri.

Ketika Muhammed bin Salman (MBS) diangkat sebagai putra mahkota, ia membangun pencitraan seolah dirinya adalah reformis. Dengan alasan memberantas korupsi, ia menangkapi pangeran-pangeran kaya yang bakal membahayakan kekuasaannya nanti.

MBS meminta para pangeran itu menyerahkan sejumlah kekayaanya. Penyerahan kekayaan itu adalah cara memotong jalur logistik jika saja para pangeran itu mau bersekongkol untuk mendongkel dirinya.

Bukan hanya alasan korupsi. MBS juga menangkapi para agamawan berpandangan radikal. Ini dilakukan untuk mendapatkan pencitraan dari dunia internasional bahwa dirinya membawa perubahan pada negeri gurun itu. Para ulama radikal yang juga disokong oleh dana besar para pangeran ketakutan. Sebagian mereka, kabarnya kabur, mencari lokasi baru untuk menyebarkan pahamnya.

Bukan hanya kabur membawa dirinya sendiri. Tetapi mereka membawa duit jutaan dolar. Asyiknya lokasi yang dituju adalah Indonesia.

Sejak lama memang yayasan-yayasan dari Saudi menanamkan pengaruhnya di Indonesia. Mereka membantu pembangunan masjid, mendorong pendirian pesantren, membangun komunitas-komunitas untuk menyebarkan paham Wahabi yang keras. Kini mereka masuk ke Indonesia, bukan hanya menjadi donatur, tetapi berharap bisa memetik langsung bibit radikal yang sudah ditanam selama ini.

Jangan heran belakangan gerakan kaum radikal ini mulai berani terang-terangan. Mereka sahut-sahutan menguatkan satu sama lain. Agendanya adalah mengubah Indonesia menjadi negara agama. Modalnya adalah duit miliaran dolar yang dibawa dari Saudi.

Ini memang bukan permainan sekali pukul.

Jangan heran Ijtima Ulama IV kemarin, misalnya, mulai terang-terangan meneriakkan khilafah di Indonesia. Atau sebagian pengasong agama mulai menjajakan Indonesia bersyariah. Ini bukan kebetulan. Tapi memang ada grand skenario besar yang mempertemukan para pengasong agama di Indonesia dengan sumber dana yang lari dari Saudi.

Tokoh sekelas Mahfud MD, mencium juga gelagat ini. Baginya gerakan mereka bukan lagi main-main. Dengan sokongan dana besar dan bacot para pengasong agama, bisa dikatakan, masa depan Indonesia mulai terancam.

Perkiraan saya sebentar lagi akan makin sengit kampanye khilafah dan Indoneaia bersyariah diteriakkan. Akan makin banyak kejadian-kejadian ajaib yang merusak persatuan. Akan makin keras gempuran pada NU dan Muhammadiyah. Dan goyangan pada pemerintahan Jokowi juga akan lebih terasa.

Gerombolan ini memanfaatkan kekecewaan pendukung Prabowo kemarin. Justru rekonsiliasi Prabowo-Jokowi dijadikan momentum untuk memutus umat dari rantai komando Prabowo. Mereka langsung mendiskreditkan Prabowo sebagai pengkhianat umat.

Tujuannya agar pengaruh Prabowo ditekan seminimal mungkin. Dan para pendukungnya dibelokkan untuk agenda yang lebih besar lagi.

Ini memang bukan permainan sekali pukul. Hitungannya dengan bermodal 42 persen pendukung Prabosan yang sudah loss contact dengan Prabowo, mereka akan menyiapkan perebutan kekuasaan. Sebagian masih percaya jalan demokrasi. Artinya akan memanfaatkan Pemilu 2024 sebagai ajang pertempuran.

Ketika menang nanti, mereka akan membajak demokrasi untuk menegakkan cita-citanya. Seperti Mursi ketika menguasai Mesir.

Sebagian lagi ogah menunggu permainan itu. Nah, inilah yang berbahaya. Mereka lebih suka mengambil jalan pintas untuk berkuasa. Risikonya pasti berdarah. Rakyat akan diadu.

Jika belakangan suasana provokasi terus meningkat, tidak usah heran. Duit dari Saudi mulai bekerja. Menyebarkan racun ke mana-mana.

Kita sepertinya harus lebih mengeratkan pegangan tangan agar petrodolar tidak membuat negeri indah ini menjadi gurun.

Nauzubillah min zalik.

*Pegiat Media Sosial

Berita terkait
Sambut Mahasiswa Baru, UNM Makassar Deklarasi Anti Radikalisme
Universitas Negeri Makassar (UNM) menyambut sejumlah mahasiswa baru yang berjumlah 7.120 orang dengan bersama mengucapkan deklarasi menolak paham radikalisme, intoleransi, dan terorisme
Lemhanas: Bersihkan Prajurit TNI dari Radikalisme
Gubernur Lemhannas Letjen TNI (Purn) Agus Widjojo meminta agar Mabes TNI membersihkan prajuritnya yang terpapar ideologi radikal.
PBNU: Radikalisme dan Intoleransi Bencana Besar NKRI
PBNU menyampaikan bahwa radikalisme dan intoleransi menjadi bencana besar bagi bangsa Indonesia dan mengancam keutuhan bangsa dan negara.
0
Tinjau Lapak Hewan Kurban, Pj Gubernur Banten: Hewan Kurban yang Dijual Dipastikan Sehat
Penjabat (Pj) Gubernur Banten Al Muktabar meninjau secara langsung lapak penjualan hewan kurban milik warga di Kawasan Puspiptek.