Jakarta - Badan Antariksa dan Penerbangan Amerika Serikat (NASA) akan melancarkan misi ke Bulan pada 2024 mendatang. Misi Ambisius ini diperkirakan menghabiskan dana hingga 28 miliar dolar AS atau sekitar Rp 414 triliun.
"Jika kongres menyetujui tahap pertama sebesar 3,2 miliar sebelum natal, maka kami masih di jalur untuk pendaratan di Bulan 2024," kata administrator NASA Jim Bridenstine, sebagaimana dikutip dari laman AFP, Rabu, 23 September 2020.
Anggaran terkait pengiriman astronaut NASA ke Bulan ini sedang dibahas oleh anggota dewan AS. Presiden AS Donald Trump sendiri telah menyetujui anggaran sebesar 28 miliar dolar AS, dengan dana sebesar 16 miliar dolar AS atau Rp 236 triliun yang digunakan untuk modul pendaratan di Bulan.
Bridenstine juga mengatakan bahwa menjelang pemilihan umum presiden AS pada November 2020, situasi politik di AS sering kali menjadi ancaman bagi misi uang dinamakan Artemis ini. Pasalnya, pada masa pemerintahan Presiden Barack Obama, misi NASA untuk meluncurkan astronaut ke Mars pernah dibatalkan karena proyek tersebut menghabiskan miliaran dolar uang negara.
Penerbangan tak berawak pertama yang bernama Artemis I dijadwalkan pada November 2021. Penerbangan ini akan menggunakan roket SLS raksasa baru yang saat ini tengah memasuki tahap uji coba dan akan lepas landas pertama kali dengan kapsul Orion.
Kemudian Artemis II dijadwalkan pada 2023 dengan membawa astronaut mengelilingi Bulan namun tidak mendarat. Baru setelah itu akan ada penerbangan Artemis III yang akan mendarat di Bulan dan tinggal dalam waktu seminggu dengan mengerjakan dua hingga lima aktivitas luar angkasa.
"Ilmu yang akan kami gunakan sangat berbeda dari apa pun yang kami lakukan sebelumnya. Kami harus ingat selama era Apollo, kami mengira bulan kering. Sekarang kami tahu bahwa ada banyak air es seperti di Kutub Selatan," ujar Bridenstine.
Nantinya misi ke Bulan NASA ini akan bersaing dengan tiga proyek pendaratan di Bulan lainnya yang saat ini sedang dalam tahap pengembangan. Ketiga proyek tersebut adalah Blue Origin yang didirikan oleh CEO Amazon Jeff Bezos, bekerja sama dengan Lockheed Martin, Northrop Grumman, dan Draper. Sedangkan dua proyek lainnya tengah digarap oleh SpaceX Elon Musk dan oleh perusahaan Dynetics.[]