TAGAR.id, Ottawa, Kanada - Selama masa jabatan pertama Presiden Donald Trump pada 2017 hingga 2021, puluhan ribu migran, termasuk warga Haiti yang kehilangan perlindungan dari Pemerintah Amerika Serikat (AS), melarikan diri ke utara menuju Kanada.
Pihak berwenang Kanada mengatakan pada Jumat (8/11/2024) bahwa pihaknya memberlakukan “siaga tinggi” dengan memusatkan seluruh perhatian pada perbatasan dengan Amerika Serikat untuk menghadapi kemungkinan masuknya migran dari negara tetangga itu.
Presiden terpilih Amerika Serikat Donald Trump menjanjikan deportasi massal terbesar dalam sejarah Amerika, dan menuduh imigran "meracuni darah negara kita."
Selama masa jabatan presiden pertamanya pada 2017 hingga 2021, puluhan ribu migran, termasuk warga Haiti yang kehilangan perlindungan dari Pemerintah Amerika Serikat, melarikan diri ke utara menuju Kanada.
“Kami dalam keadaan siaga tinggi,” kata juru bicara kepolisian nasional Royal Canadian Mounted Police, Sersan Charles Poirier, kepada Kantor Berita "AFP."
"Semua perhatian kami tertuju pada perbatasan untuk melihat apa yang akan terjadi... karena kami tahu bahwa sikap Trump terhadap imigrasi mungkin akan memicu migrasi ilegal dan tidak teratur ke Kanada," katanya.
Di Ottawa, Wakil Perdana Menteri Kanada, Chrystia Freeland, pada Jumat (8/11/2024) bertemu dengan sekelompok menteri yang bertugas menangani masalah pelik yang mungkin muncul antara Kanada dan pemerintahan Trump yang akan datang.
Dia berusaha meyakinkan bahwa Kanada siap menghadapi kemungkinan peningkatan arus masuk migran.
“Kami punya rencana,” katanya pada konferensi pers setelah pertemuan tersebut, tanpa memberikan rincian. "Warga Kanada perlu tahu...perbatasan kita aman dan terjamin dan kami mengendalikannya."
Kewaspadaan terhadap kemungkinan masuknya pengungsi terjadi ketika Kanada memangkas target imigrasinya sendiri.
Pemerintahan Perdana Menteri Justin Trudeau mengatakan mereka ingin memperlambat pertumbuhan penduduk sekaligus memperkuat infrastruktur utama dan layanan sosial.
PM Francois Legault, kepala pemerintahan provinsi Quebec, pada minggu ini juga menyatakan keprihatinannya mengenai banyaknya pendatang yang melebihi kemampuan provinsinya untuk menampung mereka. (ft/pp)/AFP/voaindonesia.com. []