Menlu Uni Eropa Dukung Seruan China untuk Akui Negara-negara Bekas Uni Soviet

Lu menyatakan negara-negara yang muncul pasca runtuhnya Uni Soviet, tidak memiliki status di bawah hukum internasional
15 negara bekas jajahan Uni Soviet (Sumber: theguardian.com)

TAGAR.id, Brussels, Belgia – Menteri-menteri Luar Negeri Uni Eropa (UE) menggambarkan sebagai kabar baik bahwa China menjauhkan diri dari komentar-komentar kontroversial oleh salah satu utusannya, yang mempertanyakan kedaulatan Ukraina dan negara-negara lainnya yang muncul setelah Uni Soviet runtuh.

Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, Josep Borrell, juga optimistis Uni Eropa akan meningkatkan ekspor amunisi yang sangat dibutuhkan oleh Ukraina.

Pernyataan Borrell muncul setelah pernyataan duta besar China untuk Prancis, Lu Shaye, memicu kehebohan. Lu menyatakan negara-negara yang muncul pasca runtuhnya Uni Soviet, tidak memiliki status di bawah hukum internasional.

Josep BorrellKepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, Josep Borrell (Foto: Dok/voaindonesia.com/Reuters)

“China kemarin mencuit, mereka berharap pernyataan atau komentar yang dikeluarkan itu bukan posisi resmi pemerintah China. Dan kini kami mempunyai jawaban konkret dari China bahwa itu tidak benar. Jadi, ini kabar baik,” kata Borrell.

Dalam wawancara dengan media Prancis, pernyataan Duta Besar Lu itu menambah kegelisahan Eropa tentang tumbuhnya kekuatan ekonomi dan politik China dan sikapnya terhadap invasi Rusia ke Ukraina.

Beijing mengatakan ingin menjadi penengah untuk mengakhiri perang. Tetapi beberapa negara anggota UE skeptis, terutama yang pernah menjadi bagian dari Uni Soviet.

Pada pertemuan menteri luar negeri Uni Eropa di Luksemburg hari Senin, Menteri Luar Negeri Lithuania, Gabrielius Landsbergis mengatakan, “Kami selalu mengatakan, kami tidak mempercayai China sebagai penengah. Negara itu pasti akan berpihak. Secara politis, China memihak Rusia.”

Ada 15 negara yang masuk ke dalam Uni Soviet jadi negara merdeka setelah Uni Soviet runtuh, yaitu (menurut abjad): Armenia, Azerbaijan, Belarus, Estonia, Georgia, Kazakhstan, Kyrgyzstan, Latvia, Lithuania, Moldova, Rusia, Tajikistan, Turkmenistan, Ukraina dan Uzbekistan (wikipedia.org).

Amunisi untuk Ukraina adalah agenda utama lain pada pertemuan di Luksemburg. Uni Eropa berjanji untuk mengirim satu juta peluru artileri atau rudal ke Kyiv dalam waktu satu tahun. Namun negara-negara anggota UE berselisih, apakah akan memasok amunisi itu hanya dari sumber-sumber di dalam UE, di mana Prancis berpotensi meningkatkan industri pertahanan blok itu, atau memanfaatkan negara lain.

Kembali Menlu Lithuania Landsbergis mengatakan, “Saya memahami mereka ingin melihat industri militer Eropa berkembang. Memang, kami membutuhkan itu. Tetapi jika kita menunda sekarang, Ukraina mungkin tidak akan maju dan sukses di medan perang. Oleh karena itu, kecepatan adalah faktor utama yang harus kita lakukan sekarang.”

Borrell memperkirakan, negara-negara anggota UE akan menyelesaikan rencana pengadaan amunisi untuk Ukraina dalam beberapa hari. (ps/jm)/voaindonesia.com. []

Berita terkait
Latvia Runtuhkan Monumen Peringatan Tanda Kemenangan di Era Uni Soviet
Sebuah bangunan obelisk terbuat dari beton dengan bintang-bintang khas Uni Soviet pada bagian atasnya dihancurkan di Ibu Kota Latvia, Riga