Bogor- Mayoritas masyarakat mengaku puas dengan kinerja Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19. Menurut lembaga survei Indikator Politik Indonesia, 63 persen senang dengan kerja lembaga yang dipimpin oleh Letnan Jenderal TNI Doni Monardo ini.
"Sebanyak 55 persen merasa cukup puas, 8,7 persen sangat puas, 24 persen kurang puas, 1,9 persen tidak puas sama sekali dan 10,4 persen mengaku tidak tahu atau tidak menjawab," kata Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi ketika merilis survei Persepsi Publik terhadap Penanganan Covid-19, Jakarta, 7 Juni 2020.
Meski Gugus Tugas dibentuk pemerintah pusat, kata Buhanuddin, tingkat kepuasan publik terhadap pemerintah dalam menangani Covid-19 lebih rendah dibandingkan Gugus Tugas. Bahkan tingkat kepuasan publik terhadap pemerintah menurun sejak Februari hingga Mei 2020.
Pada Februari, tingkat kepuasan publik mencapai 70,8 persen. Sebanyak 10,1 persen yang sangat puas dan 60,7 persen puas.
Namun pada bulan Mei, tingkat kepuasan publik menjadi 56,4 persen. Artinya, tingkat kepuasannya merosot 14,4 persen dibandingkan pada bulan Februari.
"Mengapa kinerja Gugus Tugas lebih tinggi dibandingkan Pusat? Karena pemilih Prabowo Subianto tidak separtisan dalam mengevaluasi Gugus Tugas dibandingkan mengevaluasi Pusat," ujarnya.
Dalam temuan Indikator, 52,9 persen pemilih Prabowo pada pemilihan presiden 2019 mengaku puas dengan kinerja pemerintahan pusat menangani pandemi Covid-19. Tapi terhadap Gugus Tugas, tingkat kepuasan kalangan ini mencapai 64,6 persen.
Mengapa kinerja Gugus Tugas lebih tinggi dibandingkan Pusat? Karena pemilih Prabowo Subianto tidak separtisan dalam mengevaluasi Gugus Tugas dibandingkan mengevaluasi Pusat.
Berdasarkan jenis pekerjaan, Gugus Tugas dianggap bekerja dengan baik. Sebanyak 63,3 persen dari kalangan petani, buruh kasar, supir, pedagang kaki lima, merasa senang dengan kerja Gugus Tugas. Demikian juga mereka yang bekerja di instansi pemerintahan dan swasta.
Burhanuddin mengatakan, survei ini dilakukan secara nasional pada 16 sampai 18 Mei 2020. Indikator menelpon 1.200 responden yang dipilih acak sebagai sampel.
"Survei menggunakan kontak telpon kepada responden adalah cara yang paling mungkin dilakukan saat pandemi," ujarnya.
Ia mengatakan, Indikator pernah mewawancarai secara tatap muka 206.983 responden yang terdistribusi secara acak di seluruh Indonesia dua tahun terakhir. Secara rata-rata, sekitar 70 persen di antaranya memiliki nomor telepon dan jumlah sampel yang dipilih secara acak untuk ditelpon pada Mei tahun ini sebanyak 5.408 data.
"Tapi yang berhasil diwawancarai dalam durasi survei yaitu sebanyak 1.200 responden," katanya.
Indikator mengklaim survei pada bulan Mei 2020 ini memiliki toleransi kesalahan sekitar 2,9 persen. Sementara tingkat kepercayaannya mencapai 95 persen.[]
Baca juga: