Kronologi Balita Covid-19 Bisa Sembuh di Yogyakarta

Balita di Yogyakarta positif Corona dinyatakan sembuh oleh tim Dokter RSUP Sardjito. Kini si balita sudah bermain namun tetap dipantau dokter.
Wawancara dengan ibu si balita yang terpapar Covid-19 dan bisa sembuh yang diungah di channel YouTube Humas Pemda DIY. (Foto: Screenshot YouTube/Tagar/Kurniawan Eka Mulyana)

Yogyakarta - Seorang balita berusia tiga tahun yang positif terpapar Covid-19, dinyatakan sembuh oleh dokter Rumah Sakit Umum Pemerintah (RSUP) Dr. Sardjito Yogyakarta pada Jumat, 20 Maret 2020.

Terkait hal itu, ibu kandung dari balita itu menceritakan pengalaman dan kronologi tertularnya si buah hati. Ibu yang identitasnya sengaja dirahasiakan tersebut, menuturkan kisahnya melalui channel YouTube Humas Pemprov Daerah Istimewa Yogyakarta yang diunggah yang diunggah pada Jumat, 20 Maret 2020.

Dia menjelaskan, awalnya dia beserta keluarganya, termasuk balita yang sudah sembuh itu berkunjung ke Depok, Jawa Barat. Mereka berangkat dari Yogyakarta pada 27 Februari 2020, menggunakan kereta api dari Stasiun Lempuyangan Yogyakarta.

"Tanggal 27 Februari, saya, anak saya, ibu saya, tante saya dan anaknya pergi ke Depok. Kita naik kereta dari Lempuyangan, sampai di sana pagi jam tujuh," katanya.

Rombongan mereka turun di Stasiun Jatinegara, kemudian dari Stasiun Jatinegara, mereka menuju Depok menggunakan kereta rel listrik (KRL). Karena kondisi saat itu sangat padat, mereka memilih untuk naik KRL yang tidak langsung menuju Depok. "Waktu itu padat sekali, jadi kita naiknya yang muter sampai dua jam. Sampai Depok siang jam sepuluhan," lanjutnya.

Mereka berada di Depok selama lima hari. Selama berada di Depok, mereka sempat mengunjungi Masjid Kubah Mas dan Alun-alun Depok. Selanjutnya, pada hari Senin dini hari, rombongan keluarga itu bersiap untuk pulang ke Yogyakarta. Mereka menggunakan kereta api dari Stasiun Pasar Senen. "Karena keretanya pagi, jadi dini hari sudah berangkat. Sampai Jogja sore sekitar setengah empat," jelasnya.

Kemudian, pada hari Selasa, Rabu dan Kamis, dia dan anaknya beristirahat di rumah. Pada hari Jumat, anaknya mulai berangkat sekolah. Saat itu tidak ada gejala apa pun. Bahkan sampai pulang sekolah.

Awalnya Dokter Mendiagnosa Demam Biasa

Hari itu si anak tidur hingga larut malam, dan keesokan harinya atau Sabtu, anaknya tidak mau tidur siang. "Subuhnya saya ngecek kok badannya panas sekali. Saya cek pakai termometer itu hampir 40," imbuhnya.

Padahal selama ini, kata dia, meskipun demam, suhunya tidak pernah sepanas itu. Maksimal hanya mencapai 38 derajat Celsius.

Akhirnya dia berinisiatif untuk memberinya minum Parasetol pada si anak. Tapi, suhu tubuh anaknya hanya turun sedikit atau 39 derajat Celsius.

"Minggu dini hari saya bawa ke IGD (instalasi gawat darurat) rumah sakit swasta. Di sana diperiksa, katanya nggak apa-apa, cuma demam," tuturnya.

Saat itu pihak rumah sakit menganjurkan untuk banyak minum air putih, dan tetap mengonsumsi Parasetamol sebagai obat. Selain itu, pihak rumah sakit juga memberikan obat batuk untuk si anak, karena selain demam, anaknya juga batuk. "Tapi emang batuknya sebelum berangkat, dari Depok sudah batuk. Jadi kata dokternya itu batuk alergi, misalnya kalau dingin," ujarnya.

Namun hingga keesokan pagi, demam si anak tidak kunjung reda. Hal itu membuatnya khawatir dan kembali membawanya ke rumah sakit, langsung ke Poli Anak. Waktu itu dia belum memberitahu pada pihak rukah sakit bahwa si anak memiliki riwayat perjalanan ke Depok dan Jakarta.

"Terus saya bilang, mungkin dia kecapean karena saya habis perjalanan dari Depok dan Jakarta. Nah dari situ dokter langsung heboh. Pasien ini harus dites dulu, langsung dibawa ke IGD. Ditanyain segala macam, cek darah, diambil foto rontgen juga," urainya.

RSUP Dr. Sardjito YogyakartaRSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. (Foto: sardjito.co.id/Tagar/Ridwan Anshori)

Setelah melalui beberapa tes, pihak rumah sakit mengatakan bahwa anak ini suspect Covid-19. Kata pihak rumah sakit, jika tidak ada riwayat perjalanan ke Depok atau Jakarta atau ke luar negeri, mungkin bisa jadi tidak. "Tapi karena ada riwayat, jadi dicurigai begitu. Akhirnya dipindah ke (RSUP) Sardjito sore harinya," tuturnya.

Setibanya di RSUP Sardjito, anaknya langsung dibawa ke ruang isolasi. Ayah si anak yang mengikuti ambulans menggunakan sepeda motor yang mendaftarkan di IGD.

Setelah di dalam ruang isolasi, tidak lama berselang, dokter datang untuk memeriksa sekaligus mengganti infus. Dalam sehari itu, ada dua dokter berbeda yang datang.

"Katanya paru-parunya ada apanya gitu. Itu hari pertama. Malamnya dari dokter Telinga Hidung Tenggorokan (THT) melakukan tes swabnya, Senin malam dan Selasa pagi," lanjutnya.

Pada hari pertama, si anak ditemani oleh ayah, ibu dan neneknya. Tapi, karena aturannya di ruang isolasi tidak diperkenankan lebih dari dua orang, akhirnya hanya dia dan suaminya yang menjaga si anak. Itu pun setelah meminta izin pada pihak rumah sakit. Sebab si anak terus menerus mencari ayahnya.

"Kamis hasilnya keluar tapi kita belum dikasih tahu. Tapi di medsos sudah ramai itu. Akhirnya saya dan suami juga diisolasi dan tes swab. Di ruang yang sama. Tadinya suami disediakan di ruang sebelah, tapi anaknya nyariin terus. Jadi mau nggak mau dia di ruangan yang sama," bebernya.

Balita Sudah Bermain dan Ceria

Pada hari pertama dan kedua di tempat itu, si anak lebih banyak tidur. Menurutnya, anaknya tampak lemas, mungkin karena batuk terus menerus.

"Hari ketiga dibawain mainan walaupun tangannya diinfus. Dia selalu takut kalau diambil tindakan. Hari kedua sudah turun panasnya, tapi naik lagi. Padahal sudah nggak diinfus," tuturnya.

Mengenai harapan terkait pelayanan, dia meminta agar pihak rumah sakit lebih cepat memberi tahu hasil tes pada keluarga pasien. Sebab, jika hasilnya lebih cepat diketahui, keluarga pasiena akan lebih cepat tenang.

"Waktu saya kemarin, kita nunggu sampai 3-4 hari tanpa tahu hasilnya. Kita jadinya gelisah dan khawatir. Kalau bisa hasilnya secepat mungkin jadi keluarga lebih cepat tahu supaya tenang," harapnya.

Saat ini kondisi si anak sudah stabil. Meski masih tetap mengonsumsi obat, si anak sudah bisa kembali bermain. Tapi, dokter masih melarang untuk bepergian, dan menyarankan agar si anak dan orang tuanya tetap mengonsumsi vitamin C, jahe dan tetap menjaga daya tahan tubuh. []

Foto:


Berita terkait
Penjelasan RSUP Sardjito soal Periksa Corona Mandiri
RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta klarifikasi soal layanan tes virus Covid-19 mandiri.
Balita Positif Corona di Sardjito Yogyakarta Membaik
Kondisi balita positif Corona yang dirawat di RSUP Sardjito Yogyakarta membaik. Gejala klinisnya sudah hilang.
RSUP Sardjito Yogyakarta Tunggu Info Bayi Corona
RSUP Sardjito Yogyakarta masih menunggu informasi resmi dari pemerintah perihal bayi positif Corona yang sempat dirawat di RSUP Sardjito.