Maskapai Jeblok Rp 441,2 Triiliun Imbas Virus Corona

IATA menyatakan maskapai global berpotensi kehilangan pendapatan 30 miliar dolar AS tahun ini karena imbas wabah virus corona.
Maskapai penerbangan global terkena imbas virus corona yang menyebabkan turunnya jumlah penumpang. IATA memperkirakan maskapai global akan merugi Rp 441 triliun. (Foto: BBC News).

Jakarta - Asosiasi Transportasi Udara Internasional (IATA) menyatakan maskapai global berpotensi kehilangan pendapatan 30 miliar dolar AS atau setara Rp 441,2 triliun tahun ini karena imbas wabah virus corona atau COVID-19. Badan industri penerbangan global itu memperkirakan permintaan untuk perjalanan udara akan turun untuk pertama kalinya dalam lebih dari satu dekade.

Sebagain besar penurunan pendapatan itu akan dialami maskapai penerbangan di China dan wilayah Asia Pasifik lainnya. Seperti diberitakan dari BBC News, Jumat, 21 Februari 2020, kerugian ini terjadi karea operator di seluruh dunia dipaksa untuk mengurangi frekuensi penerbangan.

Menurut perkiraan IATA, secara total, maskapai penerbangan di kawasan Asia Pasifik akan mengalami kerugian sebesar 27,8 miliar dolar AS pada 2020. Sementara di luar Asia berpotensi kehilangan pendapatan 1,5 miliar dolar AS. Dari angka itu, IATA mempredikis bahwa operator di China akan merugi 12,8 miliar dolar di pasar dalam negeri saja.

Dalam pernyataan Alexandre de Juniac, Direktur Jenderal IATA mengatakan maskapai membuat keputusan sulit untuk mengurangi kapasitas dan dalam beberapa kasus rute..... "Ini akan menjadi tahun yang sangat sulit bagi maskapai penerbangan," ucapnya.

QantasMaskapai penerbangan Qantas (Foto: Yahoo.com)

Juniac menambahkan, IATA mendasarkan perkiraannya pada penurunan permintaan yang terlihat selama wabah Sars (sindrom pernafasan akut parah) pada 2003. Itu ditandai dengan periode enam bulan yang memperlihatkan penurunan tajam permintaan, namun bisa dilakukan pemulihan yang cepat.

Saat terjadi wabah Sars, maskapai di wilayah Asia Pasifik mengalami penurunan permintaan sebesar 5,1 persen. Juniac mengasumsikan bahwa virus tetap berpusat di China, tapi diingatkan efeknya bisa jauh lebih buruk jika infeksi menyebar lebih jauh di wilayah tersebut.

IATA sebelumnya memperkirakan bahwa Asia Pasifik akan menjadi pendorong terbesar permintaan perjalanan udara antara 2015 - 2035. Empat dari lima pasar dengan pertumbuhan tercepat dalam raihan penumpang berasal dari Asia.

Sebelumnya dua kelompok maskapai besar memperingatkan dampak keuangan yang parah karena dampak wabah virus corona mengurangi orang melakukan perjalanan di Asia. Maskapai Australia, Qantas menyatakan dampak virus menyebabkan perusahaan akan kehilangan pendapatan 100 juta dolar AS - 150 juta dolar AS (Rp 1,5 triliun). Maskapai Eropa, Air France KLM memperkirakan akan merugi 150 juta euro - 200 juta euro atau setara Rp 2,99 triliun.[]

Baca Juga:

Berita terkait
China Akui Butuh Dukungan Global Atasi Virus Corona
China telah melakukan upaya besar dalam mencegah penyebaran virus corona atau COVID-19 yang lebih luas.
Apple Tidak Bisa Penuhi Target Akibat Virus Corona
pple menyatakan tidak dapat memenuhi target pendapatan pada kuartal Maret 2020 akibat virus corona. Wabah virus ini memperlambat produksi iPhone
Laporan WHO Tentang Kasus Global Virus Corona Baru
Laporan Badan Kesehatan Dunia PBB (WHO) menyebutkan risiko penyebarna virus corona di China sangat tinggi, regional tinggi dan global juga tinggi
0
DPR Terbuka Menampung Kritik dan Saran untuk RKUHP
Arsul Sani mengungkapkan, RUU KUHP merupakan inisiatif Pemerintah. Karena itu, sesuai mekanisme pembentukan undang-undang.