TAGAR.id – Penetapan Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat (AS) terpilih pascapilpres AS, 5/11/2024, membuat harga saham-saham sempat naik. Namun, pada Selasa (12/11/2024), reli tersebut melambat karena adanya kekhawatiran atas kemungkinan perang dagang antara China dan AS.
Sementara itu, euro anjlok ke level terendahnya dalam setahun, dan pound Inggris turun satu persen terhadap dolar, yang menguat karena adanya ekspektasi bahwa kebijakan Trump akan menjaga suku bunga tetap tinggi.
“Reli pasar saham terhenti sementara pada Selasa,” kata Kathleen Brooks, direktur riset di perusahaan broker XTB.
Pasar saham utama Eropa dan Asia ditutup merugi, dengan Frankfurt dan Paris turun lebih dari 2%, sementara Hong Kong turun hampir 3%.
Sementara itu, saham-saham di China tertekan karena adanya kekecewaan terhadap Beijing yang tidak memiliki langkah ekstra untuk mendorong ekonominya yang tengah lesu.
Meski Wall Street kembali mencapai rekor tertinggi pada Senin (11/11/2024), yang didorong ekspektasi bahwa Trump akan menerapkan pemotongan pajak dan kebijakan lain yang ramah bisnis, aksi jual tetap terjadi.
Kebijakan tersebut dianggap dapat memicu inflasi, yang pada akhirnya akan membuat suku bunga tetap tinggi. Akibatnya, dolar kembali menguat pada Selasa.
Dukungan Trump terhadap mata uang kripto mendorong bitcoin tembus ke rekor tertingginya, yaitu mendekati 90.000 dolar AS (setara Rp 1,2 miliar) pada Selasa (12/11/2024).
Sementara itu, presiden terpilih AS dari Partai Republik tersebut telah berjanji untuk mengenakan tarif tinggi pada barang-barang impor ke AS, termasuk tarif hingga 60 persen untuk barang-barang dari China.
Keputusan Trump dalam memilih sosok-sosok yang keras terhadap China untuk posisi-posisi penting di kabinetnya telah menambah kekhawatiran, bahwa beberapa tahun ke depan mungkin akan penuh dengan tantangan.
“Langkah terbaru dari kubu Trump membuat pasar khawatir, dan ini berdampak negatif pada hubungan antara AS dan China,” kata analis independen Stephen Innes.
Para analis juga memperkirakan akan ada tarif tambahan pada impor dari Eropa, yang dapat melemahkan pasar saham utama di kawasan tersebut.
Dolar AS terus menguat dibandingkan dengan mata uang lainnya setelah berita kemenangan Trump, yang memicu spekulasi bahwa inflasi akan meningkat, dan ini dapat menyulitkan rencana bank sentral AS, Federal Reserve, untuk menurunkan suku bunga AS.
Laporan indeks harga konsumen AS terbaru yang akan dirilis Rabu (13/11/2024) ini akan sangat dicermati para investor, karena mereka mencoba untuk mencari tahu rencana Federal Reserve terkait rapat kebijakan moneter pada Desember mendatang.
“Kita asumsikan pemerintahan Trump jadi mewujudkan proposal kebijakan-kebijakan utamanya. Namun, seberapa besar dan kapan kebijakan tersebut diterapkan masih tidak pasti," kata Rodrigo Catril dari National Australia Bank.
“Sebagian besar kebijakan ini (pemotongan pajak, tarif, imigrasi, deregulasi, dan kebijakan fiskal ekspansif yang tidak dibiayai) bisa dikatakan mendukung pertumbuhan ekonomi dan/atau menyebabkan inflasi,” tambahnya. (br/uh)/voaindonesia.com. []