Klitih Merusak Malam yang Tenang di Kulon Progo

Sabtu malam yang tenang di Kulon Progo itu mendadak mencekam dengan kedatangan gerombolan pengacau klitih yang main sabet pedang dan menembak.
Polisi melakukan identifikasi di lokasi kejadian kekacauan klitih di Kulon Progo, Sabtu malam, 1 Februari 2020. (Foto: Tagar/Harun Susanto)

Kulon Progo - Keberadaan 'klitih' memang harus diberantas. Selain meresahkan, juga membuat tidak nyaman dan mencoreng citra Yogyakarta karena identik dengan hal negatif. Perilaku tidak bertanggung jawab ini kembali terjadi di awal bulan Februari 2020, tepatnya pada Sabtu malam, 1 Februari 2020. 

Klitih, istilah khas di Yogyakarta yang beberapa tahun lalu artinya keluyuran, pergi tanpa tujuan jelas. Sedangkan sekarang, klitih adalah sebutan untuk gerombolan anak muda atau remaja yang sering berbuat onar di jalanan, melakukan tindakan kekerasan, bahkan sampai melukai korbannya dengan senjata tajam. Sasarannya acak, mulai dari pengguna jalan hingga warung yang buka sampai tengah malam.

Sabtu malam itu seharusnya menjadi momen indah bagi warga Kapanewon Nanggulan, bercengkerama dengan keluarga, teman, tetangga. Namun ternyata, malam yang tenang tersebut berubah mencekam karena terjadi klitih, aksi kekerasan jalanan. Tiga orang yang keberadaan dan identitasnya hingga kini masih misterius, membacok dan menambak warga yang kebetulan melintas.

Seorang korban adalah Muhammad Apriadi 22 tahun, warga Krinjing Tengah, Desa Jatisarono Kapanewon Nanggulan. Ia mengalami kejadian tersebut saat berjalan kaki menuju warung. Dalam perjalanan ia bertemu korban lain, Yulius Eric Eriyanto, yang tengah berboncengan dengan pacarnya. Terjadi obrolan di antara mereka.

Sesaat setelah datang, pedang yang dibawa salah satu di antara mereka diayunkan hingga mengenai tangan kanan saya.

Klitih Kulon ProgoPolisi menunjuk lampu jalan yang ditembak oleh pengacau klitih di Kulon Progo. (Foto: Tagar/Harun Susanto)

Saat mereka sedang mengobrol, tiba-tiba datang tiga orang tidak dikenal, membawa benda tajam sejenis pedang, juga senapan angin. Ketiga orang tersebut menyerangnya. 

"Sesaat setelah datang, pedang yang dibawa salah satu di antara mereka diayunkan hingga mengenai tangan kanan saya. Saya tutupi lukanya karena darah menetes, dan kemudian pulang. Baru setelahnya saya memeriksakan diri rumah sakit," ujar Muhammad Apriadi seusai memeriksakan diri ke Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Nanggulan, Kulon Progo, Sabtu malam, 1 Februari 2020.

Ia masih ingat saat mendapat serangan, pelaku memakai penutup wajah dan helm. Mereka menggunakan sepeda motor jenis matic.

Yulius Eric Eriyanto juga jadi korban, mengatakan peristiwa tersebut terjadi di dekat Masjid Al Ikhlas di Krinjing Kidul, Kelurahan Jatisarono Kapanewon Nanggulan. Saat dirinya bersama teman dekat, Rina Ernawati, sedang mengobrol dengan Muhammad Apriadi, tiba-tiba datang 3 orang dengan memakai satu motor dan langsung menodongkan pistol ke arah pacarnya.

Melihat Rina terancam, Eric berupaya menyelamatkan dengan mendorongnya. Setelah Rina berhasil didorong, salah satu pelaku mengayunkan pedang yang dibawa. "Alhamdulilah hanya mengenai gesper saya. Namun teman saya luka di lengan. Setelahnya pelaku kabur."

Eric ingat dengan jelas, pelaku berjumlah 3 orang berboncengan dengan 1 sepeda motor matic. Mereka membawa 2 pedang dan satu senapan angin, memakai pakaian hitam, helm, dan penutup wajah. "Saat kejadian, mau teriak tidak bisa karena saat itu posisi sepi."

Klitih Kulon ProgoKorban klitih mendapatkan perawatan di Rumah Sakit Muhammadiyah Kenteng, Kulon Progo, Sabtu malam, 1 Februari 2020. (Foto: Tagar/Harun Susanto)

Ternyata aksi kekerasan tidak sampai di situ saja. Usai menyerang orang di Krinjing, diduga pelaku yang sama menyerang orang lain di daerah Grubug Jatisarono Nanggulan. Di sini mereka menyerang beberapa orang yang sedang memasang lampu penerang jalan.

Margono, seorang saksi di lokasi, mengaku melihat pelaku datang dengan membawa parang dan senjata api. Mereka mengancam dan mengatakan sedang mencari seseorang. ”Orang yang disebutkan pelaku, kami tidak tahu. Jika tahu, kamu beritahukan rumahnya di mana." Mereka kabur setelah tembakannya mengenai lampu jalan. 

Aksi barbar dengan pelaku klitih lain pada hari yang sama juga terjadi sekitar pukul 19.30 WIB di Jl. Kenteng, Nanggulan-Godean, Sleman. Tepatnya di pertigaan Dusun Ngemplak, Kelurahan Kembang, Kapanewon Nanggulan. Di tempat ini, para pelaku melukai Marsudi 45 tahun, warga Dusun Grubuk, Kalurahan Jatisarono, Nanggulan.

Saat itu Marsudi sedang memancing di Sungai Progo, tiba-tiba ia ditendang tiga orang pria berpakaian serba hitam berpenutup kepala. Marsudi dibacok dengan pedang dan ditodong senapan.

Cifi Aquarius Santoso 20 tahun, seorang warga dekat lokasi kejadian. Ia melihat kejadian tersebut saat ada motor jatuh. "Setelahnya ada yang mencoba membacok korban memakai pedang. Awalnya saya kira cuma bercanda, karena seperti gagang pancing dari kejauhan."

Ia melihat pelaku melarikan diri ke arah timur usai membacok Marsudi. Sementara Marsudi berlari menyelamtkan diri dengan luka kepala dan pergelangan tangan. "Darah korban yang keluar banyak. Sempat saya tanya, namun korban diam saja, padahal mau saya antar ke rumah sakit."

Marsudi dirawat di Rumah Sakit umum PKU Muhammadiyah Kenteng Nanggulan, kemudian dirujuk ke RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Hal ini karena luka di bagian kepalanya cukup dalam hingga tengkoraknya retak.

"Luka ini diklasifikasikan dari benda tajam atau benda tumpul. Namun dilihat dari lukanya itu benda tajam," ujar dokter jaga Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Muhammadiyah Kenteng Nanggulan Dr Klalifa Rahmani.

Dr Khalifa menambahkan, untuk korban kedua atas nama Muhammad Apriadi, mengalami luka akibat benda tajam. Namun karena bisa ditangani di Rumah Sakit Muhammadiyah Kenteng Nanggulan, Apriadi cukup menjalani rawat jalan. Pihak kepolisian setempat masih mengusut kasus ini. []

Baca juga:

Berita terkait
Kampung Keris Terbesar se-Asia Tenggara di Sumenep
Bunyi letupan gerenda dan ketukan besi, menggema nyaris di semua sudut rumah di Desa Tongtong, kampung keris terbesar se-Asia Tenggara di Sumenep.
Seragam Keraton Agung Sejagat Meniru Sultan Brunei
Permaisuri Keraton Agung Sejagat datang ke rumah Wahyu Agung Santoso, membawa foto Raja Brunei, meminta dibuatkan baju serupa dalam jumlah banyak.
Visi Misi Kerajaan Warteg Bahagia di Depok
Kerajaan baru bukan hanya di Blora, Purworejo, dan Bandung. Di Depok juga ada kerajaan baru, namanya Kerajaan Warteg Bahagia. Rajanya Agus Riyadi.
0
Indonesia Akan Isi Kekurangan Pasokan Ayam di Singapura
Indonesia akan mengisi kekurangan pasokan ayam potong di Singapura setelah Malaysia batasi ekspor daging ayam ke Singapura