Meski Jijik, 2 Wanita Aceh Buat Usaha Budidaya Lalat

Dua wanita di Subulussalam, Aceh membudidayakan lalat untuk kebutuhan positif.
Nurkisah, 32 tahun (kanan) dan Nia Delita, 24 tahun menunjukan ulat Pupa hasil pembudidayaan Maggot BSF mereka di Desa Suka Makmur, Kecamatan Simpang Kiri, Kota Subulussalam, Aceh, Kamis 13 Februari 2020 (Foto: Tagar/Nukman)

Subulussalam - Budidaya tanaman atau budidaya ikan mungkin tak asing kedengarannya. Usahatani di bidang budidaya tanaman dan perikanan tentu tidak menjadi suatu keheranan, dan cukup mudah didapati dimana-mana.

Namun, dua orang wanita di Subulussalam, Aceh, Nurkisah, 32 tahun dan Nia Delita, 24 tahun cukup mengundang perhatian.

Bagi kaum hawa mereka terbilang berbeda dari kaum perempuan umumnya, sebab usaha yang mereka geluti ini sangat langka ditemui, terkhusus di Aceh. Tak ayal kalau peluang usaha yang tengah mereka urusi terbilang kotor dan jijik.

Mereka mencoba sebuah peluang yang bergerak di bidang pembudidayaan ulat larva atau yang dikenal dengan istilah Maggot BSF (black soldier fly).

Maggot BSF merupakan jenis hewan yang memiliki metamorfosis dalam siklus hidupnya, seperti ulat dan kupu-kupu. Sedangkan jenis hewan yang satu ini dari ulat bersiklus menjadi lalat.

Usaha ini bagus untuk dilakukan oleh ibu-ibu rumah tangga. Tapi, yang namanya merintis kita butuh kesabaran saja untuk membesarkan usaha ini.

Namun, tujuan pembudidayaannya bukanlah bagaimana mengembangbiakkan hewan lalat semata. Akan tetapi bagaimana memproduksi ulat larva sebanyak-banyaknya.

Nurkisah, kepada Tagar menjelaskan tentang cara pembudidayaan ulat larva tersebut. Untuk memproduksi ulat larva, itu didapatkan melalui pembuahan telur yang dihasilkan dari perkawinan Lalat Maggot BSF.

Untuk mendapatkan telur tersebut, Nurkisah dan Nia membuatkan kandang khusus bagi Lalat Maggot yang terbuat dari jaring kain dengan ukuran bidang 2x3 meter.

Di dalam kandang itu, Lalat Maggot akan mengalami perkawinan, dan lalu menghasilkan telur. Telur itu menempel di median yang dirancang khusus di dalam kandang.

Median itu terbuat dari potongan kayu lat yang dipotong dengan ukuran 3x25 centimeter, lalu potongan kayu lat disusun beberapa lapis, kemudian diikat dengan menggunakan karet dan di taruh ke dalam ember yang berisi sampah organik. Maka pada median kayu lat tersebut Lalat Maggot BSF akan menaruh telurnya.

Lanjutnya, siklus dalam kandang, Lalat memproduksi telur setiap hari, jumlah telur yang diproduksi antara 500 hingga 900 gugusan telur. Kemudian telur dipisahkan ke median khusus lagi, dan dalam jangka 3-4 hari telur tersebut akan menetaskan bayi larva, berwarna putih.

Pada fase ini, bayi larva itu diberi makanan yang berasal dari sampah organik. Seperti buah-buahan yang sudah busuk.

Butuh waktu 18-21 hari bayi larva akan tumbuh menjadi larva dewasa, warna tubuhnya pun berubah menjadi putih kecoklatan. Pada pertumbuhan 21 hari ke atas larva dewasa akan berubah menjadi Prepupa dan warnanya juga berubah menjadi hitam.

Setelah tujuh hari dari fase Prepupa berubah menjadi Pupa. Dari Pupa inilah dia akan mengalami siklus metamorfosis berubah bentuk menjadi Lalat Maggot BSF dan selanjutnya secara terus menerus akan mengalami siklus alami tersebut.

Nurkisah dan Nia menekuni usaha tersebut sudah menjalani sekitar lima bulan. Pengalaman tersebut mereka dapatkan dari rekan organisasi di KTNA (Kontak Tani Nelayan Andalan).

Merasa tertarik dan menganggap ada prospek pasar maka Nurkisah dan Nia meminta pembinaan kepada Ketua KTNA Kota Subulussalam, Aceh, Abdul Hamid Padang untuk membuka peluang usahatani tersebut.

Kegunaan larva menurut Nurkisah adalah sebagai pakan tambahan utama ternak ayam, budidaya ikan dan burung.

"Kebetulan KTNA kita di Subulussalam memiliki usahatani ternak ayam dan budidaya ikan. Jadi cocok sekali bisa ditampung ke situ dulu sambil pelan-pelan kita promosi ke luar," ujar Nurkisah kepada Tagar, Kamis, 13 Februari 2020.

Nurkisah menyebutkan, motivasi dirinya dan Nia membuka peluang usaha pembudidayaan tersebut merupakan sebuah usaha sampingan, sebab bila dilihat dari proses kerjanya tidak berat dan tidak menyita waktu.

Selain itu, ia juga melihat peluang pasarnya kedepan juga cukup menjanjikan. Ditambah sampah organik sisa-sisa proses pembudidayaan larva bisa diolah lagi menjadi pupuk organik untuk tanaman.

"Menurut saya usaha ini bagus untuk dilakukan oleh ibu-ibu rumah tangga. Tapi, yang namanya merintis kita butuh kesabaran saja untuk membesarkan usaha ini," katanya.

Usaha tersebut menurut Nurkisah merupakan sebuah usaha yang bersifat edukatif dan ramah lingkungan, sebab sampah-sampah organik ternyata bisa dimanfaatkan untuk budidaya Maggot BSF dan pengolahan pupuk organik.

Berdasarkan penelusuran Tagar di Internet, saat ini usaha Maggot BSF sudah banyak mengisi lapak penjualan di pasar online, dan harganya cukup fantastis juga, yaitu untuk bibit Maggot BSF dijual dengan harga 6.000-8.000 rupiah per kilogram.

Sedangkan, untuk jenis Prepupa BSF dibanderol dengan harga 100-250 ribu rupiah per kilogram.[]

Berita terkait
Kades Aceh Singkil Bantah Korupsi Dana Desa
Kepala Desa Kilangan, Aceh Singkil membatah dirinya korupsi terkait dana desa.
Kemarau, Masyarakat Aceh Diminta Tak Bakar Hutan
Musim kemarau, masyarakat aceh diminta agar tidak membakar hutan.
Kakek Bandel di Aceh 5 Kali Ditangkap Karena Sabu
Yah Din kakek asal Aceh yang sudah berulang kali keluar masuk penjara karena sabu.
0
Sejarah Ulang Tahun Jakarta yang Diperingati Setiap 22 Juni
Dalam sejarah Hari Ulang Tahun Jakarta 2022 jatuh pada Rabu, 22 Juni 2022. Tahun ini, Jakarta berusia 495 tahun. Simak sejarah singkatnya.