Kisah Pembunuhan Sadis Peselingkuh di Jeneponto

Peselingkuh di Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan, pernah dibunuh secara sadis oleh ratusan massa di tahun 1995.
Ilustrasi perselingkuhan. (Foto: Pixabay)

Jeneponto - Kabupaten Jeneponto dikenal sebagai salah satu daerah dengan hukum adat keras dan kejam di Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel). Bahkan di masa lalu, masyarakat yang melanggar tatanan adat akan dihukum mati.

Di era itu, setiap desa di Jeneponto memiliki seorang pemimpin berjuluk ketua massa. Lewat titah mereka lah semua eksekusi hukuman dijalankan. Hal ini diceritakan warga Desa Barayya, Daeng Palasa, 65 tahun, salah seorang masyarakat yang menyaksikan peristiwa itu.

Keduanya mengetahui konsekuensi dari perselingkuhan. Mereka mengamankan diri ke kantor polisi.

Menurutnya, peristiwa tragis pernah terjadi di tahun 1995. Sepasang warga yang kedapatan berselingkuh dibunuh secara sadis oleh masyarakat. Massa yang menghakimi tersebut berasal dari keluarga perempuan berselingkuh dan massa dari keluarga suaminya sendiri.

Kala itu, yang berselingkuh sebut saja Bunga dan Belati. Keduanya merupakan tetangga kampung di Kecamatan Bontoramba, Jeneponto. Belati seorang sopir berasal dari Desa Bulusibatang.

Sedangkan selingkuhanya Bunga, seorang ibu rumah tangga di Desa Barayya, Kecamatan Bontoramba, Jeneponto. Keduanya diduga berselingkuh di rumah kediaman Bunga.

"Dugaannya, perselingkuhan terjadi saat suami Bunga sedang bekerja di luar Kabupaten Jeneponto," katanya kepada Tagar.

Konon, mereka memanfaatkan keberadaan suami Bunga yang masih berada di luar kota. Selama ditinggal suami, Bunga kerap berpergian Belati. Namun warga tidak curiga dan hanya menganggap hubungan mereka sebatas sopir dan penumpang.

Suatu malam, kata Daeng Palasa, Belati datang seorang diri ke rumah Bunga. Sementara anaknya Bunga, sedang berada di rumah keluarga yang tidak terlalu jauh dari kediamannya. Sehingga malam itu hanya mereka berdua di dalam rumah.

Massa berangkat ke kantor polisi dengan truk. Ada yang menggunakan pengikat kepala sambil membawa senjata tajam.

Namun tiba-tiba, sekitar pukul 23.00 Wita, anak Bunga kembali pulang ke rumah. Dia pun terkejut saat menyaksikan ibunya berduaan dengan seorang lelaki yang bukan ayahnya di dalam kamar.

Seketika itu juga, anaknya kembali ke luar rumah untuk mengadukan kejadian yang dilihatnya kepada keluarga Bunga. Namun sayang, Bunga dan Belati berhasil kabur dan tidak ditemukan pihak keluarga.

"Keduanya mengetahui konsekuensi dari perselingkuhan. Mereka mengamankan diri ke kantor polisi. Belati di Polsek Tamalatea dan Bunga di Polres Jeneponto. Tapi keluarga malam itu belum tahu mereka di sana," katanya.

Selepas keduanya kabur, suasan desa yang biasa sepi berubah hiruk. Masyarakat beramai-ramai ke luar rumah. Ratusan keluarga Bunga dan suami sahnya pun berkumpun dengan membawa senjata tajam beragam jenis.

Pencarian keduanya tidak membuahkan hasil hingga pukul 03.00 Wita dini hari. Esok harinya, ratusan massa dari keluarga Bunga dan suaminya kembali berkumpul untuk melanjutkan pencarian pasangan berselingkuh itu.

Alhasil, mereka mendengar kabar jika Bunga dan Belati sedang di kantor polisi. Dengan penuh emosi karena merasa perbuatannya mencoreng nama keluarga, ratusan massa ini pun mendatangi Polsek Tamalatea.

"Massa berangkat ke kantor polisi dengan truk. Ada yang menggunakan pengikat kepala sambil membawa senjata tajam. Mereka pun berhasil masuk ke dalam kantor polisi," katanya.

Saat itu, Belati berada di dalam tahanan sel Polsek Tamalatea. Dengan kondisi emosi memuncak, seorang dari kerumunan massa mengarahkan tombak ke arah Belati. Beruntung, berhasil dielakkan lelaki itu dari balik jeruji.

Namun massa terus berupaya membuka paksa gembok tahanan menggunakan linggis. Konon saat massa sudah menggila, Belati sempat berkata "Matima" yang artinya ajalku.

"Tahanan itu berhasil terbuka. Sejumlah massa masuk dan terjadilah perkelahian," ceritanya.

Setelah itu, puluhan massa tanpa belas kasihan langsung membabat tubuh Belati dengan senjata tajam hingga lemparan batu. Belati berusaha lari dari ruang tahanan, namun upayanya gagal karena sekelilingnya sudah dikepung massa.

Polisi seakan tidak berdaya melerai amukan ratusan massa yang tersulut amarah. Akhirnya, Belati tewas bersimbah darah. Mayat pun kemudian diseret ke sebuah lapangan yang tidak jauh dari Mapolsek.

Singkat cerita, setelah menghabisi nyawa Belati, malam harinya, kerumunan massa ini pun mencari keberadaan Bunga yang terendus sedang berada di Polres Jeneponto.

Mereka lantas kembali beramai-ramai ingin mendatangi Mapolres Jeneponto sekitar pukul 22.00 Wita malam. Tujuan kedatangan mereka hanya satu, yakni membunuh Bunga karena dianggap sudah mencoreng nama keluarga besar.

Namun upaya malam itu gagal dan mereka pun melanjutkan aksi pencarian pagi esok harinya. Beruntung, polisi yang telah mencurigai kedatangan massa ini melakukan penjagaan ketat bersenjata lengkap. Petugas tidak lagi ingin kecolongan seperti aksi di Mapolsek yang akhirnya menewaskan Belati.

Kerumunan massa ini terus berjuang menerobos penjagaan polisi. Melihat kondisi semakin tidak terkendali, polisi memberikan peringatan tembakan ke udara. Namun, massa ini lagi-lagi tidak gentar dan tetap ingin berjumpa Bunga.

Sakingnya getolnya, polisi terpaksa menembak ke arah massa yang mengenai paha seorang warga. Lantas, massa itu mundur dari pengamanan polisi dan meninggalkan Polres Jeneponto.

Hanya saja, keesokan harinya, massa kembali datang ke Polres Jeneponto. Bahkan jumlahnya dua kali lipat dari yang sebelumnya. Sayangnya, niatnya massa membunuh Bunga gagal terlaksana. Sebab, Bunga dikabarkan sudah tiada karena menenggak racun.

Dia mati sebelum nyawanya dihabisi oleh ratusan massa yang tak tak lain keluarganya sendiri. []

Berita terkait
Visi Misi Kerajaan Warteg Bahagia di Depok
Kerajaan baru bukan hanya di Blora, Purworejo, dan Bandung. Di Depok juga ada kerajaan baru, namanya Kerajaan Warteg Bahagia. Rajanya Agus Riyadi.
Corona dan Kegundahan Keluarga Mahasiswa Asal Aceh
Keluarga mahasiswa Aceh terus mengalami kekhawatiran akibat virus Corona yang merebak di Kota Wuhan, China.
Jusmadi, Pelestari Leluhur Bugis Makassar di Sinjai
Era teknologi menggerus budaya leluhur, termasuk di Sulawesi Selatan. Butuh sosok penyelamat budaya Bugis-Makassar. Sosok itu ada pada Jusmadi
0
Melihat Epiknya Momen Malam HUT DKI Jakarta Lewat Lensa Galaxy S22 Series 5G
Selain hadir ke kegiatan-kegiatan yang termasuk ke dalam agenda perayaan HUT DKI Jakarta, kamu juga bisa merayakannya dengan jalan-jalan.