Kualitas Pendidikan Siswa Aceh Terendah Tingkat Nasional

Provinsi Aceh tercatat sebagai salah satu provinsi dengan skor TPS terendah secara nasional.
Kondisi Madrasah Ibtidaiyah Swasta (MIS) Darussalam, Desa Abeuk Reuling, Kecamatan Sawang, Kabupaten Aceh Utara, Aceh memprihatinkan. (Foto: Tagar/Istimewa)

Banda Aceh - Lembaga Tes Masuk Perguruan Tinggi (LTMPT) merilis hasil evaluasi Ujian Tulis Berbasis Komputer Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (UTBK SBMPTN) tahun 2020.

Dalam laporan tersebut, dijabarkan penilaian rata-rata Tes Potensi Skolastik (TPS) siswa sekolah dari seluruh provinsi di Indonesia yang mengikuti UTBK SBMPTN.

TPS merupakan salah satu jenis tes yang mengukur kemampuan kognitif, yaitu kemampuan penalaran dan pemahaman umum yang penting untuk keberhasilan di sekolah formal, khususnya pendidikan tinggi.

Kemampuan ini meliputi empat penilaian yaitu penalaran umum, pemahaman bacaan dan menulis, pengetahuan dan pemahaman umum, dan pengetahuan kuantitatif.

Provinsi Papua dan Papua Barat memiliki nilai jauh lebih baik dari Aceh.

Wakil Ketua I LTMPT, Samsul Rizal mengatakan, berdasarkan keseluruhan penilaian tersebut, Provinsi Aceh tercatat sebagai salah satu provinsi dengan skor TPS terendah secara nasional.

Di Pulau Sumatra, kata dia, Aceh tercatat satu-satunya provinsi dengan nilai terendah. Posisi Aceh sejajar dengan provinsi di kawasan timur Indonesia, seperti Maluku, Maluku Utara, Nusa Tenggara Timur, Papua, dan sebagian provinsi di Sulawesi.

“Di penilaian ‘Kemampuan Penalaran Umum’ dan ‘Pengetahuan dan Kemampuan Umum’, Provinsi Papua dan Papua Barat memiliki nilai jauh lebih baik dari Aceh,” ujar Samsul dalam keterangannya, Rabu, 23 September 2020.

Begitu juga di penilaian ‘Kemampuan Kuantitatif’ dan ‘Kemampuan Memahami Bacaan dan Menulis’, Aceh harus mengakui keunggulan Papua Barat. Secara keseluruhan, Aceh menduduki posisi terendah nasional dari semua penilaian TPS.

Kondisi ini, menurut di, merupakan tamparan keras bagi dunia pendidikan Aceh. Terlebih lagi Aceh memiliki kucuran dana besar yang sepatutnya memberi dampak signifikan bagi pembangunan dunia pendidikan.

“Ini adalah tamparan besar bagi kita semua. Kondisi ini seharusnya tidak perlu terjadi, ada kesalahan dalam pengelolaan pendidikan di Aceh yang harus kita benahi,” ujar Samsul.

Penilaian ini menurutnya menjadi cerminan kualitas dan kemampuan siswa SMA Aceh dalam bersaing merebut kursi masuk ke perguruan tinggi tahun 2020. Jika ini tidak diatasi dengan serius, dapat memberikan dampak besar bagi generasi Aceh ke depan.

Bahkan, tidak tertutup kemungkinan perguruan tinggi di Aceh akan diserbu oleh siswa dari luar Aceh, dan kondisi ini telah terlihat di kampus yang dipimpinnya.

“Dalam beberapa tahun belakangan ini, peminat Unsyiah dari luar Aceh sangat tinggi. Bahkan, mereka berhasil lulus di jurusan favorit,” kata Samsul yang juga Rektor Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) Banda Aceh.

Ia menjelaskan bahwa kondisi ini tidak bisa dielakkan. Unsyiah sebagai kampus yang kiprahnya semakin dikenal secara nasional, tidak bisa menutup dan membatasi diri dari serbuan pendaftar luar Aceh. Terlebih lagi saat ini, sistem ujian masuk perguruan tinggi di Indonesia dibuka bebas dan dapat diikuti oleh siapa saja.

Ia berharap kondisi ini dapat disikapi bijak oleh pemerintah Aceh. Merosotnya potensi skolastik siswa SMA Aceh harus dapat segera diatasi. Peningkatan fasilitas sekolah dan laboratorium, skill tenaga pengajar, serta akses kemudahan belajar secara merata di seluruh kabupaten kota harus menjadi prioritas.

Baca juga:

Menurutnya, Dinas Pendidikan Aceh harus menjadi garda terdepan menjaga dan meningkatkan kualitas guru dan siswa sekolah. Peran orang tua pun, sangat dibutuhkan untuk membimbing dan menyadari anak-anak bahwa kompetisi dunia saat ini semakin ketat.

Selain itu, kata dia, juga dibutuhkan kerja sama dan kerja keras agar dunia pendidikan di Aceh dapat bangkit dan tidak semakin terpuruk.

“Aceh tercatat sebagai salah satu provinsi yang memiliki banyak perguruan tinggi, jangan sampai anak-anak kita hanya menjadi penonton di daerah sendiri,” ujarnya. []

Berita terkait
Pembuat Kelapa Jeli di Aceh Enggan Gunakan Mesin
Seorang pembuat kelapa jeli di Aceh Barat, Agus, 37 tahun, enggan menggunakan mesin dalam proses pembuatan, agar tenaga manusia tetap dipakai.
MSI Aceh Tolak Mapel Sejarah Dihapuskan dari Kurikulum Wajib
MSI Aceh menilai mata pelajaran Sejarah Indonesia telah menjadi mata pelajaran wajib sejak Indonesia merdeka sampai sekarang.
Kapolda Aceh Kaitkan Narkoba dan Syariat Islam
Kapolda Aceh mengaitkan peredaran narkoba dan syariat Islam di Aceh. Hal ini begitu kontradiktif.