Meninggal 387 Orang, Presiden: Prioritas Penanganan Gempa Penuhi Kebutuhan Warga

Meninggal 387 orang, Presiden: prioritas penanganan gempa penuhi kebutuhan warga. "Dari ketersediaan logistik, tenda, selimut, makanan, obat-obatan, air, sampai listrik," kata Presiden Jokowi.
Pengungsi korban gempa bumi menjemur pakaian miliknya di sekitar tempat pengungsian di Desa Santong, Kayangan, Lombok Utara, NTB, Sabtu (11/8/2018). Sejumlah tempat pengungsian korban gempa bumi yang tersebar di berbagai wilayah di NTB membutuhkan perangkat sanitasi untuk mandi, cuci dan kakus. (Foto: Ant/Zabur Karuru)

Jakarta, (Tagar 11/8/2018) – Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyatakan, prioritas penanganan selama masa tanggap darurat gempa di Lombok adalah memenuhi segala kebutuhan warga.
"Dari ketersediaan logistik, tenda, selimut, makanan, obat-obatan, air, sampai listrik," kata Presiden Jokowi melalui akun Twitter-nya @jokowi, Sabtu (12/8).

Setelah itu, lanjut Jokowi melalui cuitan yang diunggah sekitar pukul 13.31 WIB, "Kita fokus melakukan perbaikan rumah masyarakat dan fasilitas umum yang rusak".

Sementara itu Kepala Pusat Data, Informasi dan Hubungan Masyarakat Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, tanggap darurat gempa Lombok yang berakhir pada Sabtu ini diperpanjang 14 hari terhitung sejak Minggu (12/8) hingga Minggu (25/8).

Pengungsi Butuh Fasilitas MCKSeorang ibu memandikan anaknya di tempat pengungsian korban gempa bumi di Desa Santong, Kayangan, Lombok Utara, NTB, Sabtu (11/8/2018). Sejumlah tempat pengungsian korban gempa bumi yang tersebar di berbagai wilayah di NTB membutuhkan perangkat sanitasi untuk mandi, cuci dan kakus. (Foto: Ant/Zabur Karuru)

"Mempertimbangkan masih banyak masalah dalam penanganan dampak gempa, akhirnya Gubernur Nusa Tenggara Barat memutuskan memperpanjang masa tanggap darurat," kata Sutopo melalui pesan tertulis yang diterima di Jakarta, Sabtu.

Sutopo mengatakan, kondisi di lapangan masih banyak permasalahan, seperti masih ada korban yang harus dievakuasi, pengungsi yang belum tertangani dengan baik dan gempa susulan yang masih terus berlangsung dan merusak serta menimbulkan korban jiwa.

Dengan penetapan masa tanggap darurat tersebut maka akan ada kemudahan akses untuk pengerahan personel, penggunaan sumber daya dan anggaran, pengadaan barang logistik dan peralatan serta administrasi.

"Dengan perpanjangan masa tanggap darurat maka penanganan dampak bencana akan lebih cepat," jelasnya.

Sutopo mengatakan, hingga hari keenam setelah terjadi gempa berkekuatan 7 skala Richter, masih terdapat beberapa pengungsi yang belum mendapat bantuan terutama di Kecamatan Gangga, Kayangan dan Pemenang serta beberapa titik di Lombok Barat.

"Permasalahan utama penyaluran bantuan adalah akses jalan menuju lokasi yang rusak. Karena itu, percepatan penyaluran logistik menjadi prioritas saat ini, selain pemenuhan kebutuhan dasar pengungsi," ujarnya.

Menurut Sutopo, kebutuhan yang mendesak adalah tenda, selimut, makanan siap santap, beras, mandi-cuci-kakus portabel, air minum, air bersih, tandon air, pakaian, terpal, alas tidur, alat penerangan dan listrik, layanan kesehatan serta pemulihan trauma.

Korban

Sebelumnya seperti dikutip Antara, Sutopo mengungkapkan jumlah korban meninggal bertambah menjadi 387 orang.

Pengungsi Butuh Fasilitas MCKSeorang pengungsi korban gempa bumi mencuci pakaian mengunakan air dari parit di dekat tempat pengungsian di Desa Santong, Kayangan, Lombok Utara, NTB, Sabtu (11/8/2018). Sejumlah tempat pengungsian korban gempa bumi yang tersebar di berbagai wilayah di NTB membutuhkan perangkat sanitasi untuk mandi, cuci dan kakus. (Foto: Ant/Zabur Karuru)

"Diperkirakan jumlah korban meninggal akan terus bertambah karena masih ada korban yang diduga tertimbun longsor dan bangunan roboh," kata Sutopo.

Selain korban yang diduga tertimbun longsor dan bangunan roboh, Sutopo mengatakan kemungkinan juga masih ada korban meninggal yang belum didata dan dilaporkan.

Verifikasi terhadap data korban meninggal terus dilakukan. Di Kabupaten Lombok Timur, misalnya, sebelumnya dilaporkan 11 orang meninggal dunia. Ternyata ada satu korban yang dilaporkan dua kali.

"Setelah diverifikasi, ternyata terjadi pencatatan ganda karena ada satu korban dilaporkan dua kali menggunakan nama panggilan dan nama lengkap," jelasnya.

Disebutkan, korban meninggal dunia tersebar di Kabupaten Lombok Utara (334), Kabupaten Lombok Barat (30), Kabupaten Lombok Timur (10), Kota Mataram (sembilan), Kabupaten Lombok Tengah (dua) dan Kota Denpasar (dua).

Sementara itu, korban luka-luka tercatat 13.688 orang. Pengungsi tercatat 387.067 jiwa tersebar di ribuan titik.

Ratusan ribu jiwa pengungsi tersebut tersebar di Lombok Utara (198.846), Kota Mataram (20.343), Lombok Barat (91.372), dan Lombok Timur. []

Berita terkait