Lockdown di India, Pekerja Migran Mulai Putus Asa

Ribuan pekerja migran memadati stasiun kereta api setelah PM India, Narenda Modi memperpanjang lockdown untuk menekan penyebaran virus corona.
Manoj Ahirwal (kanan) dan ibunya Kalibai (tengah) berharap bisa segera pulang ke desa, setelah pemerintah India memutuskan untuk memperpanjang lockdown. (Foto: BBC News)

Jakarta - Pekan lalu, beberapa jam setelah Perdana Menteri India, Narendra Modi memperpanjang penutupan secara nasional (lockdown) untuk menahan penyebaran pandemi virus korona Covid-19, ribuan pekerja migran berkumpul di dekat stasiun kereta api di kota Mumbai. Ada rumor bahwa layanan kereta api dibuka kembali, dan pekerja memadati stasiun tanpa mematuhi aturan jaga jarak sosial (sosial distancing) membuat risiko penularan sangat tinggi.

Seperti diberitakan dari BBC News, Rabu, 23 April 2020, para pekerja migran menuntut agar pihak berwenang mengatur transportasi untuk mengirim mereka kembali ke kota asal agar bisa berkumpul lagi bersama keluarga.

Jutaan warga miskin yang bermigrasi dari desa ke kota untuk mencari pekerjaan menjadi sorotan di India.

Baca Juga: Kondisi Memburuk, India Malah Perpanjang Lockdown 

Pada waktu yang bersamaan, di kota Surat, negara bagian barat Gujarat, ratusan pekerja tekstil melakukan aksi protes menuntut pemerintah memulangkan mereka yang dikarantina. Sehari kemudian, di New Delh, warga marah melihat ratusan migran tinggal di bawah jembatan di sepanjang sungai Yamuna. Sungai ini menyerupai selokan dan tepinya dipenuhi sampah. Beberapa polisi dengan tongkat kayu memaksa para demonstran untuk bubar.

Pekerja Migran di IndiaPara buruh harian industri tekstil melakukan aksi protes di kota Surat, menuntut agar pemerintah membuka transportasi agar mereka bisa pulang ke kampung. (Foto: Getty Images|BBC News).

Jutaan warga miskin yang bermigrasi dari desa ke kota untuk mencari pekerjaan menjadi sorotan di India. Kebijakan penguncian membuat mereka terdampar jauh dari rumah, tanpa pekerjaan dan uang.

Masalah pekerja migran mungkin tidak sepenuhnya unik di India. Namun skalanya besar, ada lebih dari 40 juta pekerja migran di India membuat suilt untuk memberikan bantuan kepada semua orang. Umumnya mereka bekerja sebagai pembantu rumah tangga, pengemudi dan tukang kebun, atau sebagai pekerja harian di lokasi konstruksi, pembangunan mal, jalan layang dan rumah, atau atau sebagai pedagang kaki lima.

Saya berbicara dengan puluhan pria dan wanita di sana. Satu pertanyaan yang mereka ajukan, kapan kami bisa pulang?

Seorang kritikus mengatakan manajemen krisis migran yang salah dan perlakuan terhadap warga miskin selama pandemi COvid membuat India menjadi sorotan dunia internasional. Para migran gelisah menunggu pembatasan diperlonggar agar bisa pulang.

Kritikus bercerita beberapa hari lalu mengunjungi tempat  penampungan di Delhi Timur yang terletak di gedung sekolah, dikelola oleh pemerintah. Rumah itu menampung 380 migran. "Saya berbicara dengan puluhan pria dan wanita di sana. Satu pertanyaan yang mereka ajukan, kapan kami bisa pulang?" kata kritikus itu.

Salah seorang migran bernama Manoj Ahirwal yang berada di penampungan bersama kerabatnya sejak 29 Maret. "Polisi memberi tahu kami bahwa mereka akan membantu kami pulang sampai di rumah, tetapi polisi membawa kami ke sini. Mereka menipu kami," katanya dengan sedih.

Pria berusia 25 tahun itu datang dari desa Simariya berjarak 650 kilometer dari Delhi. Ia datang ke kota untuk menemui ibunya, Kalibai Ahirwal dan 21 kerabat lainnya yang sudah lebih dahulu sampai, untuk bekerja menjadi buruh harian di sektor konstruksi.

Ia telah bekerja selama tiga hari ketika pemerintah memberlakukan lockdown awal selama 21 hari pada 25 Maret. Akibat lockdown, mereka tidak bisa bekerja lagi dan tabungan semakin terkuras habis sehingga ingin pulang. Namun mereka kesulitan untuk bisa pulang karena layanan kereta api terhenti.

Kami membeli tepung gandum 10 kilogram, beberapa kentang dan tomat. Kami pikir kami akan mampir di pinggir jalan setiap malam dan memasak.

Pekerja Migran di IndiaRatusan pekerja migran yang terlantar terpaksa berlindung di jembatan di sepanjang sungai Yamuna di Delhi, yang penuh dengan tumpukan sampah. (Foto: BBC News).

Pada 28 Maret, pemerintah mempersiapkan bus untuk membawa migran yang terdampar. Namun kapasitas yang sedikit tak mampu menambung banyak migran. Mereka yang tak bisa terangkut menjadi putus asa dan memutuskan untuk berjalan kaki ke kampung halaman.

"Kami membeli tepung gandum 10 kilogram, beberapa kentang dan tomat. Kami pikir kami akan mampir di pinggir jalan setiap malam dan memasak," kata Kalibai Ahirwal ketika saya bertemu dengannya di tempat penampungan.

Baca JugaLawan Corona, India Serukan Nyalakan Lilin Nasional

Di tempat penampungan selama lockdown, mereka memang disediakan makanan matang setiap hari. Ada susu untuk anak-anak dan sesekali buah-buahan untuk ibu hamil. Ahirwals mengatakan mereka bersyukur atas fasilitasn tersebut, tetapi ia sangat ingin pulang.[]

Berita terkait
Narendra Modi di Tengah Kekacauan Lockdown India
Narendra Modi meminta maaf pada rakyatnya yang miskin, makin susah akibat lockdown yang ia buat. Ini profil lengkap Perdana Menteri India tersebut.
Narendra Modi di Tengah Kekacauan Lockdown India
Narendra Modi meminta maaf pada rakyatnya yang miskin, makin susah akibat lockdown yang ia buat. Ini profil lengkap Perdana Menteri India tersebut.
Lockdown, PM India Minta Maaf Sulitkan Warga Miskin
Perdana Menteri India, Narenda Modi menyampaikan permintaan maaaf khususnya kepada warga miskin terkait kebijakan karantina total (lockdown).
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.