Jakarta - Pahlawan Revolusi adalah gelar yang diberikan untuk para petinggi militer korban peristiwa Gerakan 30 September Partai Komunis Indonesia (G30S PKI). Penetapan gelar dilakukan pada 5 Oktober 1965 sesuai dengan Keppres No. 111/KOTI/1965.
G30S PKI dipimpin oleh ketua PKI yakni Dipa Nusantara Aidit atau lebih dikenal D. N. Aidit pada tahun 1965. G30S PKI merupakan gerakan dengan tujuan menggulingkan pemerintahan yang sah dan menjadi negara komunis.
Ada 7 petinggi militer yang menjadi korban G30S PKI, sebagian dibunuh di rumah masing-masing. sebagian diculik, dibawa ke daerah Lubang Buaya, Jakarta Timur, lalu disiksa hingga tewas. Lalu semua jenazah petinggi militer ini dibuang ke dalam sumur di Lubang Buaya . Berikut kisah 7 pahlawan Revolusi saat terjadi pemberontakan G30S PKI :
1. Jenderal TNI Ahmad Yani
Ahmad Yani langsung di rumahnya karena dibombardir tembakan saat terjadi penyergapan pasukan PKI yang datang lewat pintu belakang. Saat itu, seluruh rumah Jenderal Ahmad Yani lalu dikepung oleh pasukan PKI.
2. Letnan Jenderal S Parman.
Anggota Cakrabirawa melakukan di rumah S. Parman terjadi pada 1 Oktober 1965 tepat pukul 04.00 WIB. Sebelum penculikan, anggota Cakrabirawa mengatakan bahwa di luar sedang ada keadaan genting.
S. Parman mempercayainya, bahkan mereka ikut masuk ke kamar saat S. Parman sedang berganti baju. Lalu S. Parman ikut bersama mereka, lalu dibawa ke daerah Lubang Buaya dan disiksa hingga tewas.
3. Letnan Jenderal R. Suprapto
Rombongan penculik datang ke rumah Suprapto pukul 04.30 WIB, lalu menyuruh Suprapto bertemu dengan Soekarno.
Karena kepada Soekarno, Suprapto menyetujuinya. Ternyata, bukannya dipertemukan dengan Soekarno, penculik membawa Suprapto ke Lubang Buaya dan dianiaya dalam kondisi terikat.
- Baca Juga : Film G-30-S/PKI, Usman Hamid: Itu Fiktif Belaka!
4. Letnan Jenderal M. T. Haryono
M. T. Haryono tewas akibat bombardir peluru saat berada di rumahnya. Sebelumnya, M. T. Haryono sempat melakukan perlawanan kalah. Setelah tewas, M. T. Haryono langsung diseret ke atas truk milik rombongan penculik.
5. Mayor Jenderal Sutoyo Siswomiharjo
Mayjen Sutoyo Siswomiharjo diculik pada pagi hari 1 Oktober 1965 dini hari, mereka mengepung dan mengamankan sekitar rumahnya serta melarang siapapun untuk melintas. Sutoyo juga dibawa ke Lubang Buaya dan disiksa hingga tewas.
6. Mayor Jenderal D. I. Pandjaitan
Penculikan D. I. Pandjaitan terjadi pada subuh 1 Oktober 1965. Saat itu rombongan penculik datang dengan 2 buah truk.
Pada awalnya, D. I. Pandjaitan mengira bahwa itu rombongan utusan dari Soekarno. Namun, mereka malah menembaki seluruh rumah D. I. Pandjaitan.
D. I. Pandjaitan yang sudah berpakaian resmi dengan atribut lengkap segera turun dari kamarnya di lantai dua dan berusaha melawan penculik. Akhirnya penculik menembaki D. I. Pandjaitan dan membawanya pergi.
Baca Juga : 6 Fakta Tentang Film Pengkhianatan G30S PKI
7. Kapten Pierre Tendean
Pierre Tendean sebenarnya bukan target sasaran penculik. Karena, pada waktu penculikan terjadi, 1 Oktober 1965, Tendean kebetulan sedang berada di rumah atasannya, Jenderal A. H. Nasution.
Kepada penculik, Tendean mengaku bahwa dirinya adalah Jenderal A. H. Nasution dengan tujuan agar atasannya tersebut bisa selamat.
Pada peristiwa ini, A. H. Nasution bisa melarikan diri dan selamat, sayangnya putri bungsunya, Ade Irma Suryani yang berusia 5 tahun ikut terbunuh dalam peristiwa berdarah itu. []