Menpora Zainudin Tingkatkan Prestasi Olahraga Nasional

Prestasi olahraga nasional di Asia dan dunia tidak bisa dibanggakan, ini terjadi karena atletik sebagai induk olahraga tidak jadi awal pembinaan
Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora), Zainudin Amali, meninjau pelatnas tenis lapangan untuk SEA Games 2019, di Wisma Sanita PU, Jalan Pam Baru, Bendungan Hilir, Kecamatan Tanah Abang, Jakarta, 28 Oktober 2019. (Foto: kemenpora.go.id)

Oleh: Syaiful W. Harahap*

Atletik adalah induk olahraga yang terdiri atas lari, lempar, dan lompat. Atletik adalah dasar bagi atlet atau pemain di cabang-cabang olahraga. Prestasi olahraga nasional yang anjlok jadi pekerjaan rumah Menpora Zainudin Amali.

Tapi, di Indonesia banyak pemain cabang-cabang olahraga populer, seperti sepak bola, tinju, basket, dll. justru tidak bermula dari atletik. Padahal, penguasaan atletik berperan besar dalam cabang-cabang olahraga, seperti lari untuk sepak bola dan lompat untuk voli dan basket.

Renang

Seorang dosen olahraga, dulu IKIP Negeri Bandung, mengatakan pemain cabang-cabang olahraga bermula dari atlet-atlet yang berkiprah di atletik, termasuk senam dan renang. Di banyak negara atlet untuk cabang-cabang olahraga diseleksi dari atletik. Ini sangat beralasan karena penguasaan dalam bidang atletik jadi modal dalam cabang olahraga.

Celakanya, sekarang atletik tidak lagi bagian dari mata pelajaran olahraga di banyak sekolah mulai dari SD, SMP, SMA/SMK, terutama di kota, karena ketiadaan lapangan hijau. Lempar lembing, misalnya, memerlukan lapangan yang luas.

Sejarah atletik dalam bidang olahraga sudah dimulai sejak olimpiade pertama pada 776 SM. Negara-negara maju selalu berlomba-lomba menguasai cabang-cabang atletik, seperti sprint (lari 100 meter), lari berantai, marathon (lari 42,2 km), dll. Lompat jauh, lompat tinggi, dan lompat galah. Lempar lembing. Tolak peluru.

Di tahun 1960-an ada turnamen olahraga antar SD, SMP dan SMA mulai dari tingkat kecamatan, kabupaten/kota, provinsi sampai nasional. Belakangan, lomba-lomba justru pertandingan olahraga (ini termasuk permainan), terutama sepak bola, bulu tangkis, dll.

Renang juga merupakan cabang olahraga yang dijadikan sebagai tolok ukur keunggulan sebuah negara dalam bidang olah raga. Amerika Serikat dan negara-negara Eropa juga beberapa negara di Asia selalu berlomba menjuarai renang.

Dalam turnamen olahraga internasional, seperti Asian Games dan Olimpiade, medali terbanyak ada di cabang atletik dan renang. Sementara Indonesia selalu mengandalkan permainan yaitu bulu tangkis dan sepak bola. Namun, seiring dengan kemajuan zaman sekarang banyak negara yang justru mengalahkan dominasi Indonesia, mulai dari Malaysia, India, Thailand, Hong Kong, Cina, Korsel dan Jepang. Bahkan, beberapa negara di Eropa juga sudah piawai dalam permainan bulu tangkis.

Di awal tahun 2000-an keluarga Nasution yaitu Elsa Manora Nasution, Elfira Rosa Nasution, Maya Masita Nasution, Kevin Rose Nasution dan Mohammad Akbar Nasution jadi jago-jago renang. Ini terjadi karena ayah mereka, Radja Murnisal Nasution, pengelola dan pelatih renang di Jambi.

Cabang-cabang olahraga yang dipertandingkan di Asian Games dan Olimpiade banyak yang tidak populer di Indonesia sehingga tidak banyak peminatnya. Tapi, sebagian cabang olahraga bukan karena tidak diminati, tapi termasuk olahraga mahal seperti bulu tangkis, tenis dan renang.

Sepak Bola

Selama ini bulu tangkis dimotori oleh produsen rokok, tapi Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) angkat suara sehingga pabrik rokok itu mundur. Padahal, bulu tangkis termasuk olahraga dalam ruangan (indoor) dan mahal sehingga butuh sponsor handal.

Begitu juga dengan tenis merupakan cabang olahraga mahal. Padahal, turnamen-turnamen tenis internasional, seperti Australia Terbuka, Wimbledon (Inggris), Perancis Terbuka dan AS Terbuka berhadiah puluhan miliar rupiah untuk juara tunggal putra dan putri.

Sedangkan lapangan sepak bola sangat terbatas. Di kota-kota besar lapangan sepakbola bisa dihitung dengan jari. Adalah hal yang mustahil mengharapkan ‘Pele’ di Indonesia dengan kondisi ketiadaan lapangan bola. Ada juga lapangan sepak bola tapi bisa dipakai dengan biaya sewa yang mahal.

Dalam kaitan itulah pekerjaan rumah Menteri Pemuda dan Olahraga, Zainudin Amali, sangat banyak karena terkait dengan prestasi olahraga nasional yang anjlok dalam banyak cabang olahraga. Seperti sepak bola, misalnya, di tingkat Asean pun tidak bisa berbicara banyak.

Tahun 2021 Indonesia ditetapkan FIFA jadi tuan rumah Piala Dunia U-20. Ini jadi bagian dari kerja Menpora Zainudin untuk menyiapkan kesebelasan yang bisa berbicara di ajang berkelas dunia itu. 

Perlu juga gerakan nasional menyiapkan lapangan sepak bola sampai pada tingkat kecamatan yang bisa diakses secara bebas oleh warga. 

Langkah klub-klub yang menaturalisasi pemain asing ternyata tidak menunjukkan prestasi sepak bola karena kualifikasi dan kualitas pemain-pemain yang dinaturalisasi.

Suporter IndonesiaOknum suporter Indonesia bertindak ricuh dan melempari suporter Malaysia usai pertandingan kualifikasi Piala Dunia 2022 di Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta, Kamis 5 September 2019. Tampak suporter melompati pagar pembatas saat pertandingan yang dimenangkan Malaysia 3-2. (Foto: ANTARA/Hafidz Mubarak)

Yang lebih penting lagi adalah menertibkan perilaku anarkistis suporter sepak bola nasional. PSSI sudah dihukum FIFA dengan denda Rp 641 juta karena suporter Indonesia menyerang supoter Malaysia pada laga babak kualifikasi Piala Dunia 2022 di Stadion GBK Jakarta Pusat, 5 September 2019.

Pada perkenalan calon-calon menteri di tangga Istana Kepresidenan Jakarta, 21 Oktober 2019, Presiden Jokowi secara khusus mengingatkan calon menpora, Zainudin Amali, tentang sepak bola.

Baca juga: Suporter Rusuh PSSI Didenda FIFA Rp 641 Juta

Begitu juga dengan atletik agar jadi mata pelajaran olahraga di semua jenjang pendidikan mulai dari SD, SMP, SMA/SMK karena atlet atau pemain cabang-cabang olahraga berasal dari penguasaan atletik dan senam. Tentu saja ini perlu kerjasama dengan Kementerian lain serta pemerintah daerah untuk menyediakan lapangan.

Menggalang sponsor untuk pembinaan cabang olahraga bulu tangkis dan tenis karena olahraga ini termasuk olahraga mahal. Hal yang sama juga pada cabang olahraga renang. Kolam renang sangat terbatas. Kalau pun ada harus membayar retribusi yang memberatkan bagi kalangan yang tidak mampu.

Tanpa fasilitas dan pembinaan yang konsisten kita akan sulit menelurkan atlet-atlet berkelas dunia. Setelah fasilitas tersedia dan pembinaan berjalan baik baru dilanjutkan dengan turnamen yang berkesinambungan. []

* Syaiful W. Harahap, Redaktur di tagar.id

Berita terkait
Kemenpora Sebut Milenial Harus Manfaatkan Bonus Demografi
Deputi Pengembangan Pemuda Kemenpora menyebutkan momentum bonus demografi harus dimanfaatkan milenial seoptimal mungkin.
Kemenpora Guyur Garuda Muda 2,1 Miliar Rupiah
Garuda Muda sukses menggondol trofi Piala AFF U-22.
Kemenpora Minta Seluruh Cabor Punya Target di Asian Games
Semua cabang olahraga harus memiliki target di Asian Games 2018 meski kita mengetahui verifikasi Kemenpora memutuskan pemangkasan anggaran pelatnas