Jakarta - Ibu Maulana Suryadi, demonstran yang meninggal saat ujuk rasa di depan gedung Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), pada Rabu, 25 September 2019, Maspupah mengaku ikhlas dengan putranya yang telah tiada. Jika memang, Yadi sapaan akrab putranya meninggal karena Tuhan.
"Saya ikhlas, anak saya sudah tidak ada. Tapi saya tidak terima, kalau misalnya dia meninggal karena dipukuli polisi. Saya tidak terima dunia akhirat," tuturnya di Blok F Tanah Abang, Jakarta, Jumat, 4 Oktober 2019 seperti dilansir dari Antara.
Hanya saja, tewasnya Maulana Suryadi tetap menyisakan kesedihan bagi keluarganya. Karena, kata Maspupah, Maulana Suryadi menjadi tukang punggung bagi keluarga.
"Saya cuma berharap itu anak-anaknya yang masih umur dua tahun sama empat tahun ditanggung saja sampai dewasa, kasihan masih kecil sudah yatim," ucapnya.
Saya ikhlas, anak saya sudah tidak ada. Tapi saya tidak terima, kalau misalnya dia meninggal karena dipukuli polisi. Saya tidak terima dunia akhirat.
Tolak Autopsi
Foto pemakaman Maulana Suryadi menjadi perbincangan di media sosial. Sebab, tampak bercak darah pada area tubuh yang telah dibungkus kain kafan saat jenazahnya diangkat oleh beberapa orang.
Kendati demikian, Maspupah menolak tawaran polisi untuk autopsi jasad anaknya di Rumah Sakit Kepolisian Republik Indonesia (Polri) Kramat Jati. "Saya bilang tidak usah. Saya takut organnya diambil. Polisi soalnya kasih liat proses autopsi nih kayak gini terus saya pikir tidak usah takut diambil gitu kan dalemannya," ucapnya.
Kepala Instalasi Forensik Rumah Sakit Kepolisian Republik Indonesia (Polri) Kramat Jati Komisari Besar Edi Purnomo menjelaskan sebenarnya, saat jasad Maulana Suryadi diperiksa tidak ada jejak darah di tubuhnya.
"Saat saya terima di kamar mayat, tanda kekerasan aja tidak ada. Badannya bersih, kepala dan badan bersih. Tidak ada jejak kekerasan seperti darah," ujarnya melalui sambungan telepon di Jakarta, Kamis, 3 Oktober 2019.
Edi mengatakan rembesan darah yang diperbincangkan kemungkinan berasal dari pecahnya pembuluh darah, karena faktor pembekuan. Pasalnya, Maulana tewas akibat penyakit asma yang dideritanya kambuh saat terkena gas air mata dan menyerang saluran pernafasan.
"Makanya, jenazah yang dikafani, ditutup lubang-lubangnya dengan kapas," tutur dia.
Kepala Polri Jenderal Polisi Tito Karnavian sebelumnya juga telah menegaskan bahwa Maulana Suryadi bukan demonstran dari kalangan pelajar dan mahasiswa, melainkan demonstran dari kelompok perusuh. Penyebab kematiannya pun bukan karena tindakan represif dari aparat yang menangani aksi massa rusuh. []