Jakarta - PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) berencana menerbitkan obligasi wajib konversi (OWK) kepada pemerintah hingga Rp 3 triliun untuk memperkuat posisi keuangan perusahaan. Hal ini, bagian dari pencarian suntikan dana dari Kementerian Keuangan dalam rangka Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) yang telah disepakati pada Selasa, 6 Oktober 2020.
Tujuan investasi yakni dukungan pendanaan dalam rangka pemulihan program ekonomi nasional yang bertujuan mendukung likuiditas dan solvabilitas Krakatau Steel khususnya untuk pembiayaan modal kerja dan operasional.
Krakatau Steel mengumumkan akan melakukan penerbitan OWK yang akan dikonversi dengan saham baru perseroan melalui mekanisme penambahan modal tanpa hak memesan efek terlebih dahulu atau private placement. Dalam hal ini, Pemerintah melalui Kementerian Keuangan akan menjadi investor. Sedangkan pelaksana investasinya adalah PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) berdasarkan penugasan dari Kementerian Keuangan.
“Tujuan investasi yakni dukungan pendanaan dalam rangka pemulihan program ekonomi nasional yang bertujuan mendukung likuiditas dan solvabilitas Krakatau Steel khususnya untuk pembiayaan modal kerja dan operasional,” tulis Krakatau Steel dalam keterbukaan informasi Rabu, 14 Oktober 2020.
Langkah ini, dinilai sangat mendukung operasional Krakatau Steel. Sebab, pandemi Covid-19 membuat kegiatan operasional dan produksi industri baja hulu, industri baja hilir, dan industri pengguna mengalami penurunan 30-50%. Ini terjadi lantaran rendahnya permintaan dan kemampuan modal kerja yang terbatas.
OWK Krakatau Steel, akan memiliki tenor 7 tahun dan transaksi ini akan dilakukan setelah diperoleh persetujuan dalam rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) pada Selasa, 24 November 2020.
Direktur Utama Krakatau Steel Silmy Karim mengungkapkan, pemberian dana pinjaman itu bertujuan mendukung program pemulihan ekonomi nasional (PEN). Dengan pinjaman tersbeut, Emiten berkode saham KRAS ini juga mengambil momentum untuk memperkuat industri baja dari hulu hingga hilir sehingga kinerjanya semakin membaik ke depan.
“Kami tidak ingin pasar Indonesia dimasuki produk impor karena industri hilir kesulitan,” kata Silmy.
- Baca Juga : Krakatau Steel, Bukti Kerja Keras Tak Bohongi Hasil
- Baca Juga : Pemerintah Investasi Rp 3 Triliun di Krakatau Steel
Dia juga meyakini, Krakatau Steel akan semakin efisien dalam hal pengelolaan biaya setiap tahun. Dengan demikian, margin keuntungan akan bertambah dan harga menjadi semakin kompetitif.[]