Membasuh Luka Trauma Anak Maros

Pagi itu Maros cukup cerah, hanya sedikit awan menggantung di langit. Anak-anak duduk rapi di lantai, menatap seorang pria dengan boneka.
Anak-anak sekolah dasar negeri Baddo-baddo, Maros, mendengar dongeng Kak Heru, Rabu, 21 Agustus 2019. (Foto: Tagar/Aan Febriansyah)

Maros - Pagi itu cukup cerah, hanya sedikit awan menggantung di langit. Anak-anak duduk rapi di teras sebuah bangunan, menatap serius penuh ingin tahu kepada seorang pria pendongeng yang memegang sebuah boneka.

Anak-anak itu murid sekolah dasar negeri Baddo-baddo, Kecamatan Mandai, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan. Mereka menjadi korban jatuhnya tower milik salah satu provider komunikasi pada Rabu, 14 Agustus 2019. 

Sedangkan pria dengan boneka itu akrab disapa Kak Heru, pendiri Rumah Dongeng Makassar. Heru sedang berusaha membasuh luka trauma anak-anak itu.

Kegiatan mendengar dongeng pada Rabu, 21 Agustus 2019, itu merupakan langkah dari Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Kabupaten Maros untuk menghilangkan trauma jatuhnya tower.

"Mana suaramu?" kata Heru.

"Ini suaraku," jawab anak-anak serempak.

Heru dalam dongengnya mengangkat kisah perjuangan untuk bangkit dari keterpurukan.

"Siapa mau jadi anak hebat, angkat tangannya," kata Heru. 

Anak-anak berlomba-lomba mengatakan "Saya" dengan mengangkat jari telunjuk.

Setelah mendengar cerita dari Kak Heru, jadi bersemangat lagi untuk belajar.

Muhammad Yusuf, seorang anak dari mereka, mengatakan senang dengan kedatangan pendongeng ke sekolahnya. Ceritanya seru dan bisa tertawa bersama-sama.

"Setelah mendengar cerita dari Kak Heru, jadi bersemangat lagi untuk belajar," kata murid kelas 5 itu.

Yusuf mengatakan takut datang ke sekolah setelah peristiwa tower runtuh tersebut.

“Banyak teman juga tidak ingin ke sekolah setelah kejadian itu,” katanya.

***

Veronica, guru SDN 240 Baddo-baddo, menjadi saksi jatuhnya tower pada hari kejadian. Waktu itu ia bersama sekelompok murid sedang latihan paduan suara. Tiba-tiba terdengar suara patahan sangat keras.

Sontak Veronica dan semua berlari berhamburan. Namun menara BTS itu dalam hitungan detik runtuh, menimpa enam siswa.

"Anak-anak berhamburan, saya refleks melompat dan jatuh hingga berguling untuk menghindari menara yang mengarah ke saya," kenang Vero, sapaan Veronica.

Ia tidak sanggup membayangkan apa yang akan terjadi kalau ia dan murid-muridnya tidak bergerak cepat saat itu.

Tower roboh itu membuat enam siswa dilarikan ke Rumah Sakit Angkatan Udara Dodi Sardjoto. Satu di antaranya dibawa ke Rumah Sakit Umum Daerah Wahidin Sudirohusodo, Makassar, Sulawesi Selatan, akibat luka yang cukup serius.

Setelah kejadian, pihak sekolah menghentikan proses belajar-mengajar. Semua murid diminta pulang. Proses belajar-mengajar dimulai kembali pada Rabu, 21 Agustus 2019. [] 

Berita terkait
SSI Rilis Survey Kandidat Terkuat Calon Bupati Maros
Lembaga Script Survei Indonesia (SSI) merilis hasil survei elektabilitas bakal calon Bupati Maros periode 2021-2026.
Warga Papua di Manokwari Masih Trauma
Wakil Gubernur Papua Barat Mohamad Lakotan mengatakan kondisi warga masih trauma, setelah peristiwa kericuhan yang terjadi di Manokwari.
Trauma, Gelsi Anak Perempuan yang Dihukum Push Up Oleh Kepseknya
Trauma, Gelsi anak perempuan yang dihukum push up 100 kali oleh kepala sekolahnya karena belum bayar uang SPP.
0
Usai Terima Bantuan Kemensos, Bocah Penjual Gulali Mulai Rasakan Manisnya Hidup
Dalam hati Muh Ilham Al Qadry Jumakking (9), sering muncul rasa rindu bisa bermain sebagaimana anak seusianya. Main bola, sepeda.