Jakarta - Direktur Asosiasi Fintech Indonesia (Aftech) Rasa Nugraza Barley memprediksi bakal muncul perusahaan digital baru yang akan menyandang status unicorn dalam waktu dekat. Meski tidak dijelaskan secara spesifik, entitas apa yang akan akan naik kelas tersebut.
“Kalau untuk the next unicorn, akan ada yang baru dalam waktu dekat. Tapi untuk siapa-siapanya saya tidak mau menyebutkan nama," ujar Barley kepada Tagar di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Hanya saja, ia memberikan clue sektor perusahaan digital baru yang akan menyandang status unicorn. "Pasti akan muncul dari tiga sektor utama saat ini, yaitu financial technology [fintech], education technology [edutech], dan health care,” tuturnya.
Selain status unicorn, Barley juga memprediksi akan ada perusahaan digital yang akan menyandang gelar decacorn. Tapi, ia juga enggan menyebut perusahaan digital tersebut.
“Untuk bisa tahu siapa yang akan menjadi the next decacorn adalah mereka yang saat ini ada di unicorn,” ucapnya.
Unicorn adalah sebutan untuk perusahaan startup digital dengan valuasi market minimal 1 miliar dolar Amerika Serikat (AS). Sedangkan decacorn memiliki valuasi lebih dari 10 miliar dolar AS. Di Indonesia, hanya ada satu perusahaan digital yang diyakini berstatus decacorn, yaitu Gojek. Sementara untuk unicorn terdapat empat perusahaan, yakni Tokopedia, Ovo, Bukalapak, dan Traveloka.
Berdasarkan informasi yang dilansir oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK), fintech adalah perusahaan pada industri jasa keuangan yang memanfaatkan penggunaan teknologi dalam beraktivitas bisnis. Produk fintech biasanya berupa suatu sistem yang dibangun guna menjalankan mekanisme transaksi keuangan yang spesifik.
Di Indonesia sendiri, dikenal empat jenis usaha fintech. Namun dari keempat jenis itu, dua diantaranya menjadi kelompok yang paling banyak dikenal dan digunakan masyarakat, yakni fintech peer to peer lending dan fintech payment.
Fintech peer to peer lending merupakan salah satu inovasi pada bidang keuangan dengan pemanfaatan teknologi yang memungkinkan pemberi pinjaman dan penerima pinjaman melakukan transaksi pinjam meminjam tanpa harus bertemu langsung.
Mekanisme transaksi pinjam meminjam dilakukan melalui sistem yang telah disediakan oleh penyelenggara fintech lending, baik melalui aplikasi maupun laman website.
Data OJK menyebut, hingga 31 Desember 2020 jumlah fintech peer to peer lending yang terdaftar dan berizin mencapai 164 perusahaan. Dari jumlah tersebut, 152 diantaranya memakai skema pemberian kredit secara konvensional. Sedangkan 12 lainnya menerapkan prinsip-prinsip syariah.
Kemudian, jumlah dana yang telah disalurkan perusahaan fintech peer to peer lending di seluruh Indonesia mencapai Rp 81,5 triliun. Nilai tersebut naik lebih dari 250 persen dibandingkan periode 2018 yang sebesar Rp 22,6 triliun. Sementara, jumlah penerima pinjaman per Desember 2019 tercatat sebanyak 18,5 juta orang.
Dalam kategori ini, perusahaan fintech peer to peer lending yang dinilai paling kuat dominasinya adalah Amartha, Investree, dan KoinWorks.
Sedangkan fintech payment adalah perusahaan pengembang aplikasi dompet digital (digital wallet) yang digunakan untuk transaksi pembayaran di gerai offline maupun online. Selain Gopay, Ovo, dan LinkAja yang sudah berstatus mature, terdapat beberapa nama juga berpeluang naik kasta menjadi unicorn. Sejumlah nama tersebut antara lain Dana, Paytren, Sakuku,dan Doku.
Di sisi lain, berdasarkan data yang oleh dirilis oleh Bank Indonesia, nilai pembayaran uang ektronik sepanjang tahun lalu mencapai Rp 146 triliun. Angka dihasilkan dari 5,2 miliar transaksi. []