Lima Kebaikan vs Lima Keburukan FPI

FPI kerap menuai kontroversi karena aksi brutal, ormas yang lekat dengan sosok Rizieq Shihab ini memiliki baik dalam aksi di Indonesia.
Ketua Umum Front Pembela Islam (FPI) Rizieq Shihab (sorban hijau) berada di atas mobil. (Foto: Istimewa)

Jakarta - Front Pembela Islam (FPI) selama ini kerap menuai kontroversi karena aksi brutalnya, namun tidak melulu kiprahnya harus dipandang sebelah mata, karena organisasi kemasyarakatan (ormas) yang sangat lekat dengan sosok Rizieq Shihab ini juga memiliki andil kebaikan dalam beberapa aksi yang dilancarkan di Indonesia.

Saat ini FPI tak kunjung mendapat lampu hijau dari pemerintah. Pengajuan perpanjangan izin Surat Keterangan Terdaftar (SKT) ormas tersebut telah kedaluwarsa sejak 20 Juni 2019. Menurut Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo, ormas yang menggaungkan amar maruf nahi munkar ini tak kunjung melengkapi syarat yang ditetapkan untuk perpanjangan izin ormas.

Berikut catatan Tagar, mengenai lima kebaikan versus lima keburukan yang pernah dilakukan FPI.

Aksi positif

1. Mendirikan Posko Banjir di Jakarta

Sekelompok masyarakat secara swadaya mendirikan pos komando (posko) bantuan bagi korban banjir di Jakarta. Posko yang didirikan pada 14 Januari 2014 ini untuk meringankan beban warga yang terdampak banjir. FPI juga membuka posko pantauan banjir di Jalan Jatinegara Barat, Kampung Pulo, Jakarta Timur, tepatnya di depan Sekolah Santa Maria.

Selain itu ada posko serupa di Jalan Bayur Kecamatan Makassar, Jakarta Timur (dekat Universitas Borobudur), Jalan KH. Abdullah Syafii, Tebet, Jakarta Selatan (depan Perguruan Islam Asyafi’iyah). 

2. Memprotes Australia Karena Menyadap SBY

Massa FPI berdemo di depan Kedutaan Besar Australia karena telah menyadap Presiden Indonesia keenam Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). 

Seorang orator aksi yang berdiri di atas mobil komando mengemukakan pendapatnya melalui pengeras suara. "Kami melakukan aksi damai mengecam Australia yang telah melakukan hal-hal tak terpuji untuk Indonesia," kata orator itu.

Dalam aksi ini FPI mendesak pemerintah Australia memberikan permohonan maaf kepada pemerintah Indonesia. Selain itu mereka juga ingin mendepak wakil Australia dari kedubes.

"Kami meminta diplomat dan duta besar Australia angkat kaki," kata orator itu pada 22 November 2013.

3. Siagakan Personel pada Natal dan Tahun Baru 2012

Massa FPI siagakan mengamankan perayaan hari raya Natal dan tahun baru 2012. Hal itu sesuai dengan amanat Kapolda Metro Jaya, yang ingin Jakarta kondusif sampai pergantian tahun. 

Ketua FPI, Rizieq Shihab memastikan turun ke jalan untuk ikut menjaga wilayah Jakarta agar tetap kondusif. Oleh sebab itu, seluruh anggota FPI di daerah ia minta untuk menjaga keamanan di wilayah mereka masing-masing.

"Turun ke jalan bila ada instruksi dari polisi. Itu kalau polisi yang dikerahkan belum cukup," kata Rizieq, Kamis, 22 Desember 2011.

Imam Besar FPI ini mengutuk keras perbuatan orang yang melakukan aksi teror pada malam Natal, karena sudah mengganggu ibadah orang lain. Hal tersebut bertentangan dengan jaminan hak untuk beribadah.

"Mencaci agama lain, menghina agama lain, lagi Natal dibom, atau dipasang petasan, itu diharamkan," katanya.

4. Rizieq Shihab Beserta Laskar-nya Terjun ke Titik Terdampak Tsunami Aceh 

Rizieq Shihab mengenang, tahun 2004 silam ia bersama ribuan Laskar Pembela Islam (LPI) turut membantu evakuasi korban tsunami di Aceh. "Saya bersama empat ribu laskar FPI juga ikut mengevakuasi korban tsunami Aceh pada Desember 26 Desember 2004 lalu," ujarnya.

Ia menambahkan, saat melakukan proses evakuasi, dia bersama anggota FPI lain juga ikut tidur di makam Pahlawan Gampong Ateuk. 

"Kita bersama relawan yang lain tidur di kuburan, tidak ada alas yang ada kantong manyat," ucap dia. 

Laskar FPI, kata dia, bersama dengan relawan lain ketika itu juga ikut membersihkan Kota Banda Aceh dari puing-puing tsunami. Mereka bersama-sama mencari mayat korban tsunami dan mengevakuasinya ke kuburan massa Lambaro Aceh Besar. 

"Kita mencari mayat korban tsunami, memandikan dan mengevakuasi, ke kuburan massa Lambaro," ujarnya.

5. Memprotes Menlu Israel, Kecam Serangan Brutal ke Palestina

Pada Maret 2002, FPI menyatakan penolakan kedatangan Menteri Luar Negeri Israel Shimon Peres ke Indonesia. FPI dan ormas Islam lainnya melakukan unjuk rasa di depan Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta untuk menentang serangan Amerika terhadap Irak.

Demo-demo kecaman dan penentangan terhadap Israel merka lakukan di saat militer Israel sedang gencar-gencarnya melancarkan serangan di Jalur Gaza yang menewaskan ribuan muslim Palestina.

Aksi negatif

1. Persekusi awak media

Sejumlah massa yang beratribut FPI melakukan persekusi terhadap wartawan yang meliput aksi Munajat 212 di Monas. 

Satria, wartawan detikcom, dan wartawan lain yang sedang melakukan peliputan pada acara tersebut mengalami tindak kekerasan, berupa intimidasi serta persekusi. Satria mengaku dicekik dan dipiting oleh para pelaku, karena mengambil gambar saat terjadi kericuhan.

Sebagaimana diketahui, Satria dan sejumlah wartawan merekam di belakang panggung Munajat 212 saat massa FPI sedang mengamankan seorang pria diduga pencopet.

Satria yang menjadi korban persekusi pada 21 Februari 2019, akhirnya melaporkan kasus kekerasan yang menimpanya ke Polres Metro Jakarta Pusat.

2. Guntur Romli Mau Dijadikan Dodol 

Politisi PSI Guntur Romli yang saat itu masih menjadi aktivis Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan (AKKBB), dipukul oleh Panglima Laskar Pembela Islam (LPI) M Subhan di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. 

Menurut Adi Tubagus M Sidiq yang saat itu menjabat sebagai Ketua Bidang Pertahanan FPI, kericuhan yang terjadi di di lantai 3 Gedung PN Jakarta Pusat, Senin, 22 September 2008, dipicu oleh tindakan Guntur yang menendang kursi salah satu terdakwa, yang merupakan terdakwa Panglima LPI M Subhan. 

Subhan segera berdiri dan melayangkan bogem mentah kepada Guntur. "Guntur abis jadi saksi, pas mau keluar, dia nendang kursi terdakwa paling pinggir. Kalau tidak salah Subhan. Lalu mengancam bilang FPI mau dibubarin. Langsung anak-anak terprovokasi dan terjadi insiden," kata Adi, dikutip dari Kompas.

Di lantai 3, polisi sempat berhadap-hadapan langsung dengan massa pendukung yang emosi. Setelah Guntur tak terlihat lagi, massa segera turun ke lantai 1 dan melangkah menuju gerbang PN Jakarta Pusat. Mereka berjanji akan terus menunggu di depan gerbang sampai Guntur keluar. "Kalau bisa kita jadikan (Guntur) dodol buat Lebaran," ujar salah satu pendukung.

3. Baku Hantam dengan Banser

Massa Barisan Serbaguna (Banser) terlibat baku hantam dengan massa FPI di Jalan Anjasmoro, tepat di samping gedung Pengadilan Negeri (PN) Surabaya, Jawa Timur, pada Kamis, 20 Juni 2019. Di pengadilan, dua massa berbeda itu sejatinya tengah mengawal sidang perkara ujaran kebencian dengan terdakwa Sugi Nur Raharja alias Gus Nur. 

Setelah sidang ditutup, entah bagaimana, ketegangan antara kedua ormas tersebut berlanjut di area parkir motor samping utara pengadilan. Petugas keamanan dari Kepolisian Sektor Sawahan sudah menyekat massa, namun tak berhasil. Baku pukul tetap pecah. Bentrokan sulit dicegah.

Saksi mata, Abdul Rohim, 46 tahun, menceritakan, awalnya ada sekitar delapan anggota Banser cekcok dengan tiga anggota FPI. "Awalnya Banser itu tanya sama tiga orang FPI, 'mereka bilang ngapain ke sini belain Gus Nur, Gus Nur itu sudah rusak', begitu kata Banser sama orang FPI," kata Abdul.

FPI yang tak terima, kata Abdul, kemudian menyerang atau memukul salah satu anggota Banser lebih dulu. Massa Banser yang lain pun tersulut. 

"Saya lihat FPI (memukul) dulu. Terus saling pukul saya lihatnya. Ada yang mukanya lebam," kata dia.

4. Porak-porandakan Kelab Malam di Jalan Jaksa

Usai berunjuk rasa menolak Sutiyoso di Gedung DPRD DKI Jakarta, Jalan Kebon Sirih, Jakarta Pusat, massa FPI merusak sejumlah kafe di Jalan Jaksa yang tak jauh letaknya dari tempat berunjuk rasa, Selasa, 26 Agustus 2003. 

Dengan tongkat bambu, sebagian dari mereka merusak Pappa Kafe, Allis Kafe, Kafe Betawi dan Margot Kafe. 

Massa FPI merusak payung-payung dan plang neon box iklan-iklan bir yang ada di sejumlah kafe di Jalan Jaksa. Seperti diketahui kawasan tersebut telah ditetapkan Pemda DKI menjadi kawasan wisata malam Jakarta. 

Gerombolan massa juga sempat memecahkan tumpukan botol bir di depan Pappa Kafe. Usai merusak, massa FPI kemudian berjalan menuju Jalan Wahid Hasyim.

5. Bawa Senjata Tajam ke Pengadilan

Polisi menangkap tiga anggota Front Pembela Islam yang kedapatan membawa senjata di Pengadilan Negeri (PN) Yogyakarta, Selasa 6 Maret 2019. Saat digeledah, ketiganya ditemukan membawa dua jenis senjata, yaitu pedang dan ruyung. Puluhan anggota FPI DIY Jateng berkumpul di Jalan Kapas, sisi selatan PN Yogyakarta sejak pukul 09.00 WIB. 

Polisi yang berada di lokasi sejak pukul 08.00 WIB langsung menggeledah satu persatu pengunjuk rasa organisasi massa tersebut. Tiga pemuda asal Magelang berinisial T, MY, dan AS yang mengenakan jaket hitam langsung diamankan petugas. Di balik jaket mereka ditemukan tiga senjata berupa mandau dan pedang serta satu ruyung. 

Kedatangan massa ormas ini dalam rangka memberikan dukungan kepada Ketua FPI DIY Jateng Bambang Tedy yang tengah menjalani sidang kasus dugaan penganiayaan terhadap Erna Efriyanti. []

Baca juga: 

Berita terkait
0
Ini Daftar Lengkap Negara Peserta Piala Dunia FIFA 2022 Qatar
Daftar lengkap 32 negara yang akan bermain di putaran final Piala Dunia FIFA 2022 Qatar November - Desember 2022