Jakarta - Hampir di seluruh belahan dunia, tersimpan ritual dan tradisi di luar nalar yang masih dilakukan oleh masyarakat, bahkan ada tradisi berbahaya dan ekstrem, salah satunya ritual mengubur anak hidup-hidup yang terjadi di India.
Mengutip, Decan Herald, Sabtu, 26 Maret 2022, ritual mengerikan tersebut dilakukan oleh penduduk Karnataka di India. Dalam ritual tersebut, anak-anak yang lahir dengan kondisi kurang sempurna, seperti cacat fisik ataupun mental akan dikubur di dalam pasir.
Mereka akan dikubur di sebuah liang pasir dari bagian tubuh hingga leher. Ritual penguburan tersebut dilakukan mulai dari satu, hingga enam jam pada saat gerhana matahari.
Pemerintah dan masyarakat bertanggung jawab atas kepercayaan dan kepercayaan takhayul mereka. Jika mereka memiliki fasilitas medis yang memadai, mereka tidak perlu melakukan ritual ini.
Para orang tua percaya ritual ini bisa menyembuhkan anak-anak mereka. Beberapa desa di sekitar Karnataka pun melakukan hal yang serupa.
Salah satunya adalah orang tua empat anak berkebutuhan khusus di Chincholi, Distrik Kalaburagi, yang tidak disebutkan namanya ini. Ia mengaku telah mengubur anak-anak mereka di lumpur yang mengandung limbah kotoran selama hampir tiga jam.
- Baca Juga: Ritual di Bali, Ini Jawaban Pevita Pearce Saat Dituding Pindah Agama
- Baca Juga: Isu Pindah Agama Jessica Iskandar Lantaran Ritual Adat Bali?
"Kami telah mengikuti apa yang tetua kami lakukan, saat pengobatan medis tidak membantu. Kami memutuskan untuk mencoba cara ini. Kami tidak tahu apakah ini akan menyembuhkan anak kami atau tidak, namun yang jelas kami harus mencobanya," ujar salah seorang orang tua yang pernah melakukan ritual tersebut.
Ada alasan lain kenapa para orang tua di Karnataka melakukan ritual yang telah dilakukan selama berabad-abad ini. Konon, panasnya gerhana matahari dianggap sebagai 'obat' untuk menyembuhkan anak-anak mereka. Hanya saja, sampai sekarang hal itu belum terbukti kebenarannya.
Karena dianggap membahayakan, ritual ini pun menuai beragam protes dari aktivis. Ritual ini dianggap bisa membahayakan anak-anak itu sendiri.
Seorang aktivis dari All India Democratic Women's Association, Neela K, mengatakan bahwa dua dari tiga anak penyandang disabilitas berasal dari keluarga terbelakang secara ekonomi, yang tidak mampu membayar perawatan medis.
“Orang tua dari anak-anak ini putus asa. Mereka tidak bisa disalahkan. Mereka buta huruf dan sangat miskin. Pemerintah dan masyarakat bertanggung jawab atas kepercayaan dan kepercayaan takhayul mereka. Jika mereka memiliki fasilitas medis yang memadai, mereka tidak perlu melakukan ritual ini,” ujar Neela, seperti dikutip dari The Quint, Sabtu, 26 Maret 2022.
- Baca Juga: Ritual Masyarakat Adat Bayan Lombok Tolak Bencana
- Baca Juga: Ritual Mandi Bareng, 16 Pengikut Aliran Hakekok Ditangkap
Ia juga menyesalkan ketidakefektifan pemerintah negara bagian yang seakan menutup mata, dan tidak melaporkan orang tua yang melakukan ritual ini.
Pejabat polisi di Kantor Polisi Pedesaan Gulbarga mengatakan kepada The News Minute, bahwa sebuah kasus tidak akan didaftarkan kecuali jika ada pengaduan dari para aktivis.
“Pada tahun 2009, kami mengadakan kamp kesadaran di desa tempat kejadian itu dilaporkan. Di desa itu, semuanya baik-baik saja. Kami telah menilai situasi di desa Taj Sultanpur sekarang, di mana insiden terbaru telah dilaporkan,” ujar Neela.
Meski demikian, ritual ini diperkirakan tidak akan dilakukan lagi mengingat saat ini, Maharashtra dan Karnataka adalah satu-satunya negara bagian India yang memiliki undang-undang khusus untuk mencegah ilmu hitam dan pengorbanan manusia. []