Jepara - Musim kemarau mencapai puncaknya. Di Jepara - Jawa Tengah, warga bahkan harus rela mandi hanya sekali, karena pasokan air yang kian menipis.
Di kabupaten yang terletak di pesisir utara Jawa itu, krisis air sudah terjadi semenjak bulan Juli 2019. Kondisi ini melanda delapan desa yang ada di enam kecamatan.
Desa Kaliombo di Kecamatan Pecangaan, satu diantaranya. Seorang warga Yahya, 50 tahun, menyebut kondisi krisis air kian parah.
Jika pada bulan-bulan Juli, sumurnya masih mengeluarkan air, kini tidak. Air yang keluar sangat tidak mencukupi, walau hanya untuk mandi. Hal itu diperparah dengan pasokan dari Perusahaan Air Minum yang juga tak mengucur.
"Krisis air sudah dua bulan lalu. Di sini ada PAM tapi tidak jalan. Kadang keluar itu saja tidak lancar," tuturnya.
Untuk mencukupi kebutuhan minum, mencuci dan mandi ia harus membeli air dalam jeriken. Satu jeriken ia beli dengan harga Rp 4000. Untuk kegiatan seharian, bisa sampai lima jeriken yang dihabiskan.
"Ya harus di irit-irit. Diprioritaskan untuk minum dan mencuci. Kalau mandi ya seperlunya, yang tua-tua seperti saya cuma sekali sehari," terang Yahya.
Hal serupa diungkapkan oleh Vera Widya, warga Desa Kedungmalang, Kecamatan Kedung, Kabupaten Jepara. Hanya saja, di desanya, krisis air baru terasa saat bulan Agustus.
Untuk mencukupi kebutuhan air bersih, ia bahkan harus merogoh kocek hingga Rp 150 ribu, untuk membeli air dalam tangki.
Catatan pemerintah Desa Kaliombo dan Desa Kedungmalang, warga yang terimbas krisis air mencapai ribuan orang.
Di Desa Kaliombo, sebanyak 3600 orang terdampak krisis air. Sementara di Desa Kedungmalang sejumlah 4000 orang, harus berhemat air.
Kepala Pelaksana Harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jepara Arwin Noor Isdianto mengatakan, hingga awal September sudah ada delapan desa yang mengalami krisis air. Total, ada 515.000 liter atau lebih dari 103 tangki air, yang tersalurkan.
Adapun, delapan desa yang mengalami krisis air bersih yakni, Blimbingrejo, Raguklampitan, Pendem, Kunir, Jlegong, Kedungmalang, Karangaji dan Kaliombo.
Ia memperkirakan, dengan perkiraan musim kemarau hingga bulan Oktober, maka kebutuhan droping air bisa mencapai tiga juta liter. Lantaran, setiap minggu pasti ada tambahan desa yang terdampak kemarau. []
Baca juga:
- Dermolo, Desa Pengasap Ikan di Hutan Karet Jepara
- Perempuan-perempuan Pengukir Jepara
- Perang Obor: Ikhtiar Tolak Bala Warga Jepara