Pembuat Kelapa Jeli di Aceh Enggan Gunakan Mesin

Seorang pembuat kelapa jeli di Aceh Barat, Agus, 37 tahun, enggan menggunakan mesin dalam proses pembuatan, agar tenaga manusia tetap dipakai.
Pekerja menyelesaikan proses pembuatan kelapa jeli di Desa Peunaga Rayeuk, Kecamatan Meurebo, Kabupaten Aceh Barat, Aceh. (Foto:Tagar/Vinda Eka Saputra).

Aceh Barat – Seorang pemuda duduk di antara puluhan butir kelapa. Di tangannya tergenggam sebilah pisau putih yang terlihat sangat tajam. Tangannya cekatan menusuk dan mengupas kelapa-kelapa itu.

Pria itu bernama Roni, 30 tahun, karyawan pembuatan kelapa jeli milik Agus, 37 tahun. Kelapa-kelapa muda yang dikupasnya terlihat unik dan berbeda dengan kelapa muda pada umumnya.

Biasanya kelapa yang dikupas hanya pada sebagian kecil ujungnya saja. Tapi kelapa muda yang dikupas oleh Roni ini bentuknya seperti menyerupai tabung, dengan kerucut pada bagian atasnya.

Di rumah permanen berukuran lebih kurang 10 x 6 meter di Desa Peunaga Rayeuk, Kecamatan Meurebo, Kabupaten Aceh Barat, Aceh inilah segala proses dan tahapan pembuatan kelapa jeli dilakukan. Rumah itu sekaligus tempat tinggal Agus bersama isteri dan kedua anaknya.

Proses Pembuatan

Agus menjelaskan proses pembuatan kelapa jeli miliknya. Setelah bagian luar kulit kelapa muda dikupas bersih dan dibentuk seperti tabung dengan ujung menyerupai bentuk kerucut, kemudian kelapa dimasukkan kedalam sebuah ember besar berisi air bersih.

Cerita Kelapa Jeli Aceh (2)Pekerja membersihkan kelapa untuk kemudian dijadikan kelapa jeli di Desa Peunaga rayek, Kecamatan Meurebo, Kabupaten Aceh Barat, Aceh. (Foto:Tagar/Vinda Eka Saputra).

Kata Agus, dimasukkannya kelapa muda ke dalam air bersih ini berfungsi agar getah yang keluar dari kulit kelapa yang baru saja dikupas hilang dan agar warna kulit kelapa tetap berwarna putih.

Itu proses perendaman kelapa yang baru saja dikupas, kelapa itu kita rendam di air bersih kurang lebihnya selama 15 hingga 25 menit.

Sementara itu, di ruangan belakang atau dapur rumah juga terlihat seorang pria yang sedang sibuk bekerja menyusun kelapa-kelapa yang sudah selesai melewati proses perendaman untuk meghilangkan getah kelapa dari kulitnya.

Pria itu bernama Arif, 15 tahun. Arif bekerja di bagian dapur, tugasnya memasak jeli atau agar-agar dan memasukkannya kedalam kelapa.

Sambil menyusun, dia juga mempersiapkan bahan-bahan yang akan digunakan untuk pembuatan kelapa jeli ke dalam sebuah wadah kecil yang berwarna warni.

Di ruang tamu juga terlihat seorang pria yang sedang membungkus kelapa jeli yang sudah diisi dengan berbagai isian dan siap untuk dijual.

Agus mengatakan sebelumnya dia tidak memiliki dan tidak pernah sama sekali mengikuti pelatihan pembuatan kelapa jeli, semua ilmu yang dia dapat untuk membuat olahan kelapa muda menjadi kelapa jeli dia peroleh secara otodidak dari media sosial Youtube.

Proses pembuatan kelapa jeli tidak terlalu sulit dan bisa dibilang mudah, proses awalnya kita terlebih dahulu mengupas kulit kelapa muda dan membetuknya seperti tabung, sedangkan bagian atas kelapa dibentu menyerupai bentuk kerucut, kemudian kelapa yang sudah di kupas selanjutnya direndam di air bersih selama beberapa menit untuk menghilangkan getah yang keluar dari kulit kelapa.

Setelah proses perendaman kemudia kelapa dibuka dan air beserta isinya dikeluarkan, setelah semua isi kelapa dikeluarkan barulah kemudian kelapa diisi dengan isian yang sudah disiapkan sebelumnya, seperti agar-agar atau jeli dan juga diisi dengan kolang kaling sebagai bahan tambahan.

Cerita Kelapa Jeli Aceh (3)Pekerja menyusun kelapa jeli yang sudah siap diisi untuk kemudian selanjutnya dilakukan proses packing ditempat usaha pembuatan kela jeli di Desa Peunaga Rayeuk, Kecamatan Meurebo, Kabupaten Aceh Barat, Aceh. (Foto:Tagar/Vinda Eka Saputra).

Proses selanjutnya setelah selesai pengisian masuk ke proses terakhir yaitu proses packing atau pembungkusan, kelapa jeli di bungkus dengan menggunakan pelastik khusus makanan agar tetap bersih dan steril. Setelah di paking kelapa jeli dimasukkan kedalam lemari pendingin agar tetap fresh dan segar ketika disantap.

Saat ini Agus sudah mempunyai lima orang pegawai yang membantunya dalam mengelola usaha kelapa jeli, kelima pegawai yang bekerja membantunya adalah warga desa sekitar tempat dia tinggal.

Kata Agus, dia sengaja hanya memperkerjakan pemuda-pemuda desa di tempat dia tinggal, karena dengan begitu dia sudah mengurangi pengangguran di wilayahnya dan membantu pemuda warga desanya yang tidak memiliki pekerjaan.

Agus memulai usaha kelapa jeli ini sejak setahun yang lalu. Pada awal–awal dia menjalankan usahanya ini belum banyak orang yang tahu, sehingga saat itu omzet penjualannya masih sangat sedikit per harinya.

"Untuk sekarang ini saya hanya bisa menjual sebanyak 100 buah kelapa per harinya, beda kalau bulan-bulan yang lalu sebelum pandemi," kata Agus saat ditemui. Sabtu, 19 September 2020.

Agus mengatakan, pandemi yang menimpa hampir seluruh wilayah di Indonesia dan tak terkecuali Aceh, akibat adanya pandemi semua aspek terdampak termasuk perekonomian dan juga usaha yang sedang dijalaninya ini.

Selama adanya pandemi, penjualan kelapa jeli milik Agus turun drastis dari bulan-bulan sebelumnya yaitu bulan sebelum adanya pandemi, sebelumnya dia bisa menjual sebanyak 300 buah kelapa jeli per harinya, namun setelah adanya pandemi dia hanya bisa menjual sebanyak 100 buah kelapa jeli saja.

“Untuk harganya insyaallah terjangkaulah, saya jual satu kelapa jeli itu harganya Rp. 15.000 rupiah,” katanya.

Enggan Gunakan Mesin

Agus menjalankan usaha kelapa jeli miliknya ini dirumah pribadi dan tanpa menggunakan peralatan ataupun teknologi yang canggih sama sekali, semua dilakukan secara manual dengan menggunakan tenaga manusia.

“Kalau mesinnya untuk membuka kelapa ada dijual, tapi saya sengaja dan tidak mau beli karena kalau saya beli mesin nanti orang-orang ini tidak bisa kerja lagi,” kata Agus.

Meskipun nantinya usaha kelapa jeli miliknya semakin besar dan mendapat banyak pesanan, dia tetap tidak mau membeli mesin, dia lebih memilih akan menambah jumlah pekerja dari pada harus membeli mesin. Karena dengan menambah jumlah pekerja maka dia sudah membuka lapangan pekerjaan bagi warga desanya.

“Saya memang tidak ada niat untuk membeli mesin sama sekali, karena kalau yang kerja itu manusia akan lebih bagus dan lebih teliti dibandingkan mesin,” jelas Agus.

Usaha kelapa jeli milik Agus ini merupakan satu-satunya dan yang pertama di wilayah Barat Selatan Aceh.Untuk wilayah dan jangkauan pemasaran sendiri hingga saat ini Agus menjual kelapa jeli miliknya di seluruh kafe, restauran dan kantor yang berada di Aceh Barat dan juga keluar daerah.

Cerita Kelapa Jeli Aceh (4)Pekerja menyelesaikan proses pembuatan kelapa jeli di Desa Peunaga Rayeuk, Kecamatan Meurebo, Kabupaten Aceh Barat, Aceh. (Foto:Tagar/Vinda Eka Saputra).

“Selain di wilayah Aceh Barat saya juga sudah menjual kelapa jeli keluar daerah seperti, Kabupaten Nagan Raya, Aceh Jaya, Abdya, Lhokseumawe dan juga ke Kota Banda Aceh,” katanya.

Jenis kelapa yang digunakan Agus untuk membuat kelapa jeli adalah kela jenis genjah, Agus memilih jenis kelapa genjah untuk digunakan sebagai bahan dasar pembuatan kelapa jeli karena di wilayah Aceh Barat dan tempat tinggalnya kelapa genjah banyak dan mudah didapat.

“Kalau kelapa genjah ini dia ukurannya sedang dan rasa airnya juga manis jadi cocok kalau dibuat olahan kelapa jeli,” kata Agus.

Selain kelapa jeli yang menggunakan batok, Agus juga membuat kelapa jeli jenis lain yaitu kelapa jeli cup, pada dasarnya kelapa jeli batok dengan kelapa jeli cup sama saja namum yang membedakannya adalah wadahnya yang mana kelapa jeli cup di sajikan di dalam cup plastik.

“Kelapa jeli cup itu harganya lebih murah dari yang batok, kalau yang cup harganya cuma lima ribu karena ukurannya lebih kecil,” katanya.

Dia sengaja membuat kelapa jeli dengan wadah cup agar anak-anak juga dapat membeli kelapa jeli dengan harga yang relatif terjangkau oleh anak-anak.

Agus berharap ada perhatian dari pemerintah daerah agar usahanya dapat lebih berkembang lagi sehingga ia bisa memperkerjakan labih banyak lagi orang dan membantu pemerintah untuk mengurangi angka pengangguran.[]

Berita terkait
Pencari Kerang di Aceh Barat, 3 Tahun Dalam Gelap
Seorang pencari kerang di Kabupaten Aceh Barat harus tinggal di tepi sungai di gubuk reot tanpa aliran listrik.
Kapal Rp 2 Miliar dan Ritual Pembuatnya di Bulukumba
Warga Kelurahan Tanah Beru, Kecamatan Bontobahari, Bulukumba, dikenal sebagai pembuat pinisi. Ada ritual khusus yang dilakukan dalam prosesnya.
Sosok Tanpa Wajah Menemaniku di Leko Lappang Gowa
Qi, seorang gadis berusia 24 tahun pernah mengalami kejadian mistis saat mendaki Leko Lappang, Kabupaten Gowa. Dia menemui sosok tak berwajah.